04. Hoodie navy

87 40 3
                                    

Diperjalanan pulang, Baekseung berhenti sejenak di rumah Sunghoon yang sudah diberi garis polisi. Dia berpikir untuk mengunjungi rumah itu karena teringat perdebatan tadi siang.

Kalau memang pembunuhan tujuh orang pelajar yang sedang liburan di pantai ada sangkut-pautnya dengan kasus Sunghoon, dia harus lebih dulu bertanya pada orang-orang sekitar. Namun Baekseung terkejut saat mendapati rumah besar Sunghoon adalah kawasan minim tetangga. Kalaupun ada, tipe orang yang menempatinya adalah tipe orang-orang yang jarang berkomunikasi. Lebih terkesan tertutup dan masabodo.

Dari jarak hampir lima meter, Baekseung terus berpikir dan memperhatikan sekitar, tanpa melepas helm-nya. Dia takut kalau dia dicurigai.

"Ke sana aja apa, ya?" Dia menimbang-nimbang dengan sangat, hendak mendekat tapi tak berani. Namun jika tetap dalam posisinya yang sekarang, bukan tidak mungkin kalau dia tidak akan mendapatkan hasil apa-apa.

Dengan keberanian penuh, dia turun dari motor dan mulai berjalan pelan, sambil celingak-celinguk seperti orang yang tersesat. Namun, ada satu orang yang terlihat sibuk diluar rumah, seperti sedang ada aktivitas dihalaman. Karena posisi orang itu terlihat mengintimidasinya, dia mundur ke belakang dan mulai menghampiri si bapak.

"Permisi, Pak." Sapa.Baekseung sambil tersenyum ramah dan memasang wajah kikuk. Saat ini, dia terlihat seperti orang yang benar-benar tersesat. Tangan kirinya memegang helm, tangan kanannya menggaruk kepala. "Saya mau tanya, apa boleh?"

"Silakan. Saya tadi memperhatikan kamu terus dari balkon, saya pikir kamu pencuri."

"Saya termasuk orang yang berkecukupan, Pak. Kalaupun saya mau maling, rumah bapak udah bobol dari tadi." Baekseung hanya berniat bercanda, tapi bapak itu malah serius dan menjaga jarak kurang dari dua meter.

"Jangan dibawa serius, Pak. Saya mau tanya, rumah Park Sunghoon dimana, ya?"

Sesaat setelahnya, si bapak yang berpenampilan rapi itu mematung, seperti mencerna apa yang Baekseung tanyakan. Walau sedikit grogi, dia menjawab, "Kamu punya urusan apa memangnya?  Park Sunghoon sekeluarga sudah dipenjara, katanya terjerat kasus pembunuhan."

Baekseung jelas pura-pura kaget, padahal dia sudah tahu dari lama. Tapi, sebisa mungkin Baekseung haruslah pintar bersandiwara, karena pria paruh baya didepannya terlihat gampang sekali diajak bicara, syukur-syukur kalau dia punya beberapa informasi.

"Sunghoon pernah punya hutang sama saya." Kalimat itu terkesan asal tapi lagi-lagi membuat si bapak percaya . Asumsinya soal tetangga yang sifat-sifatnya masing-masing itu ternyata benar.

"Begitu rupanya. Saya kira keluarga Park Sunghoon adalah keluarga yang berada, ternyata uang yang dia punya itu hasil berhutang. Padahal sebelum dipenjara, saya sering lihat mereka habis pulang liburan."

"Terus, apa lagi, Pak?"

"Saya kurang tahu, soal lebih rinci kenapa keluarga itu dipenjara saja saya hanya tahu sedikit. Kasusnya terbilang sangat tertutup."

"Terus uang saya yang miliaran itu gimana, Pak? Apa saya bongkar-bongkarin aja ya rumahnya?"

"Ide bagus. Dengan kamu bongkar rumah Sunghoon tanpa izin, kamu bisa ketemu dan tinggal bareng sama Sunghoon."

Dalam hati Baekseung memaki. Sedikit informasi tentang keluarga Sunghoon telah ia kantongi meski belum jelas kebenarannya. Dia pun memilih untuk pulang dan berpamitan dengan si bapak.

Saat langkanya mendekati motor, penglihatan Baekseung tak sengaja menangkap satu sosok dengan hoodie navy sedang berlari ke arah belakang rumah Sunghoon. Tadinya dia hendak mengejar karena gerak-geriknya mencurigakan, bisa saja orang itu tahu banyak tentang Sunghoon.

Lagi-lagi niat itu terabaikan, langit sudah semakin mendung dan rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Daripada pulang telat dan kedinginan ditempat asing ini, Baekseung memilih untuk tancap gas.

Perjalanannya terbilang singkat meski rumahnya terlampau jauh. Sebelum masuk ke dalam, Baekseung mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.









Gaku


Me
Gaku ga laku
mau tanya

Gaku
ha?

Me
full member gak?


Gaku
grup apaan?

Me
lo lagi sama yang lain?


Gaku
g
dah balik

Me
oh yauda


Gaku
eh
lo ada liat hoodie gue gak tadi?


Me
warna?

Gaku
navy
ketinggalan di kelas

Me
lah ngelawak
gue kan pulang duluan

Gaku
Ok




Satu hal yang dia curigai. Hoodie Gaku yang hilang itu warna navy, dan orang misterius tadi menggunakan warna Hoodie yang sama. Entah itu kebetulan atau ada sesuatu yang janggal.

Tidak mungkin kalau siswa lain yang mengambilnya karena kelas yang dia tempati adalah kelas kosong yang bahkan sudah berdebu. Atau mungkin murid yang biasa memarkirkan motornya diparkir tiga? Bisa iya, bisa tidak.

Tapi yang pasti, sosok misterius itu adalah salah satu murid dari sekolah yang sama. Jadi, Baekseung harus lebih waspada dari sebelumnya. Dia tidak boleh kecolongan.

Dia lantas mengeluarkan bukunya lagi, dan mencatat sesuatu di lembar tengah.

Hal penting; hoodie navy, siswa mencurigakan, keluarga Sunghoon.

Dia lantas memasukkan benda itu kedalam tas dan membuka pintu untuk masuk. Setelah itu, seseorang dengan jaket navy mengintip dari balik pagar.

Sorot matanya tajam, senyum evil terbit begitu saja. Orang itu menerobos hujan sambil bergumam, "Oke juga."























+×+

Jangan lupa senyum (灬º‿º灬)

10080 [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang