Sebelum Baekseung pulang ke rumahnya, dia lebih dulu singgah untuk membeli air mineral dari minimarket. Karena memang masih siang, dia tak lantas pergi, duduk dulu dipinggiran minimarket tersebut sampai beberapa menit kedepan.
Setelah dirasa cukup, dia membuang botol plastik tersebut ke dalam tong sampah. Namun, ada bayang seseorang yang dia tangkap dari sudut matanya.
Lagi-lagi Baekseung mengandalkan kepintaran yang dia miliki, malah bersikap seolah tidak terjadi apa-apa supaya orang yang dia kira 'mencurigakan' itu tidak menyadari kalau Baekseung mengetahui keberadaannya.
Sambil terus berpikir keras, Baekseung pergi mengendarai sepeda motornya dengan kaca spion yang terarah sempurna pada pengendara motor dibelakangnya.
Bagaimana Baekseung tidak curiga kalau pengemudi itu terang-terangan mengikutinya. Terlebih dari segi penampilan, dia menggunakan baju serba hitam dan helm full face.
"Lo siapa bangsat!" Baekseung terlanjur kesal. Dia kira si pengendara berhenti mengikutinya setelah Baekseung berputar-putar di jalan yang itu-itu saja. Tapi nyatanya, si pengemudi tak pernah jenuh untuk membuntuti.
Si pengemudi lantas membuka helmnya, dan betapa kagetnya Baekseung ketika mengetahui siapa orang yang sedari tadi membuntutinya itu.
"Lo gila, Jeongwoo?" Ucapannya mengandung begitu banyak kesal yang tertahan.
"Maaf, Baekseung. Jangan salah paham dulu, gue bisa jelasin!"
"Apa yang bisa lo jelasin kalau jelas-jelas lo ngikutin gue!"
"Gak gitu sebenernya!"
"Terus apa?" Sebisa mungkin Baekseung memendam amarahnya. Dia juga harus mendengarkan alasan dari Jeongwoo sebagai teman yang baik.
Apalagi hubungan Baekseung dengan Jeongwoo yang baru seumur jagung. Kalau Jungwon tahu kejadian yang sedang terjadi saat ini, bisa-bisa Baekseung dimusuhi dan rencana mereka untuk menemukan dalang dibilang kematian tujuh siswa di pantai beberapa saat lalu berhenti sampai disini.
"Gue ngikutin lo karena takut lo kenapa-kenapa."
Alasan singkat macam apa yang dikemukakan oleh Jeongwoo tadi? Terdengar nyeleneh bagi Baekseung.
"Sebelumnya terima kasih. Tapi maaf, gue masih bisa jaga diri."
"Sombong banget? Kalau lo mati beneran, gue ketawain."
Baekseung yang mendengar itu tertawa renyah. "Kalau lo duluan yang mati, gimana? "
Jeongwoo merespon dengan tertawa pula. "Baperan. Udah ah gue mau balik." Dia bersikap seolah dia tidak melakukan kesalahan. Malah melambaikan tangan dan berkendara dengan kecepatan kilat.
Ada kejanggalan yang Baekseung tangkap. Mengapa Jeongwoo tiba-tiba mengikutinya dengan alasan kuno. Dia lantas mengeluarkan ponselnya untuk mengabari seseorang.
Gaku
Me
Gaku
Jeongwoo tadi pamit kemana?
Gaku
Kata dia sih mau pulang
Kenapa emang?
Kangen?
gue kasih alamatnya dehMe
Jijik gue
gapapa sih wkwk
Cuma ada yang anehGaku
Apaa?
Iya sih, Jeongwoo aneh
masa tadi naber sampe pingsanMe
nanti ngobrol bareng aja
Bilang ke yang lain ya
Besok di sekolah
Kayak biasa
Gaku
iya oke
makasih gajinya broMe
Santai
Usai itu, Baekseung kembali mengendarai motornya dengan tetap melihat ke arah belakang. Takut kalau ada yang mengikutinya lagi.
+×+
Jam dinding dipojok kamar Jeongwoo sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi matanya tak kunjung mau diajak untuk beristirahat. Sudah beberapa posisi tidur dia lakukan, berharap kalau kantuknya menerjang dan dia tak akan tertidur di kelas besok.
Nyatanya, suara jangkrik berpadukan denting jam semakin membuat remaja itu stres bukan main. Kesal terus menggerogoti raganya yang kini dia paksa keluar dari kamar, berusaha memberanikan diri untuk mengambil satu gelas air minum di dapur.
Setelah dirasa dahaganya sudah terpenuhi. Dia tidak langsung pergi lagi untuk beristirahat, malah berdiam diri di ruang tamu sambil memainkan ponselnya.
Terlebih dulu Jeongwoo memutar musik agar suasana di ruang tamu tidak terlalu horor, setalah itu, dia mencari nama Baekseung di google. Tapi nihil, yang dia dapatkan hanya informasi tidak penting. Karena terlanjur frustasi, di lemparlah benda pipih tersebut asal.
Jeongwoo menatap langit-langit sebentar, menutup mata dan membayangkan sesuatu sebelum suara notifikasi membuat lamunannya buyar.
Jungwon
Jungwon
jangan bergadang, Woooo
me
gak bisa tidur gue
lo dimana?Jungwon
Di luar
Cari angin
me
hati-hati
gue gabutJungwon
sama
lo juga hati-hati
WkwkJeongwoo malas membalas chat dari Jungwon karena tiba-tiba dia mengantuk dan memilih untuk kembali ke kamar.
Tapi jendela kamarnya sudah terbuka sempurna dengan korden terhempas angin malam yang dingin.
Awalnya Jeongwoo mencoba berpositif thinking. Bisa saja jendelanya terbuka karena angin yang begitu kencang, tapi lagi-lagi pikiran positifnya menerima tolakan keras dari akal sehat, Jeongwoo masih ingat saat jam sepuluh malam tadi dia telah menutup rapat pintu dan jendela.
Jungwon
Me
serlok won cepetJungwon
kenapa?Me
Serlok aja
Jangan banyak tanyaJungwon
Maksa banget
WkwkwJeongwoo tak membalas tapi menelpon Jungwon berkali-kali. Tapi Jungwon tidak menerima panggilan darinya.
"Bodoamat, lah. Setan kali," batin Jeongwoo. Dia menutup mata kemudian.
+×+
J angan berasumsi terlalu jauh
Nanti salah orang wkwkwktencusm cingudelll<3

KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [Selesai]
Misterio / Suspenso[ S E A S O N 1 - 3 L E N G K A P ] "Siapa dalangnya?!"