十六 | terealisasikan

172 54 0
                                    

Jam masih menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh lima menit, bahkan matahari masih sedikit malu-malu untuk menyinari bumi Pertiwi ini.

Sejak tadi, Jaehyuk sibuk memberesi beberapa barang untuk ditata didalam mobilnya. Kabel sana-sini jelas membuat Jake mabok. Pusing, Jake tidak paham. Mau bertanya juga enggan.

"Pokoknya ikutin arahan dari gue. Jelas, Bung?"

Sudah bisa dipastikan jika Jake hanya manggut-manggut. Mereka lantas pergi, menelusuri jalan kota yang sudah ramai sejak subuh. Secercah harapan muncul dibenak mereka berdua. Pasalnya, si pemilik strategi bukanlah orang yang asal, Doyoung pasti memikirkan berbagai kemungkinan sebelum semuanya terealisasikan.

Tak sampai satu jam perjalanan, beberapa menit lagi mereka berdua akan sampai ke tempat dimana semua rencana dimulai. Jaehyuk tak lagi duduk disamping si pengemudi, berpindah ke belakang agar Jake terlihat pergi seorang diri.

Sebelum itu, pakaian Jake sudah seratus persen seperti tukang yang akan membenarkan rumah milik Sunghoon. Celana bahan warna biru, kaos hitam dan kacamata serta topi semakin membuat semuanya terlihat jelas.

"Permisi~" ucap Jake sesaat setelah bel dibunyikan. Dari telinga kirinya, arahan Jaehyuk terdengar jelas, berdoalah agar benda kecil yang terpasang ditelinga Jake tetap pada tempatnya, tidak terlihat, ataupun menjadi bahan kecurigaan penghuni rumah.

"Dengan siapa, Mas?" Wanita paruh baya datang, bertutur pelan dengan sapu ditangannya.

"Saya tukang, Bu."

"Ah, Mas yang mau betulin plafon rumah, ya?"

Jake tersenyum, jalannya justru dipermudah. "Betul."

"Mari saya antar." Sejenak Jake memutar kepala kesana-kemari, agar Jaehyuk melihat apa yang dia lihat. Kamera yang terpasang dikacamatanya justru memudahkan kedua insan itu dalam banyak hal nantinya.

"Jake, jangan bikin Ibu itu curiga."

Tidak diperingati saja dia sudah tahu. Jaehyuk terlalu berlebihan.

"Ada tangga tidak, Bu?"

"Ada. Tapi saya tidak kuat, berat. Mas mau bantu?"

Dua kali senyuman terbit dari sudut mulut Jake.  Hari ini adalah hari yang menguntungkan. Ya, semoga saja.

Jake menyusuri setiap jengkal rumah Sunghoon. Megah? Jelas. Seorang yang percaya pada kekuatan mistis tidak mungkin rumahnya kosong melompong.

Semua yang Jake lihat terhubung langsung dengan layar yang Jaehyuk saksikan sambil menyeruput kopi.

"Jake! Arah jam tiga."

Bukan tidak mungkin kalau Jake mengabaikan perintah dari sahabatnya. Dia  memutar kepala, mengamati foto keluarga yang terpampang jelas di ruang tamu. Ada Sunghoon yang usianya masih kisaran lima belas tahun, Ayahnya, Jeonghan dan Seungcheol. Nampaknya, foto itu diambil sebelum Sunghoon mengenal Jay.

"Mas?"

Mampus. Jake kelabakan. Tapi sebisa mungkin dia bersikap biasa saja. "Bu, mereka yang punya rumah ini?"

"Iya. Tuan dan dua anaknya sedang ke suatu tempat. Katanya liburan kecil-kecilan untuk merayakan sesuatu."

Sedikit asumsi muncul, Jake lantas bertanya lagi, "Hanya mereka bertiga, Bu?"

"Iya, hanya mereka. Karena—" mendadak tubuh Jake tersungkur dengan kacamata yang jatuh juga. Tak sempat mengambil kacamata, anak dengan masker dan topi hitam mencoba membantunya untuk berdiri. "Maaf, Mas. Saya gak sengaja."

Mata Jake tak lepas, memandangi tubuh jangkung si lelaki yang tadi menabraknya. Mata bulan sabit. Hanya itu yang terlihat dari semua yang coba anak itu tutupi.

10080 [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang