Hai!
Jangan nunggu dua bulan deh, ya. Kelamaan!
Happy reading!!!●♡●
[Flashback]
Selama lebih dari dua hari menyelusuri jalan dengan tapak yang lelah, tiga orang yang selamat akhirnya keluar dari hutan sialan yang menyimpan berjuta kenangan pahit. Bernostalgia dengan kenangan-kenangan kemarin akan membuat ketiganya lebih memilih mati saja. Sungguh.
Bagaimana tidak? Luntang-lantung di tengah hutan belantara adalah hal yang sangat menyusahkan. Mereka bukan para penjelajah hutan, menginjakkan kaki ke hutan saja baru kali ini. Mencari makan pun susah, tidur dengan nyenyak dan aman apalagi.
Mereka harus berjalan lebih dari tiga kilometer setelah berhasil meninggalkan hutan. Saat mereka mulai pasrah, sebuah mobil pickup muncul seperti malaikat. Nasib baik si pemilik kendaraan beroda empat itu tidak keberatan ditumpangi tiga orang yang rupanya saja jauh dari kata bersih dan normal, lebih terlihat seperti orang gila.
Dan pada akhirnya, mereka bertiga berhasil pulang menuju rumah.
●♡●
—3 Januari 2018. Hembusan nafas terdengar, menghalau lelah yang kian menguras rasa semangat. Pintu rumah besar milik keluarga Bang terlihat sunyi, seperti biasanya. Namun, ada yang janggal, rumput-rumput dan tanaman hias di rumah itu seperti tidak terurus, sangat berantakan.
Sepasang manik Yedam terarah singkat pada kenop, menimbang-nimbang apakah harus dirinya membuka benda kayu itu atau tidak.
Senyap menjeda, mungkin hanya ada suara burung kenari yang terdengar.
Mencoba menepis semua pikiran buruk, Yedam berusaha meyakinkan dirinya sendiri lagi.
Yedam bukan enggan bertemu dengan Ayahnya, ia hanya takut jika Ayahnya tidak percaya kalau Jay, anak angkat kebanggaannya telah melakukan hal gila. Hal yang bahkan telah merenggut banyak nyawa.
Kenop terbuka, menimbulkan suara nyaring yang membuat si pemilik rumah terkaget.
"YEDAM?" Ayah dari Yedam diam. Bangun dari duduknya dan berdiri bagai patung.
Yedam mengangguk. "Iya, Yah. Ini Yedam."
Pria paruh baya itu lantas berlari, menarik pelan tubuh anaknya, Ia bahkan memeluk erat, sangat erat, seperti orang yang sangar merindu.
"Ayah pikir kamu sudah meninggal bersama Jay, Nak."
Kala itu, alis bertaut Yedam menyatu, bingung. "Yedam sama Jay ... meninggal?"
Ayah Yedam melepas pelukannya, menundukkan kepala sambil mengusap butiran bening yang sejak tadi terjun tanpa henti. "Ayah juga tidak percaya dengan berita yang ada. Mereka bilang kalau kamu, Jay dan teman-teman kamu yang hilang tanpa jejak di hutan."
Yedam memotong telak ucapan yang bahkan belum selesai. "Jay bajingan! Dia masih hidup, Yah! Berita itu palsu! Bahkan Ayah tahu kalau Jay pergi dari rumah. Gimana bisa Yedam bareng sama dia!"
"Sebenci apapun kamu pada Jay, dia tetap adikmu, Yedam."
"Karena emang itu kenyataannya, Yah. Kenyataannya dia udah bikin Yedam sama yang lain terjebak di hutan. Dia bunuh empat temen Yedam. Ayah inget, kan, kalau Yedam izin buat liburan ke air terjun di tengah hutan?"
"Ya. Ayah ingat."
Mata mereka beradu, Yedam masih menggeleng, bersikeras kalau semuanya tidak benar. "Jay penipu, Yah."
"Istirahat yang cukup, Yedam. Otak kamu butuh jeda." Tungkainya lalu berjalan menjauh, menyisakan Yedam dengan beribu umpatan yang bahkan sudah terbakar api amarah. "Bahkan Jay lebih licik dari mafia, asal Ayah tau itu," dirinya membatin.
Lembaran koran berisi berita tentang hilangnya delapan remaja itu Yedam remas sampai urat tangannya terlihat. Deretan nama bahkan tertera sangat jelas.
1. Bang Yedam
2. Park Jongseong [Jay]
3. Kim Junkyu
4. Hamada Asahi
5. Watanabe Haruto
6. Park Jisung
7. Kim Sunoo"Bajingan. Nama Sunghoon gak disebutin." Satu Kalimat itu ditekan, Yedam benar-benar dihujani rasa benci.
●♡●
(* Jika kurang jelas, semuanya akan terkuak seiring berjalannya cerita)
![](https://img.wattpad.com/cover/290907463-288-k741955.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [Selesai]
Mystery / Thriller[ S E A S O N 1 - 3 L E N G K A P ] "Siapa dalangnya?!"