Hari ini, saat dua teman baru sibuk dengan acara mereka disekolah lain, Gaku menitipkan secarik surat untuk wali kelasnya, dengan alasan acara keluarga yang mendadak dan tidak bisa ditunda.
Jangan kira itu sebuah kebetulan atau realita yang benar adanya, karena surat itu adalah surat yang ditulis mamang es cendol sesaat setelah Gaku berpikir kalau itulah cara membolos tanpa ketahuan.
"Kalian nyusul, ya? Gue tunggu di warung depan." Katanya tanpa rasa bersalah.
"Sip! Tenang." Kalimat terakhir yang Jo utarakan sepertinya tidak akan terjadi, ketenangan yang dia kira akan datang dengan pasti malah dibalas kejadian tak terduga.
"Ayah dari Gaku itu pembisnis terkenal, sejak kapan beliau memiliki tulis seperti ceker bebek?" Sial memang, surat yang Jeongwoo titipkan lewat sekretaris malah jatuh ke tangan orang yang salah, Guru BK - Heli Jamaluddin - datang di jam pelajaran pertama menggantikan guru sosiologi.
"Saya gak bohong, Bapak." Alih-alih membantu meyakinkan Pak Heli seperti temannya, Jeongwoo malah memasang raut melas tak terkira, sambil memegang kepala seolah kepalanya akan copot saat itu juga.
"Asukurin Jo-"
"Asakura Jo, Pak! Nama itu do'a," sela Jo, namanya yang bagus nan jelita itu malah diganti seenak jidat.
"Saya bisa baca kepribadian orang melalui tulisan, jangan kira saya gak-" Pak Heli melotot saat Jeongwoo jatuh tersungkur dihadapannya. Bocah itu sudah berkeringat dingin, yang lain pun langsung berkerumun.
"Awas woy! Jeongwoo bukan barang diskonan, minggir ih!" Suara Jo mengudara - ketua kelas langsung membantu Jo untuk segara ke UKS.
Ruang UKS mendadak panas saat ketua kelas dan anggota PMR pergi meninggalkan Jo dan Jeongwoo berdua.
"Bego ih gue kira beneran sekarat! " Jo menoyor kepala Jeongwoo, si korban malah nyengir kuda tanpa suara.
"Naber gue sebenernya mah, tapi bagus kalau bisa bikin kita lepas dari interogasi Pak Heli."
"Nah! Gue punya ide!"
"Lo minta surat izin ke guru piket deh, bilang aja mau anter gue pulang sambil anter berobat juga."
"Kita sepemikiran! Lo tunggu disini, telpon Gaku suruh tunggu di rumah Jungwon aja, Jungwon tadi bilang kalau dia gak akan lama."
Anggukan menjadi respon dari Jeongwoo yang kini tengah berbaring dan hendak memejamkan mata, Jo tak perduli, mau tidak melek lagi juga tidak dia pikirkan.
Jalan Asakura Jo sangat mulus hari ini, guru piket yang berjaga sangat sangat sangat baik tak terkira, dia memberikan surat izin pada Jo tanpa bertanya lebih lanjut.
Dan sekarang, Gaku sudah menjumpai dua temannya. Mereka bertiga duduk di teras rumah kecil yang tidak terlalu banyak tetangga dan agak jauh dari jalan raya. Rumah Jungwon tidak sebanding dengan rumah Gaku, tapi Gaku malah ingin tinggal di rumah seperti milik Jungwon, adem katanya.
"Kata Jungwon dia lagi di jalan, bareng Baekseung juga."
Tak lama, dua motor berhenti dihadapan mereka. Wajah Jungwon seperti memendam amarah, Gaku dan yang lain enggan untuk bertanya apa alasan wajahnya masam sekali.
"Masuk, tapi gue gak punya makanan."
"Gapapa, kayak sama siapa bae."
"Idih, sejak kapan rumah lo ada kapak sama jubah, gila sih. Kalau ada yang grebeg, dikira kita kawanan begal!"
Jungwon terhenyak, ada jeda sebelum dia berkata, "Gue ikut kompetisi drama minggu depan, tapi gak jadi karena gue ikut kalian buat cari pelaku pembunuhan."
Alasan dari Jungwon barusan tidak mengundang kecurigaan karna pasalnya, Jungwon memang memiliki bakat akting, dia bilang kalau dia ingin pintar bersandiwara seperti kakaknya yang kini berkerja diluar kota.
"Gimana tadi, ada informasi apa?"
"Ada sedikit, kata mereka bisa jadi kalau kasus pembunuhan siswa sekolah sana ada hubungan sama kasus sebelumnya, kasus Park Sunghoon sekeluarga."
"Hem, gue jadi ikut curiga," timpal Jeongwoo sambil menopang dagu, berpikir juga.
"Apa kita ke lapas aja?"
"Gak bisa, gue udah pernah coba, katanya mereka gak boleh ada yang besuk."
"Lo gak coba cari alasannya, Seung?"
"Bukan gak mau, tapi belum nemu."
Jungwon tak mau ikut berbicara, sibuk menuangkan sebotol cola ke dalam lima gelas yang sudah diberi es batu sebelumnya.
Tapi, Jo gatal ingin ikut mencari jalan keluar. "Gue bakal cari di internet kenapa bisa mereka gak boleh dibesuk."
"Cari tahu siapa orang yang udah masukin keluarga Sunghoon ke penjara." Gaku berujar tanpa melihat mata temannya yang lain, asik sendiri sampai Baekseung melirik aneh.
"Kayaknya lo tau sesuatu," ucapnya enteng.
"Sesuatu apa?"
"Lo selalu tau apa yang seharusnya kita cari."
"Lo juga mencurigakan tau," Gaku malah mengembalikan perkataan dari Baekseung.
Suasana di sana agak panas, Jeongwoo dan Jo malah saling melirik.
"Mencurigakan apa coba? Bukannya gue baik ya mau cari tau siapa pembunuhnya supaya para korban bisa beristirahat dengan tenang."
"Lo disogok apa, siapa dan berapa sampe segitu berambisi?"
"Gausah ngaco."
"Apa jangan-jangan lo pembunuhnya? Pembunuh yang berpura-pura supaya kasusnya gak beres-beres."
Nampaknya Baekseung tak bisa meredam emosi, gelas cola yang terisi penuh itu pecah dilantai, si pemilik rumah memandang tak suka.
"Kalau emang gue pembunuhannya, lo bakal jadi yang kedelapan, Gaku."
"Udah, kok jadi kalian yang ribut?" Jungwon berusaha menengahi walau sejatinya dia juga tak suka dengan watak Baekseung. Tapi mau bagaimana lagi, dia dan tiga temannya sudah terlanjur masuk dalam rencana yang dibuat Baekseung.
Mereka juga sebenarnya penasaran, siapa pelaku dibalik kasus pembunuhan yang kini belum menemukan titik terang.
"Jangan sampe pembunuh aslinya tau kalau kita lagi coba ungkap kasus ini." Jo berkata saat suasana sudah agak kondusif, tidak sepanas tadi. Namun, Jeongwoo malah tertawa sampai terpingkal.
"Dia tahu, tapi dia diem." Katanya singkat.
"Kenapa dia diem coba? Kenapa dia gak ngasih respon apa-apa?"
"Entah, belum kepikiran."
Baekseung yang tadi sempat marah masih belum berdamai juga, dia berdiri sambil membersihkan sisa cola di baju sekolah yang dia pinjam dari si pemilik tiket pensi kemarin.
"Jungwon, bajunya besok bawa, mau gue kasih."
"Hem, hati-hati. Siapa tau pelaku pembunuhnya cari target baru."
"Gak takut."
"Yang bener?" Jeongwoo mengompori.
"Gue cabut!" Pintu rumah Jungwon dibuka lalu ditutup rapat lagi. Tersisalah empat orang didalam, yang masih sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Gue harus cari tahu sekarang," Jo membuka ponselnya dan mulai mencari apa yang dia butuhkan, seperti informasi mengenai siapa orang yang sudah mengirim Sunghoon sekeluarga ke dalam penjara.
"Gue pulang duluan, mau nabung."
Jo terlihat terkekeh, dia teringat kalau Jeongwoo sedang tidak berdamai dengan perutnya. Yang lain lantas membiarkan orang itu pergi juga.
+×+
Aku kira peminat 10080 udah gak terlalu banyak, ternyata masih banyak hehe
Makasiii semuanya
Seneng dehJ angan ikut mikir siapa pelakunya yaa!
![](https://img.wattpad.com/cover/290907463-288-k741955.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [Selesai]
Mystery / Thriller[ S E A S O N 1 - 3 L E N G K A P ] "Siapa dalangnya?!"