39. Pergi bersamaan dan Akhir

667 29 1
                                    

Ana dan yang lain terus berdoa semoga Davian bisa selamanya dan Ana tak berhenti mondar-mandir.

Setelah lamanya menunggu akhirnya Dokter keluar dengan wajah yang sulit di artikan. Membuat mereka semua panik.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi Tuhan berkehendak lain," ucapan dokter tersebut terpotong.

"Mau bilang apa lu hah?! Temen gue masih hidup gak mungkin kalau dia ninggalin kita semua," marah Leon.

"Tapi dia sudah pergi selamanya. Dan dia sudah tenang di atas sana,"

"Sus catat tanggal kematian nya," suruh Dokter tersebut. Membuat Inez tak percaya lalu pingsan di tempat membuat Derix mengangkat tubuh Inez lalu di taruh di bangkar.

TELAH MENINGGAL DUNIA
Galen Daviandra
Pada tanggal 31 Maret 2022
Pukul 23.58 WIB

Setalah suster mencatat  tanggal Tersebut lalu meninggalkan mereka semua. Ana masih tak percaya ia menggeleng kepala cepat.

"Gak! Gak mungkin! Ini mimpi kan? Bilang kalau ini mimpi! Gak kak Davian pasti ini prank," teriak Ana sambil menangis lalu masuk ke dalam dan melihat wajah Davian yang sudah di tutupi oleh Kain.

"Gak! Bilang kalau semua ini bohong, bilang kalau semua ini cuma mimpi hiks.. hiks.. gak mungkin Kak Davian ninggalin kita semuanya. Kak ayok bangun," kata Ana sambil memeluk tubuh Davian yang dingin.

"Kakak bohong, kakak bilangnya gak ninggalin Ana sendirian, kakak bilanganya mau ngasih hadiah Ana. Tapi apa? Kok hadiahnya ninggalin selamanya." Tutur Ana sambil menangis. Mereka melihat itu ikut menangis.

"Kakak bilang tadi cuma mau tidur doang, bilangnya mau istirahat sebentar. Tapi ko malah tidur buat selamanya. Kakak liat sekarang. Liat mereka sekarang lagi nangis kakak, kakak liat Inez, Inez pingsan denger kakak gak ada,"

"Kenapa Tuhan gak ngabulin doa Ana tapi malah ngabulin doa Kakak, aku minta kakak bahagia di dunia bukan bahagia ngikut ibu kakak, "

"Haaaaa.... Tuhan jahat! Tuhan jahat ngambil kakak dari kita semua! Kenapa? Kenapa harus kakak yang pergi hiks... Hiks..." Teriak Ana lalu tubuhnya ingin tumbang namun Delvin yang baru masuk langsung memegang tubuh Ana.

"Abang kak Davian bohong, kak Davian bilangnya gak mau pergi, tapi dia pergi untuk selamanya. Abang Ana mau dia hidup lagi hiks.. hiks.." adu Ana lalu nangis di pelukan Delvin.

Delvin ikut menangis, "bro gue bohong sama lu. Karena nanti sore gue harus berangkat ke new York. Gue gak bisa jaga gadis cantik lu bro," batin Ana.

"Lu bohong Dav, lu bohong! Gue marah sama lu! Gue mau lu hidup bukan ninggalin kita semua! Gue mau lu bahagia, kenapa lu harus ngikut ibu lu? Sedangkan Disini, Inez butuh lu." Tutur Leon.

"Mulai sekarang kita harus belajar ikhlasin dia, gue tau sulit cuma biar dia bahagia di sana. Buat lu Na, inget kan kata-kata Davian beberapa jam yang lalu." Kata Derix namun dia menahan Air mata agar tidak keluar.

"Gue mau urus administrasi Davian, lu hubungin orang tua Davian le," suruh Derix membuat Leon menelpon Ayah Davian.

"Maaf om mengganggu, anak om Davian sudah meninggal dunia,"

"...."

"Baik, saya tunggu keberadaan om di rumah"

Tut... Tut...

Sambungan terputus Ana mendekat wajah Davian.

"Sekarang pasti kakak udah bahagia banget kan ketemu ibu kakak, pasti kakak di sana bisa peluk ibu kakak. Udah gak sakit lagi ya."

BERBEDA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang