03. ada yang aneh [edisi hari spesial akuuuuuh>3]

106 40 5
                                    

Mereka berempat tidak mengingkari janjinya, malah datang lebih cepat mendahului Baekseung, si pembuat janji. Mungkin karena kelas mereka yang tak jauh dari parkiran tiga.

Selama menunggu Baekseung datang, tak ada obrolan lebih. Sibuk dengan handphone milik masing-masing. Sebelum itu, Jo mau kalau tiga temannya yang lain tidak menepati janjinya, dia ingin kalau 'dia sendiri ' yang datang, untuk mengecek kalau Baekseung tidak punya niat buruk.

Pasalnya, aneh jika melihat anak yang baru menduduki bangku kelas sepuluh Sekolah Menengah punya niat untuk mengungkapkan suatu kejahatan yang polisi saja dibuat kesulitan. Yang pasti, pelakunya memiliki kecerdasan diatas rata-rata.

Atau memang ada yang sengaja membungkam mulut saksi dan mengubur barang bukti? Entahlah.

Jo juga berpikir kalau Baekseung lebih dari anak laki-laki kelebihan uang. Jika melihat nominalnya, memanglah tak terlalu besar. Tapi kalau kasusnya lama terungkap, bukan tidak mungkin kalau Baekseung akan mengeluarkan uang dengan nominal yang tidak sedikit.

Tapi, tolakan sarkas yang jadi reaksi. Jungwon menolak usul Jo dengan alasan kalau dia juga penasaran. Dan apa daya, Jo menurut tanpa protes apapun lagi.

"Si Baekseung lupa apa ya?" Ujar Gaku disela sibuknya bermain game. Masalahnya, sudah lewat dua puluh menit dari perjanjian. Mereka berempat juga lupa meminta nomer telepon Baekseung.

"Tunggu aja, bentar lagi juga nongol."

Dan hebatnya, perkataan Jeongwoo langsung menjadi kenyataan. Baekseung datang dengan peluh di dahi, tasnya bahkan hanya di jinjing. "Maaf banget, tadi dipanggil pak Bowo."

"Dipanggil doang, kan? Bukan disuruh?"

"Boro-boro, disuruh ngambil barang dia yang ketinggalan dilantai dua kelas Mipa."

"Loncat aja padahal biar cepet."

"Iya. Cepet mati."

Gaku terkekeh mendengar penuturan tadi, lantas bertanya, "Lama gak? Mau ngobrolin apa emangnya?"

Dengan nafas yang tersengal-sengal, Baekseung menjawab, "Ada beberapa hal yang pengen gue bagi ke kalian."

"Contohnya?"

"Pertanyaan seputar kenapa dan apa."

"Ya apa?" Kata Jungwon.

"Jadi, kalian pasti udah baca beberapa artikel tentang kejadian penembakan itu. Ada beberapa topik yang akan gue bahas, tapi ada tiga yang bakal jadi fokus kita."

Keempatnya mengangguk serius. Dalam ruangan kelas kosong dan pintu tertutup, aura di sana sedikit panas, tidak seperti tadi.

"Pertanyaan pertama, apa bener 'pembunuhan' itu bermotifkan balas dendam dari musuh keluarga Kim? Secara, Ayah dari korban yang namanya Doyoung itu pengusaha terkenal, terlebih kita semua tahu kalau beberapa hari sebelum kejadian itu, ada lima orang yang dipenjara karna kasus pembunuhan juga."

"Tapi, Baekseung. Gue kira pembunuhan itu dilakuin sama anggota dari keluarga besar Kim yang haus kekuasaan? Karena gak mungkin dong kalau pembunuhan itu bener-bener sulit diselidiki? Pasti pembunuhnya bener-bener nyari waktu yang pas dan nyusun rencana itu dari lama."

"Bener juga, secara yang tau agenda Doyoung itu pasti keluarga deketnya. Gak mungkin dong orang lain tau? Karena yang gue denger, Doyoung itu tertutup banget."

"Kalau bener pelakunya salah satu dari keluarga besar Doyoung, berarti pelakunya itu bisa aja Kakak dari Tuan Kim atau Adik? Atau bisa aja Tante, sepupu?"

"Nggak deh, gue yakin kalau pembunuhan ini ada sangkut pautnya sama kasus sebelumnya."

"Yang pelakunya Sunghoon? Mantan siswa sekolah para korban?"

"Iyalah. Ada sangkut pautnya kan?"

"Ada kalau disangkutin mah," sela Jo.

"PUSING." Gaku memegangi kepalanya. Sejak tadi hanya Jo, Jeongwoo dan Baekseung yang mengobrol. Dia dan Jungwon hanya menyimak. Gaku tidak tau apa-apa karena dia tidak punya waktu untuk mengurusi urusan orang lain, Jungwon juga sama, dia punya banyak sekali kerjaan setelah pulang dari sekolah yang membuat anak itu kudet tentang apapun. Jadi, kalau Jungwon tiba-tiba tau segalanya, patut dicurigai.

"Oke. Gue catet."

Baekseung membuka buku catatan kecil dan mulai menulis.

List pelaku
1. Anggota keluarga dari Doyoung [korban]
2. Sunghoon; karena pernah satu sekolah

FYI , dalam kasus tentang dipenjara Sunghoon dan keempat pelaku yang lain. Tidak ada nama Doyoung, Jaehyuk, Sungchan dan Jake didaftar saksi atau pemberi informasi.

"Pertanyaan kedua, apa kita datang aja ke lokasi?"

"Masih dipasang garis polisi," itu kata Jungwon. Gaku lalu melirik penuh selidik.

"Kok tahu?" katanya.

"Nih!" Jungwon memberikan ponselnya yang menyajikan artikel tentang kabar terkini kasus pembunuhan tersebut.

"Siapa yang mau ikut gue main ke sekolah para korban?"

Jeongwoo undur diri, Jo pun demikian. Hanya sisa Gaku dan Jungwon. Dari dua yang tersisa, dia berharap penuh pada Gaku karena Jungwon sering asal dalam berbicara dan terkesan tidak pernah serius.

"Sama gue saja." Saat itu malah Jungwon yang mengajukan diri. Dengan sedikit berat hati Baekseung menerima, daripada tidak ada yang mau ikut, batinnya.

Lagipula, tidak terlalu jadi beban jika Jungwon jadi temannya untuk ke sana. Toh dia hanya butuh teman untuk mendampingi, soal bagaimana dia bisa masuk ke sekolah, otak Baekseung masih punya seribu satu cara.

Selepas pulang sekolah, dia hanya perlu menyiapkan beberapa pertanyaan untuk bertanya pada teman-teman yang bersekolah ditempat Doyoung dan kawan-kawan menuntut ilmu. Dia juga mengatur waktu yang pas untuk berhasil masuk ke dalam lingkungan sekolah tanpa dicurigai nantinya.

Mungkin, dia harus terus meng-update terus tentang sekolah itu agar tidak ketinggalan informasi.

Untuk hari ini mereka hanya membahas dua pertanyaan dan melanjutkan di esok hari. Langit agak mendung, Baekseung khawatir akan telat pulang dan berujung pada marahnya sang nyonya di rumah.

Kelimanya sepakat untuk datang di jam yang sama esok. Ada banyak sekali hal yang harus dibahas meski yang wajib hanya tiga.

"Nih, duitnya. Pake beli bensin cukup itu. Udah ya, gue mau balik." Tanpa ingin melihat seperti apa respon teman-teman barunya itu, Baekseung berlari untuk pergi ke parkiran satu, mengendarai motor maticnya menuju rumah dengan kecepatan tinggi.










+×+



Haiiii
Satu tahun lalu, tempatnya ditanggal 19 Agustus 2021 aku mulai menulis di Wattpad dengan cerita yang judulnya; Zero (kalau penasaran bisa dikepoin). Dan sekarang aku udah satu tahu jadi penulis yey!

Seneng....
Tapi, kalau inget gimana perjuangannya dulu, lebih banyak sakit hatinya sih whehehehe. Tapi gapapa, masa lalu gak punya tempat buat dikenang lama-lama.

Sekarang, aku udah punya banyak banget semangat dari kalian♡♡♡♡♡♡♡♡

Pastinya aku bersyukur dan bahagia pake banget, makasih udah jadi semangatnya aku, udah bikin aku senyum, apalagi kalau ada notif jebol ^ ^

Karena awalnya aku gak berharap lebih, mau di vote yang syukur Alhamdulillah kalau cuma dibaca doang ya gapapa...

Di satu tahun pertama ini, banyak banget harapan yang aku pinta di setiap sujud, bantu aamiinin yaa

Semoga di tahun berikutnya, karya aku ada yang berhasil jadi buku. Aamiin





love u ol<3

10080 [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang