6.Amel berulah

695 38 0
                                    

Davian dan Ana memutuskan menuju kantin, dan kaki Ana masih sedikit susah untuk jalan walaupun sudah tidak seperti tadi.

"Hati-hati Na kalau jalan," ingat Davian sambil menatap sebelah karena Ana jalan nya masih kesusahan  sedikit.

"Iya kakak Daviannnnn...." Teriak Ana membuat Davian menatap datar.

Dari kejauhan Ana bisa melihat El yang tengah lari dengan raut wajah khawatir.

"Ya Allah Ana... Kamu kenapa bisa gini sih! Mana yang sakit coba? Udah di obatin belum? Terus kenapa bisa jatuh hah? Siapa yang buat lu jatuh, bilang sama aku. Biar aku bejek-bejek tu orang!" Cerocos El membuat Ana dan Davian menatap datar El.

"Udah ngomongnya hmm?" Kata Ana membuat El menyengir kuda.

"Hehehe, maaf Na." Kata El membuat Ana mengangguk.

"Tadi bilang kamu mau bejek-bejek tu orang yang nabrak ak--"

"Iya! Mana orangnya?" Potong El membuat Ana menghela nafas berat.

"Kalau aku jawab Kak Davian gimana? Kamu berani sama dia?" Kata Ana sambil melirik Davian yang ada di sebelahnya lalu Ana tersenyum manis. Namun ada maknanya di balik senyum manis itu.

"Y-e ka-l-au i-itu gak jadi deh, mending kita ke kantin aja yuk." Ucap El sambil mencari alasan lain.

Ana tau itupun akhirnya tersenyum manis lalu mengangguk kecil. El menggandeng Ana membuat Ana berdecak kecil.

"Ck, gak usah di gandeng kali. Aku baik-baik aja juga." Ujar Ana membuat El tersenyum kikuk lalu mengangguk.

Davian mengikuti dari belakang karena Davian tetap ada rasa khawatir melihat Ana yang masih sedikit susah jalannya.

Akhirnya Ana dan El sampai di kantin lalu El memutuskan Ana untuk duduk dan dirinya yang memesan makanan.

"Mau pesen apa kamu?" Tanya El membuat Ana berfikir sebentar. "Aku mau bakso yang pedesss banget. Sama es teh." Kata Ana membuat El mengangguk nya.

Setelah lamanya mengantri akhirnya El membawa nampan dan mengasih pesenan Ana dan dirinya.

Ana memakan baksonya karena dirinya sangat lapar tanpa memikirkan El yang menatap datar.

Dari arah pintu Amel cs datang menuju meja Ana membuat semua murid mengerti apa yang akan di lakukan oleh Amel.

BRAK...

"Uhuk.. Uhuk..." Sedak Ana membuat El memberi minum kepada Ana.

El berdiri dari tempat duduknya lalu menatap Amel tajam.

"Apa?!" Kata El dengan nada tinggi.

"Gue gak mau bicara sama lu ya! Gue mau ngomong sama nih anak!" Bentak Amel sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Ana.

Ana akhirnya berdiri lalu menatap santai Amel dengan wajah yang merah padam karena marah.

"Apa?" Kata Ana sambil bersedekap dada.

"Jangan sok lu ya! Ngapain tadi lu, pura-pura jatuh hah!" Marah Amel sambil menatap tajam Ana.

Namun yang di tatap hanya menatap santai. "Siapa juga yang pura-pura, buang-buang waktu tau gak." Ucap Ana sambil menantang Amel.

"Teruss... Gue percaya gitu? Sama omongan lu itu?! Gak akan ya.." remeh Amel sambil tersenyum miring.

"Ya udah kalau gak percaya. Tanya aja sama Kak Davian noh, kan Kakak temen deketnya lu bukan? Kenapa malah tanya aku?"

"Kalau gue mau tanya langsung ke lu kenapa hah?! Masalah buat lu?" Bentak Amel membuat Ana tetap santai menjawab omongan Amel.

"Boleh lah, apa sih yang gak boleh buat bicth kaya kamu itu!"  Cibir Ana membuat Amel geram setengah mati.

"Jaga ya ucapan lu itu! Disini yang bicth itu gue apa lu?!" Murka Amel sambil menatap sengit Ana.

Ana berdecak kecil lalu tersenyum miring. "Gak salah kamu bilangin Aku bicth? Yang bicth sebenarnya kamu atau aku. Masa aku di bilang bicth padahal sendirinya yang mukanya kaya Tante-tante girang. Upsss," cetus Ana sambil tersenyum smrik.

"Apa lu bilang?" Tantang Amel membuat Ana sambil santai di tempat.

"Tante-tante girang, muka kaya ondel-ondel, lipstik merah kaya abis makan daging mentah lagi. Sebelumnya kalau mau adu mulut itu ngaca dulu ya mba.. itu mba pake lipstik kok sampai gigi-gigi? Gak sekalian di makan aja tuh lipstik nya?" Ejek Ana lalu tersenyum miring dan meninggalkan Amel sendiri yang sudah di jadi bahan tawaan seluruh murid.

"Ana..... Tunggu balasan gue lu Na...." Teriak Amel lalu meninggalkan kantin yang sudah menertawakan dirinya.

Saat Ana jalan tanpa sengaja tangannya di tarik seseorang membuat dirinya terseret dan mengikuti jenjang kaki Davian. Ya orang tersebut adalah Davian.

Davian membawa Ana menuju belakang sekolah. Ana hanya pasrah mengikuti Davian dan menahan rasa sakit di pergelangan tangannya.

"Apa sih!"

"Gue gak mau lu! Buat malu Amel lagi di depan umum!" Tegas Davian membuat Ana menggerutkan keningnya.

"Kenapa emangnya? Kakak suka? Iya?" Tanya Ana membuat Davian bungkam.

"Kenapa gak jawab? Aku harap Kakak bisa bedain mana yang benar dan mana yang salah! Jangan nyalahin orang lain terus, Kakak sendiri melihat kejadian di mana yang bener dan mana yang salah! Jangan mentang-mentang Kakak jadi ketua OSIS, jadi seenaknya menyuruh orang lain buat gak marahin orang kalau ternyata orang tersebut salah! dan jangan lupa bedain mana yang benar dan yang salah. Paham?" Tutur Ana lalu meninggalkan Davian sendiri.

Davian tak menyangka dirinya akan di bilang seperti itu dengan adek kelasnya sendiri. Akhirnya Davian menyesal telah membentak Ana.

Dan Davian akui dirinya melihat sendiri kejadian tersebut dan emang benar yang dikatakan oleh Ana ada benerannya juga.

Davian duduk di bangku lalu menundukkan kepalanya dan menjambak rambut kesal.

"Arghhh... Kenapa gue bisa kelepasan sih!" Kesal Davian lalu menutupi mukanya menggunakan kedua tangan.

"Sorry Na. Gue gak bermaksud nyakitin hati lu, dengan omongan gue." Batin Davian sambil menunduk kepalanya.

"Bisa gila gue, baru kali ini gue ke orang gila gara-gara anak baru." Gumamnya

Davian memutuskan nanti pulang sekolah untuk meminta maaf kepada Ana. Akhirnya Davian menuju ke kelas.






Halooo 👋

Jangan lupa vote dan komen ya dan follow juga akun WP aku hehhe

Ouh iya nanti aku bakalan buat chatnya di Twitter tunggu ya gaess

BERBEDA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang