36. Firasat

290 19 0
                                    

Malam tiba, malam ini Ana pergi jalan-jalan bersama mereka semua. Entak kenapa Ana ingin sekali berjalan-jalan bersama, Aleta, El, Inez, Arsalan, Delvin, Leon dan Derix.

Malam ini Ana sangat merasakan hal yang ganjal. Firasat dia selalu tidak enak. Namun ia bawa santai. Mereka semua malam ini berada di taman dan Arsalan bersama Delvin membawa gitar. Lalu entak kenapa dirinya ingin memeluk Delvin.

Ana menuju Delvin lalu memeluk erat Delvin membuat mereka semua terkejut. Delvin hanya diam di tempat dan akhirnya membalas pelukan Ana.

"Kenapa?" Tanya Delvin dengan suara khasnya.

"Gak tau kenapa, Ana gak mau Abang pergi. Ana ngerasa kalau Abang mau pergi. Abang jangan tinggalin Ana ya," kata Ana dengan suara sedikit bergetar.

"Abang gak pergi. Abang di sini sama Ana, udah jalan mikirin yang macem-macem." Ujar Delvin lalu mengelus kepala Ana.

"Janji ya bang?" Tutur Ana sambil melepas pelukannya lalu menatap Delvin.

"Iya janji," ucap Delvin. "Maaf gue gak bisa janji," batin Delvin.

"Na? Ikut gue sebentar yuk," ajak Davian lalu Ana mengangguk cepat.

Davian menggenggam tangan Ana erat lalu menggandeng mengajak Ana menjauh dari yang lain.

"Kenapa kak?" Tanya Ana sambil membenarkan rambut Davian.

"Cepet atau lambat gue pasti bakal pergi dari lu dan nanti  lu bakal nemuin cowok yang lebih baik dari gue yang lebih perhatian, ngertiin lu, yang selalu ada disaat lu butuhin, lu cewe baik yang pantes dapetin cowok yang lebih baik lagi gak kaya gue. Kalau gue udah pergi gue gak bakalan kok lupa sama lu, gue bakalan tetap ada tapi dengan orang yang berbeda Na, kalau lu nyadar itu bagus. Gue berdoa ke Tuhan semoga ada yang cewe kaya lu di versi agama gue ini dan lu semoga dapat yang seiman biar gak ada yang menghianati tuhan diantara keduanya." Ungkap Davian sambil menatap ke arah depan dengan pandangan kosong. Ana mendengar itu bener-bener terkejut.

Tanpa sadar Air mata ana lolos begitu saja. "Gak! Kakak ngomong apa sih, Ana gak mau! Kenapa kakak jadi gini?" Tolak Ana sambil menatap Davian dengan air mata yang terus keluar.

"Aku tau kakak sama aku beda, tapi kenapa kakak harus pergi?" Ucap Ana lirih sambil menundukkan kepalanya.

"Pertemuan pasti ada perpisahan, Lambat atau cepat pasti perpisahan itu datang," ucap Davian sambil memandang wajah Ana yang terus menangis.

"A-aku tau itu, kalau misal kakak pergi, aku harus ngelupain kakak gitu? Sayangnya gak semudah membalikkan telapak tangan Kak," ujar Ana sambil sesenggukan.

"Pasti bisa"

"Dari mulai sekarang aja Na jangan terlalu jatuh dan biasain kalo gue gak ada gue mulai gak on di wa ataupun Ig gue bakal on di rumah ataupun luar sana," tutur Davian sambil memegang pundak Ana.

"Maaf kalau selama ini gue banyak salah," sambung Davian sambil menahan sakit di dadanya.

"Bisa pun cuma nanti bukan orang yang sama lagi melainkan beda orang yang memiliki sifat yang sama dan gak semuanya sama," kata Ana sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Susah kak, Kakak gak ada salah, Misal pun ada orang yang sama pasti akhirnya juga akan berbeda Kak," tutur Ana sambil menatap wajah Davian.

"Dengan orang yang berbeda, entah itu sifat, sama perilaku dia sama kakak, tetap aja suatu saat nanti pasti akan berubah. Dan pasti nanti caranya pun gak sama seperti kakak," lontar Ana lalu Davian mendengarkan omongan Ana.

"Kenapa sekarang kakak jadi gini seakan-akan kakak nyuruh aku pergi? Emangnya kakak mau kemana? Plis kak jangan ngomong gitu," tanya Ana sambil memohon kepada Davian.

BERBEDA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang