Terbongkar pt.1

317 122 17
                                    

Kakek berjubah hitam itu memerintahkan tangan kanan yang ada diantara mereka untuk maju. Tak disangka-sangka, orang yang sejak tadi hanya diamlah yang maju tanpa rasa bersalah. Dia Park Sunghoon, remaja yang dicurigai Asahi kemarin.

"Sunghoon? Lo?" Yedam menggeleng tak percaya.

Jisung dan Asahi yang tau kalau Sunghoon ada sangkut pautnya dengan apa yang terjadi hanya bisa berpasrah saja.

"Sudah kudugong," ujar Jisung.

Sunghoon tidak ada niatan sedikitpun untuk membalas perkataan mereka, karena ia kini sedang sibuk membantu si Kekek membuka topeng dan jubahnya.

Semua pasang mata tak berani berkedip saat si Kakek hendak membuka topengnya. Topeng itu perlahan terlepas berbarengan dengan terbongkarnya dalang dibalik kekacauan yang terjadi.

"Jay!?" Pria yang lebih dulu terkejut adalah Yedam, karena mereka berdua mempunyai hubungan keluarga yang sangat dekat.

Sunoo, teman seperjuangan Sunghoon dan Yedam tidak bergeming. Anak itu menatap kedua sahabatnya dengan tatapan kosong, tampak jelas kalau Sunoo kecewa. "Kenapa kalian berdua ngelakuin ini, Jay? Sunghoon?"

Jay terkekeh. "Bukan cuman kita berdua lho, temen lo satu lagi juga turut serta."

Sunoo spontan menatap Chenle. Yang ditatap jelas kelabakan, "Bukan gue, Sunoo!"

"Yedam." Satu kata yang singkat mampu membuat Junkyu terkejut bukan main.

"Yedam? Lo juga bagian dari semua ini?" Junkyu berdiri didepan sahabatnya. "Jawab gue, Yedam. Lo bagian dari mereka berdua?!"

Yedam menolak dengan keras tuduhan itu. Tidak terlintas sama sekali dipikirannya untuk berbuat demikian, dan Yedam bukanlah tipe orang yang rela mengorbankan dirinya sendiri apalagi orang lain.

"Enggak! Bukan gue!" Yedam mengutarakan elakkannya dengan lantang.

"Jay fitnah!" Lanjutnya.

"Bukannya lo yang udah ngajak temen-temen lo yang lain berlibur ke Pulau ini, Yedam?" Jay memancing amarah Yedam dengan senyum mautnya.

"Gue tau pulau ini dari Sunghoon, dia yang maksa gue buat ngajak kalian ke Pulau ini. Please, percaya sama gue," jelas Yedam.

Chenle dan Haruto kompak menjauhi Yedam, mereka berdua takut jika Yedam hanya berakting. Lain dengan Asahi yang malah merangkul temannya itu. "Gue percaya sama lo, Dam."

"Sunghoon! Bilang ke yang lain, kalau lo yang nyuruh gue ngajak mereka buat liburan ke sini!" Teriak Yedam lagi. Dituduh melakukan hal yang ia tidak lakukan adalah fitnah yang besar bagi Yedam. Bisa saja fitnah itu menjadi bumerang nantinya.

"Jay? Mereka berisik banget," Sunghoon meletakkan sepasang earphone ditelinganya.

"Gue kasih waktu buat lo ngejelasin semuanya, Yedam. Lagian, gue gak butuh orang lemah kaya lo." Jay kemudian mendudukkan diri diatas rumput.

"Gue gak yakin mereka bakal keluar dengan selamat," bisik Jay tepat ditelinga Sunghoon.

Disatu sisi, Yedam sudah mengatur nafas untuk menceritakan semuanya. Tentang Sunghoon yang mencoba membujuk dirinya. "Jadi ...."

Dua bulan yang lalu...

Perpustakaan, tempat Yedam dan Sunghoon biasa menghabiskan waktu luang dikala istirahat atau jam pelajaran sedang kosong. Di kursi paling belakang perpustakaan, mereka membaca buku yang sama yaitu buku sambil sesekali berbisik.

Karena tempat yang mereka tempati tidak cocok untuk mengobrol, Sunghoon mengajak Yedam untuk bangkit dari tempatnya. Yedam menurut, ia mengikuti langkah Sunghoon menuju taman sekolah.

Taman terlihat cukup sepi, hanya ada beberapa murid yang sedang berdiskusi saja. Sunghoon mengedarkan pandangannya guna mencari tempat yang cocok untuk membicarakan hal yang penting tadi.

"Di sana aja yuk, Dam?" ajak Sunghoon.

Yedam berdecak, "Lo mau ngomongin apa sih, Hoon?"

"Udah, ikut aja!"

Yedam berpasrah, karena memberontak pun tidak akan bisa mengehentikan Sunghoon si kepala batu.

"Yedam?"

"Ya?"

"Gimana kalau kita liburan ke Pulau Se***** aja?" Sunghoon menatap Yedam. "Lo ajak yang lain supaya ikut!"

Ucapan Sunghoon mendapat gelengan dari Yedam. "Enggak, bahaya. Banyak orang meninggal di air terjun yang ada di Pulau itu."

Sunghoon tertawa pelan, ia kembali menatap Sunghoon dan mencoba meyakinkannya lagi. "Itu Hoax, Yedam! Ayo kita ke sana!"

"Gue takut yang lain ikutan jadi korban juga, Hoon. Kita ngobrol bareng sama mereka aja nanti, tentuin bareng-bareng."

"Mereka gak akan mau kalau bukan lo yang ngajak, ayolah ....Gak lama kok, cuman tiga hari. Oke?" Sunghoon nampaknya terus mendesak Yedam.

Helaan nafas terdengar, Yedam menyerah dengan Sunghoon. "Yaudah, tapi kalau ada apa-apa jangan salahin gue, ya?"

Sebelum menjawab pertanyaan Yedam, segerombolan siswa-siswa yang tidak lain adalah teman-temannya mereka berdua datang.

"Woy! Berduaan bae! Lagi akur nih romannya," ledek Jisung.

"Kalian lagi ngobrolin apa?" tanya Junkyu.

"Enggak ada, kita berdua cuma ngobrolin ulangan harian Sosiologi besok." Sunghoon kemudian berlalu pergi meninggalkan Yedam yang kebingungan.

Tapi, kebingungan Yedam terjawab setelah ponselnya bergetar. Ia merogoh benda itu diam-diam, agar teman-temannya tidak curiga.

Sunghoon
|Jangan kasih tau mereka dulu
|Seminggu sebelum berangkat, baru lo ajak mereka.
Kita berangkat tanggal 27 Desember, empat hari sebelum tahun baru.

Yedam mematikan ponselnya, meletakkan pada tempat semula.

Flashback off

"Udah jelasinnya?" Jay bangun dari duduknya.

"Sekarang giliran lo, Jay. Jelasin alesan lo ngerencanain semua ini!" pinta Sunoo, yang lain pun setuju.

"Oke gue bakal jelasin semuanya," Jay memunculkan lagi senyum mautnya.

+×+

Holla ... ketemu lagi sama akuuuuuu, semoga kabar kalian baik, yaa.
See u

10080 [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang