2. siapa dia?

1.4K 61 0
                                    

Ana hanya menatap sebentar El lalu memakan, makanan yang ia pesan kepada El. Ana tak lepas dari pandanganya yang menatap wajah cowok yang memiliki mata tajam itu.

Mata itu buat Ana terhanyut dalam penglihatannya. Ana tau mata itu banyak luka yang tak bisa di jelaskan.

"El? Dia siapa sih?" Tanya Ana membuat El menggerut keningnya dan menatap kontak mata yang Ana lihat.

El tau bahwa temannya yang satu ini masih bertanya-tanya bahwa Davian itu siapa. Namun El hanya tersenyum kecil sambil meminum minuman yang ia pesan.

"Oh.. dia? Mau tau banget? Apa mau tau aja nihhh..." Goda El membuat Ana menatap malas El.

"Tau ah.. Aku marah sama kamu..." Rajuk Ana lalu El terkekeh kecil.

"Heheh, oke. Oke aku kasih tau nih--"

"Apa coba? Buruan. Aku kepo banget niihh.." Cela Ana membuat El memutar bola mata malas.

"Ck, makanya dengerin dulu.  Jangan asal potong omongan orang!" Celetuk El membuat Ana tersenyum kikuk.

Ana hanya tersenyum kikuk dan menatap El membuat El menghela nafas panjang, karena El tau bahwa teman barunya yang satu ini sangat mempunyai jiwa-jiwa kepo.

"Jadi gini. Orang yang tadi pagi antar kamu adalah ketua OSIS di SMA kita, sama mostwanted di sini. Dia namanya Galen Daviandra, cowok yang dingin dan irit bicara, dia juga kapten basket di sekolah ini, kalau ada lomba pasti selalu menang di sekolah kita." Jelas El membuat Ana mengangguk paham.

"Oh gitu ya, terus itu yang sama siapa itu. Kak Davian siapa?" Tanya Ana sambil menatap tempat duduk mereka ber 3.

El tau yang di maksud Ana akhirnya memberi tahu. "Oh itu, namanya Arleon Zanendra, satunya lagi yang lagi main handphone namanya Derix Arxanta." Kata El membuat Ana paham.

Akhirnya Ana dan El melanjutkan makannya sampai habis, tanpa terasa jam istirahat sudah habis. Ana dan El memutuskan segera menuju kelas.

Saat di kolidor tanpa sengaja Ana menabrak seorang gadis cantik.

Gudubrak..

Gadis cantik itu jatuh, membuat Ana mengulurkan tangannya untuk membantu bangun. Namun di tepis oleh gadis tersebut.

"Kalau jalan pake mata dong. Sakit tau." Ketus Amel, ya Gadis tersebut bernama Amel Quuenxa.

"Maaf Kak, aku gak sengaja." Cicit Ana sambil menundukkan kepalanya.

"Cih, enak banget lu bilang maaf! Anak baru aja dah buat masalah!" Bentak Amel membuat Ana tetap menunduk.

"Emang kenapa? Kan Ana udah minta maaf." Kata El membuat Amel naik pita.

"Diem lu! Gak usah ikut campur urusan gue sama dia!"

Ana menatap Amel "Kan Aku udah minta maaf. Aku juga gak sengaja nabrak Kakak." Ujar Ana sambil menatap Amel.

"Enak banget lu kalau ngomong. Udah sok cantik, Iya di depan polos, eh ternyata tau-tau nya gak sepolos mukanya itu." Pedas Amel sambil tersenyum miring.

"Lah mending aku lah, dari pada Kakak. Cantik kaga burik iya. Cantik karena make up aja bangga. Ups..." Celetuk Ana sambil tersenyum manis membuat Amel tambah geram.

"Apa? Mau nampar? Sini-sini tampar.." Tantang Ana membuat Amel menurunkan tangannya.

Amel akhirnya meninggal koridor tersebut dan diikuti kawan-kawannya. Yang di koridor pun akhirnya pada bubar. Ana melanjutkan menuju kelas bersama El.

El tak habis fikir bahwa Ana bisa seberani itu. Karena El kira Ana anak yang penakut dan tidak berani berbicara seperti itu. Ternyata tidak. Omongan Ana lebih pedas dari pada omongan dirinya sendiri.

"Gila, baru pertama kali ada orang yang berani sama Kak Amel cs." Kagum El membuat Ana memutar bola mata malas.

"Ngapain sih takut sama dia. Orang sama-sama makan nasi juga, kenapa harus takut coba?" Ucap Ana membuat El bungkam.

"Yaa kan, dia temen deket kak Davian. Aku takutnya dia bilang ke Kak Davian."

"Mau dia teman Kak Davian ke, atau siapa pun. Aku gak bakalan takut. Asalkan Aku gak cari masalah dulu. Kalau Kak Davian manggil aku ya, aku jawab sejujurnya dong." Ujar Ana membuat El mengangguk mengerti.

Setelah berbicara sambil jalan, Akhirnya El dan Ana sampai di kelas dan segera mengambil buku pelajaran. Beberapa menit pelajaran di mulai.

Ana memperhatikan pelajaran tersebut dan mendengarkan guru yang sedang menerangkan di depan. Tanpa terasa guru tersebut memberi soal kepada seluruh murid.

"Baik Anak-anak, kalian kerjakan soal yang ada di papan tulis, lalu jangan lupa di kumpulan di meja Ibu. Ibu tinggal dulu karena akan ada rapat sebentar lagi." Ungkap guru tersebut sambil tak lupa mengucapkan salam.

Ana dan El menulis tugas yang ada di papan tulis, lalu segera mengerjakannya. Namun El sangat berisik membuat Ana tidak konsen mengerjakan tugasnya.

"Ish kamu berisik banget sih! Kan aku jadi lupa mau nulis jawabannya apa!" Kesal Ana membuat El menatap sinis.

"Ya kamu. Bukan nya bantuin malah ngerjain sendiri." Rajuk El membuat Ana memutar bola mata malas.

"Ck, bentar dulu. Satu lagi selesai nih." Kata Ana sambil menulis jawaban.

"Bener nih? Oke deh," semangat El sambil matanya berbinar binar.

Ana hanya memutar bola mata malas lalu menyelesaikannya. Setelah selesai bukunya di kasi ke El. Ana hanya menatap sekeliling kelas tanpa sengaja Ana melihat Davian bersama kawan-kawannya dan juga Amel cs.

Akhirnya Ana memutuskan untuk menuju ke toilet. Saat Ana keluar kelas dan berjalan menuju kolidor, tanpa sengaja Ana mendengar suara.

"Tunggu,"

Ana mendengar suara yang berat dan sedikit serak, akhirnya ana membalikkan badannya. Lalu menatap orang yang ada di depannya.

Ana menaikkan satu alisnya, dan memberi kode 'apa?' membuat cowok tersebut tau. Cowok tersebut Davian.

"Mau kemana lu?" Tanya Davian dengan tatapan dingin.

"Toilet kak," jawab Ana sambil menatap wajah Davian yang sangat tampan.

"O,"

Davian langsung meninggalkan Ana dan melanjutkan berjalannya, tidak lupa juga kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana depan.

Ana hanya menatap cengoh karena melihat Davian yang meninggal Ana begitu saja.  "Dih tuh orang kenapa dah, gak jelas banget tuh manusia batu satu." Gerutu Ana.

Setelah sampai di toilet Ana membenarkan jilbabnya dan segera mencuci tangan tak lupa membasuh mukanya. Setelah sudah Ana langsung keluar dan menuju kelas kembali.

Saat Ana menuju kelas ada yang memanggilnya kembali.

"Hai," sapa cowok tersebut membuat Ana tersenyum manis.

"Boleh minta no hp gak?" Minta Leon membuat Ana berfikir sebentar dan akhirnya mengasih nomor handphone nya.

"Buat apa ya kak?" Tanya Ana sambil menatap wajah Leon.

"Gak buat apa-apa cuma buat kenalan aja hehe, boleh gak?" Ungkap Leon sambil menggaruk kan kepalanya yang tak gatal.

"Oh boleh, mana hp nya?" Minta Ana dan Akhirnya Leon mengasih hpnya ke Ana.

Akhirnya Ana mengetik no hpnya dan tak lupa menyimpan no hpnya. Ana mengembalikan hpnya ke Leon dan Leon tak lupa mengucapkan terima kepada Ana dan di angguki oleh Ana.







Halo gaes👋
Maaf ya kalau up nya lama xixixi

Gimana kabar kalian? Sehat atau tidak?

Semoga sehat selalu ya heheh

Oh ya, yang sedang PAS juga harus tetap semangat gak boleh nyerah oke.

Jangan lupa vote dan komen juga ya

Salam manis dari outhor 😊

BERBEDA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang