FlashbackRintik hujan mulai membasahi aspal jalan yang dipijak siswa Sekolah Menengah Pertama bermana Park Jongseong atau biasa dipanggil Jay. Anak itu masih berkeliaran meski waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Seragamnya ia biarkan basah begitu saja, rambut yang mulai tak berbentuk pun hanya ia surai agar penglihatannya tidak terganggu. Jay sudah menapaki beberapa kilo meter sejak sore tadi. Tidak terlintas dalam pikirannya untuk kembali pulang, ke rumah yang bisa memberi kehangatan daripada berkeliaran dibawah guyuran hujan.
Basah kuyup, itulah keadaan Jay sekarang. Bahkan bisa dipastikan buku pelajaran yang ia bawa ikut basah juga. Jay mengedarkan pandangannya ke seberang, ada sebuah ruko tutup yang bisa dijadikan tempat berteduh. Jay berlari-lari kecil dengan kepala tertunduk.
Sampailah ia disana, kemudian terduduk lemas sambil memeluk lutut erat.
Dibalik gemericik suara hujan, terdengar deheman seorah anak laki-laki. Ia Park Sunghoon, anak yang sejak dulu ingin berteman dengan Jay, tapi permintaan Sunghoon untuk berteman tidak pernah diiyakan. Sunghoon tau semua tentang Jay, karena itulah Sunghoon bersikeras ingin berteman.
"Jay?" sapanya lembut. "Ada masalah lagi, ya?"
Jay terus diam, matanya masih menatap pada objek yang sama, mulutnya bahkan sudah membiru karena kedinginan.
"Pulang, Jay. Menghindar gak akan nyelesain masalah."
Jay masih setia pada posisinya, enggan membalas perkataan Sunghoon yang sok tahu itu.
"Kalau lo butuh pertolongan, pintu rumah gue terbuka buat lo. Ayo jadi teman?" Sunghoon mengeluarkan tangan kanannya.
Jay acuh, ia malah berdiri dan meninggalkan Sunghoon. Hujan yang masih deras ia trobos begitu saja.
ᵕᵕᵕᵕᵕᵕ
Tidak terasa Jay sudah sampai di pintu utama rumahnya. Tidak ada yang berbeda dari rumah itu, setiap pagi sampai malam pasti terdengar keributan. Suara bising nan mengganggu pendengaran itu membuat Jay risih, itu sebabnya ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu diluar.
"Jay terus! Yedam kapan, Yah?" ujar Yedam.
"Tolong kurangi rasa iri hatimu itu, Yedam. Ayah tidak pernah tebang pilih."
"Gak pernah Ayah bilang? Ayah selalu ngutamain Jay dibanding Yedam, anak ayah sendiri."
"Kamu yang selalu negatif thinking, kamu keras kepala, kamu egois, kamu selalu cemburu. Tolong ubah sikap negatif mu itu!" Ayah dari Yedam frustasi melihat tingkah anaknya.
"Terus Jay apa? Dia baik, rajin, pinter, gak ngelawan orang tua, ini lah, itulah. Iya 'kan Yah?"
"Kamu yang membandingkan diri kamu sendiri dengan adikmu, kamu sendiri yang terang-terangan membuat semuanya seolah-olah berpihak pada Jay!" nadanya meninggi.
"Yah ... dia cuman anak tiri. Jangan terlalu di prioritaskan,"
"SUDAH CUKUP, AYAH MUAK DENGAN SEMUA KELAKUAN KAMU. JAY ITU ADIK KAMU, MAU DIA ANAK TIRI, ANAK YATIM, ATAU ANAK ANGKAT, DIA TETAP ADIK KAMU YEDAM!"
Keributan itu disaksikan langsung oleh Jay, kedua telinganya mendengar dengan jelas perkataan Yedam yang benar-benar menusuk hati.
Jadi selama ini Yedam cemburu? Jay membantin.
Jay bersikap biasa saja, ia melewati keduanya tanpa sepatah kata. Tapi Yedam tak tinggal diam, ia menyusul sang adik karena takut jika Jay mendengar semuanya dan berujung pada kesalahpahaman.
Ia menyusul sang adik naik kelantai dua, membuka pintunya tanpa permisi.
"Jay?"
"Biasain kalau masuk kamar orang tuh ketuk dulu," ujar Jay yang sedang merapikan beberapa bukunya yang basah.
"Umm ... lo denger semuanya?" tanya Yedam kaku.
"Denger, kenapa?" jawab Jay santai.
"Lo salah faham, Jay. Gue nggak—" perkataan Yedam sengaja Jay potong.
"Apa yang lo sirikin dari gue?" Jay menatap Yedam jenuh. "Lo minta kita beda sekolah, udah gue lakuin. Lo minta itu karena takut tersaingi, kan?"
Yedam mematung mendengar perkataan Jay yang benar apa adanya.
"Lo minta gue buat pura-pura gak kenal, udah gue lakuin. Lo malu punya sodara tiri kaya gue?"
"Gue tau diri karena gue sadar posisi, Dam. Tapi sikap lo terus-terusan bikin gue muak. Kalau lo udah gak mau gue tinggal di sini, gue bakalan pergi tanpa jejak. Ayah gak akan nemuin gue dimana pun, termasuk lo." Jay mendekatkan diri pada Yedam yang terus membeku itu. "Setelah ini, lo gak akan pernah nemuin gue. Lo bakal tau apa yang sebenarnya nanti."
Yedam terusir keluar oleh tangan besar Jay, anak itu sampai tersungkur kelantai. Pintu tertutup dengan kasar, Yedam spontan menggedor pintu kamar Jay keras.
"Buka, Jay! Lo salah faham!"
"Jay!"
"Buka!"
Suara besar Ayah Yedam kembali terdengar, "Biarkan Jay istirahat, Yedam!"
Yedam menarik nafas pasrah, ia menunduk sambil berlirih. "Maaf."
Disatu sisi, Jay mengambil ponsel yang ia letakkan dilaci meja belajarnya. Ia mencari kontak bernamakan 'Park Sunghoon' dan mengirimkan pesan singkat untuknya.
Me
Sunghoon
Ini gue Jay
Besok pagi gue ke rumah lo
bantu gue bales dendamSebelum Ayam berkokok, Jay sudah bersiap dengan baju yang benar-benar tertutup untuk meninggalkan rumah yang penuh drama itu. Ia kabur lewat jendela, mencari jalan yang tidak terpantau CCTV.
Flashback off
+×+
Mungkin kalian bingung, tapi simak baik-baik berapa kali Yedam jadi korban dihotel itu. Jay sengaja bikin Yedam selalu jadi korban, karena dia punya dendam tersendiri.
Kalau Sunghoon? Rahasia~
Kelanjutannya akan terungkap nanti, tetap pantengin 10080 sampe tamat!

KAMU SEDANG MEMBACA
10080 [Selesai]
Mystère / Thriller[ S E A S O N 1 - 3 L E N G K A P ] "Siapa dalangnya?!"