"Gimana kita bisa kerja sama kalau kalian aja gak terbuka sama kita bertiga." Jisung mulai berbicara saat ketujuh remaja yang hendak melakukan pembalasan dendam itu berkumpul di rumahnya.
Suasana di ruang tengah cukup panas, seolah semuanya dibuat bungkam oleh perkataan Jisung barusan. Lalu, Jisung kembali angkat bicara. "Ayok saling terbuka. Minimal supaya kita tahu kalau kalian itu orang baik."
Doyoung menyerengit. "Berarti, selama ini kalian bertiga anggap gue, Jake, Sungchan sama Jaehyuk itu orang jahat? Kalian gak percaya sama kita berempat?"
"Bukan gak percaya, Doy. Tapi maksud Jisung tuh minimal kita tahu alesan kalian pengen bales dendam ke Jay sama Sunghoon."
"Penting banget ya emangnya?"
Mungkin benar. Tidak begitu penting bagi mereka yang notabennya baru beberapa hari menjadi kawan. Pertemuan singkat yang berujung pada rencana pembalasan dendam mampu membuat mereka dekat, bergaul layaknya teman yang sudah lama bertemu, berbincang seperti tujuh tiang kokoh yang menopang satu bangunan yang sama.
Tapi, selama apapun pertemanan, jika mereka tidak saling terbuka, bukan tidak mungkin jika pertemanan itu tidak akan bertahan lama.
Jisung juga berpikir demikian. Bagaimana semua rencananya bisa berjalan lancar jika mereka saja tidak saling mengenal lebih jauh. "Kita bertujuh harus saling terbuka satu sama lain. Kalau sekiranya buka privasi, gak masalah, kan?"
Yedam mengangguk. "Bukan kita yang gak percaya sama kalian. Tapi kalian yang gak percaya sama kita. "
"Gak percaya gimana? Jelas-jelas kalian cuma pengen tahu karena penasaran." Sekarang Sungchan yang berbicara. Entah seberapa jernih telinga Sungchan, padahal sejak tadi ia hanya acuh tak acuh dengan perbincangan, hanya asik sendiri dengan beberapa akun yang ia pegang. Pekerjaan admin apa sesibuk itu?
"Gini. Dengan kita saling terbuka, kita bakalan lebih ngerti satu sama lain. Kalaupun nanti kita berselisih paham, perselisihan itu gak akan bertahan lama. Kita ini satu tim. "
Lagi-lagi ucapan Jisung tidak ada celah untuk dianggap salah. Pemuda bernama lengkap Park Jisung memang memiliki pemikiran yang jauh kedepan dan mempunyai analisis dengan predikat A walau tertutup oleh sikap masabodonya.
"Oke-oke. Lagipula, identitas kita berempat gak begitu penting sampe harus di tutup-tutupi."
"Sok silahkan...." Yedam memberi waktu pada Doyoung, Sungchan, Jake dan Jaehyuk untuk memberi tahu apapun tentang diri mereka sendiri. Selagi bukan privasi.
Doyoung mulai berbicara, mewakilkan tiga temannya yang lain.
"Gue sama Jake itu anak baru di sini, kecuali Sungchan sama Jaehyuk yang emang anak asli sekolah ini, kalian asing liat gue dan kaget liat Jake karena emang kita anak baru. Jelas?"
Mereka mengangguk.
"Sedangkan Sungchan dia jarang banget keluar kelas, Jaehyuk juga sama, karena itu kalian juga ngerasa asing ngeliat mereka berdua. Ngerti?"
Yedam dan yang lain mengerti, satu persatu pertanyaan mereka terjawab.
"Kalau soal kenapa gue pengen bales dendam, ceritanya panjang banget. Gue harap kalian denger baik-baik karena gak akan ada pengulangan."
"Iya cepet," ujar Jisung semangat. Memang sejak awal Jisung lah orang yang paling banyak berteori meski dilakukan secara diam-diam tanpa banyak bicara.
"Beberapa tahun yang lalu, Kakak gue pernah ngalamin hal yang sama juga kayak kalian. Nama Kakak gue Kim Mingyu, dan dalang dibalik kejadian itu Kakak dari Sunghoon, Jeonghan."
"Mereka berangkat bertujuh, dan pulang cuma bertiga. Tragisnya, dua temen Kak Mingyu yang selamat gak bisa bertahan hidup karena disalahkan oleh pihak keluarga temen mereka yang gak bisa selamat."
KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [Selesai]
Детектив / Триллер[ S E A S O N 1 - 3 L E N G K A P ] "Siapa dalangnya?!"