Ana dan Aleta sudah berada di sekolah. Ia segera menunggu jam pertama di mulai. Ana terus memikirkan apa yang terjadi dengan Davian. Ia terus berdoa semoga saja Davian cepat sembuh.
Bel masuk bunyi kelas Ana langsung menuju lapangan karena hari ini ada pelajaran olahraga. Ternyata kelas Ana dan kelas Leon sama jadwalnya olahraga.
Mereka semua pemanasan dan guru tersebut menyuruh untuk bermain basket sendiri karena guru tersebut ada urusan mendadak. Ana men dribel bola basket saat ingin berfikir sebentar lalu melihat ke arah depan. Bahwa dirinya dan ring basket nya sangat tinggi membuat ia mengurungkan niatnya.
Dari arah kejauhan Leon,Derix, Arsalan dan Delvin melihat Ana yang tidak jadi memasukkan bolanya ke ring.
"Na... Mending lu duduk aja deh," ejek Derix sambil teriak membuat Ana menatap kesal mereka yang tengah menertawai.
Ana melempar bola basket hingga hampir kena muka Leon lalu segera di tangkap Leon jadi dirinya tidak jadi terkena bola tersebut. Lalu Ana berjalan menuju merek ber 4 sambil berkacak pinggang dan menatap tajam mereka ber 4.
"Aku bisa ya! Sini bolanya! Liat nih!" Kata Ana sambil sedikit kesal. Lalu Leon melempar bola basket ke Ana lalu Ana menangkapnya.
Ana mendribel bola sambil lari lalu Ia segera shooting bola dan iya bolanya masuk ke dalam ring, membuat mereka semua kaget dan tak menyangka jika Ana bisa melakukannya.
Ana menatap tak percaya bahwa dirinya telah memasukkan bola ke Ring. Ia menatap ke arah mereka ber 4 lalu tersenyum lebar.
"Bisa kan? Suka banget ngeremehin orang kalian," tutur Ana sambil berjalan menuju mereka ber 4.
"Yee.. gitu aja sombong," pekik Derix.
"Kali-kali kak,"
Ana duduk di sebelah di depan mereka ber 4 sambil meluruskan kakinya. Ana menunggu Aleta dan El yang tengah beli minuman untuk dirinya. Lalu sampai sekarang belum kembali lagi.
"Eh iya. Gimana keadaan Kak Davian, Kak?" Tanya Ana ke Leon membuat Leon menghela nafas.
"Dia belum boleh pulang, soalnya dia sakit dah lama gak bilang ke Inez. Jadi dia harus di rawat dulu." Kata Leon membuat Ana mengangguk mengerti.
"Kak. Kalau boleh tau. Kak Davian sakit apa?" Tanya Ana sambil menatap serius Derix dan Leon.
Leon dan Derix berfikir sebentar. Ia tak mungkin mengatakan ini ke Ana, akhirnya Leon memutuskan untuk nanti saja mengatakannya biar Davian langsung yang mengatakan.
"Banyak. Lu kalau jadi Davian pasti lu gak sanggup. Hidup dia gelap banget, mungkin lu bakalan nyerah kalau lu tau tentang hidupnya Davian." Ucap Leon membuat Ana diam.
Namun dari arah belakang Aleta dan El dengar omongan Leon membuat Aleta berfikir dan berkata.
"Lu belum tau hidup Ana Le. Mungkin kalau lu tau pasti lu bakalan gak sanggup juga. Mental dia terlalu kuat, sampai dia lupa bahwa hidupnya sangat kelam." Batin Aleta lalu duduk di sebelah Ana dan menyodorkan minuman untuk mereka semua.
Ana berfikir sebentar dan ia mencerna omongan Leon barusan. Ana tau bahwa semua orang mempunyai masalah. Namun caranya saja yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Ia bersyukur karena masih di perhatikan orang tuanya walaupun terpaksa.
Bagi Ana itu sangat bersyukur namun bagi yang orang lain tidak. Karena walaupun perhatian cuma terpaksa itu sama saja buat diri kita tersiksa juga. Karena ia juga harus kuat dengan mentalnya.
"Banyak orang di luar sana mempunyai masalah. Namun caranya saja yang berbeda. Kita kan gak tau Kak, mungkin Kakak liat aku dan yang lain baik-baik saja di depan. Tapi di dalamnya kan gak tau." Kata Ana sambil menatap ke arah lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBEDA (SELESAI)
Novela Juvenilseorang cowok yang mempunyai sifat dingin dan cuek namun banyak di gemari oleh kaum wanita, dia bernama Galen Daviandra yang biasa di sebut Davian. dia mempunya postur tubuh yang tinggi tegap, mata bak elang, alis agak tebal dan bibir sedikit tipis...