二十 | berhasil

103 44 4
                                    

Hari dimana pembalasan dendam akan dimulai akhirnya datang juga. Kini, di pukul sepuluh malam dengan langit gelap tanpa bintang, semua sudah dalam posisi.

Jisung, Yedam dan Sunoo hanya dia di rumah karena begitulah instruksinya. Sedangkan empat yang lain bersembunyi tak jauh dari kediaman Jisung.

Ada sedikit rasa was-was dan khawatir, takut rencana yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari ini tidak selancar ekspetasi.

Doyoung sudah memantapkan diri, pun dengan segala perlengkapan dan tempat dimana semuanya akan di mulai. Yang lain tinggal menjalankan saja.

"Siap?" Di dalam rumah, Jisung bertanya. Yedam juga Sunoo mengangguk saja. Menunggu si target datang.

"Gimana kalau rencana kita gak berhasil?"

Pertanyaan dari Sunoo membuat Yedam menatapnya lekat. "Belum mulai udah takut gagal. Lagian, masih ada hari besok, gausah pesimis." Katanya tak melepas pandangan, Sunoo terlihat berkeringat dingin.

Tepat di jendela yang sengaja tidak ditutupi gorden, bayang seseorang terlihat jelas di sana. Sesegera mungkin keduanya menjauh dari jendela, takut si penyuap itu mengintip dan berakhir pada berantakannya rencana.

"Kenapa ya kita malah menjauh?"

"Kalau kita tetep duduk di sana, yang ada dia gak jadi masuk lewat pintu depan."

"Berani  banget dia, padahal masih jam sepuluh."

"Dia pikir kita udah tidur, mangkanya dia ngintip dulu lewat jendela."

Ketiganya kompak bersembunyi disebuah lemari besar yang tak jauh dari tangga. Suara pintu yang dibuka paksa jelas terdengar, suara tapak kaki juga demikian. Suara itu semakin terdengar, nampaknya Jay mulai menaiki anak tangga yang di puncaknya sudah diberi minyak oleh Doyoung beberapa jam lalu.

"Aw!" Jay berteriak, setelah itu hanya ada suara samar orang yang jatuh dari ketinggian. Beberapa menit mereka diam, menunggu waktu yang tepat.

Lantas ketiganya keluar dari persembunyian; mendapati satu sosok yang keningnya sudah dibanjiri darah segar. Pada awalnya mereka tak berani mendekat, takut kalau Jay mati dan mereka yang disalahkan nantinya.

Tak lama, Doyoung dan kawan-kawannya masuk, berlari ke arah Jay dan mencoba memeriksa.

"Masih hidup," itu kata Jake saat tangannya memeriksa nadi yang ada di tangan dan di leher. Dia langsung membawa raga tak sadarkan diri Jay ke dalam mobil, diikuti yang lain.

Dua mobil milik Doyoung terparkir agak jauh, mereka membagi dua kelompok. Sunoo, Yedam, Jisung dan Jaehyuk dalam satu mobil, sisanya di mobil pertama.

Jaehyuk menyetir, mengikuti mobil pertama yang sudah melaju dengan kecepatan cukup kencang.

Sepinya jalan membuat rencana mereka lebih gampang dilakukan, lebih leluasa juga.

Doyoung tak langsung ke tempat dimana semua rencana akan dimulai, dia lebih dulu mampir ke rumah sakit terdekat guna memeriksakan keadaan Jay.

"Kita tunggu di mobil," Jaehyuk berkata sembari berfokus pada tab yang dia genggam. Mengamati sesuatu yang tidak mereka tau.

"Ngapain?"

"Sunghoon lagi di luar kota." Jawabnya. Jisung peka, Yedam pun demikian, lain dengan Sunoo yang malah sulit mencerna perkataan Jaehyuk.

"Rencana selanjutnya apa?" Pagi tadi, Doyoung hanya memerintahkan mereka untuk memancing kedatangan Jay dengan tetep berada di rumah sampai Jay masuk ke dalam perangkap yang sudah disediakan.

"Sebenernya keberadaan kalian setelah ini gak terlalu dibutuhkan. Alasannya karena kalau rencana ini gagal, kita masih punya kalian buat ungkapin apa yang sebenernya."

"Wkwk, kita gak boleh terluka?" Sunoo terkekeh, teringat pada perkataan Doyoung beberapa waktu lalu.

"Kita berempat tahu kalau semua yang kita lakuin pasti beresiko, Sunghoon dan kakaknya juga bukan lawan yang bisa dianggap enteng. Kalau nanti kita kehilangan nyawa, sebisa mungkin kalian lari ke tempat yang paling aman. Jangan sampe ke kantor polisi tanpa bukti, yang ada kalian diketawain." Diwaktu yang serius seperti ini, Jaehyuk masih sempat melawak sebelum ketukan dari kaca terdengar.

"Jay gapapa?" Jaehyuk membuka kaca sehingga tiga temannya yang lain mendengar juga.

"Dia gapapa, lukanya lagi diobatin." Sungchan lalu pergi lagi.

"Kalau Jay mati, kalian jadi pembunuh dong?"

"Enggak, kan dia yang jatoh sendiri."

"Kan kalian yang naruh minyak."

"Cuma disisi kanan, salahin dia kenapa jalan ke arah itu."

Kali ini, Jisung berasumsi kalau segila apapun Sunghoon, Doyoung dan tiga temannya jauh lebih gila. Mereka menyiapkan plan A dan plan B dengan beberapa alasan supaya mereka tidak terbukti bersalah kalau-kalau ada nyawa yang melayang.

"Ayok jalan lagi!" Mereka kembali mengikuti mobil yang dikendarai Jake. Melewati jalan yang sudah tidak ada kendaraan lain yang berlalu lalang. Mereka tidak membawa Jay ketempat seram dan jauh dari pemukiman, malah membawanya ke tempat yang sudah Doyoung sewa dalam dua hari ke depan. Sebuah rumah di dekat tempat wisata.

"Liburan dulu ya kita?" Celetuk Sunoo. Dia bertanya karena memang tak tau apa-apa, tau-tau sudah ada di parkiran rumah mewah itu.

"Liburan mah nanti, kalau semuanya udah beres." Jaehyuk memerintahkan mereka untuk mengikuti Doyoung dan Jake yang kini sedang membopong tubuh Jay.



+×+

Haii      Haiii
Selamat pagi semua
Sebisa mungkin aku bakalan cepet apdet
Makasih buat yang udah nunggu
Lope sekebon pokoknya
Jaga kesehatan yaa
Baiii




vote ya

10080 [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang