35 Permintaan maaf Feli

268 19 0
                                    

Pagi tiba Ana pagi ini berangkat bersama Davian.  Setelah nunggu akhirnya Davian datang lalu Ana berdiri dari tempat duduk.

Davian melepas helm full face nya lalu membenarkan rambut terlebih dahulu lalu tersenyum kearah Ana.

"Lama ya?" Tanya Davian membuat Ana tersadar dengan lamunannya.

"H-a? Enggak ko," jawab Ana sambil mengatur jantung yang terus berdebar.

"Ayok naik,"

Ana akhirnya menaik ke motor Davian lalu ia memegang pundak Davian, namun Davian menarik tangan Ana agar melingkar di perut Davian.

Pagi ini Ana sudah di buat jantungan oleh tingkah laku Davian namun ia tetap menampakkan muka biasa saja. Lalu Davian melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Akhirnya mereka sampai di parkiran lalu mereka langsung sorotan para murid. Ana turun dari motor Davian lalu membenarkan roknya terlebih dahulu dan melihat Delvin dan Arsalan serta Leon, Derix yang baru sampai.

"Nah gitu kek, kan diliat adem jadinya." Tutur Derix.

"Iya in," jawab Davian.

Ana menatap Delvin yang dari tadi diam lalu menghampirinya. "Abang kenapa? Abang ada masalah ya sama bunda?" Tanya Ana yang berdiri di depan Delvin.

"Gak papa, lagi gak enak badan aja," bohong Delvin sambil tersenyum kearah Ana membuat Ana tak nyakin. Namun dia hanya mengangguk.

"Ayok ke kelas," ajak Ana lalu Davian terus memegang tangan Ana posesif membuat Ana tak bisa menggandeng tangan Delvin.

Saat ingin ke kelas Feli cs dateng membuat Yang lain menatap malas.

"Ngapain lu kesini? Gak punya malu lu?!" Kata Arsalan dengan nada sedikit ketus.

"Ana gue minta maaf, seharusnya gue dulu gak ninggalin Davian. Seharusnya gue dulu jaga dia," tutur Feli dengan memegang tangan Ana membuat Ana bingung.

"Seharusnya gue gak pura-pura gak tau tentang hidup Davian, seharusnya gue kaya lu jaga dia. Maaf kalau gue udah buat Davian trauma sampai gak mau buka hati lagi, gue minta maaf Na ke lu. Gue malu banget sama lu, padahal lu orang baru tapi lu dah tau tentang Davian."

"Sedangkan gue, gue malah pura-pura gak tau, padahal dia butuh temen buat cerita. Lu berdua mau maafin gue kan?" Mohon Feli sambil menundukkan kepalanya membuat Ana tak tega akhirnya ia mengangguk.

Mereka semua  kaget melihat Ana yang gampang sekali memaafkan seseorang, padahal dirinya sudah sering di jahatin.

"Iya aku maafin kok," ucap Ana membuat Feli menatap tak percaya bahwa Ana sebaik ini. Ia benar-benar menyesal pernah membully orang yang gak bersalah sama sekali.

"Loh dek, enak banget lu maafin dia. Gue gak terima! Gara-gara lu! Ana sering masuk rumah sakit. Dan seenak jidat lu bilang gitu Feli?" Marah Arsalan membuat Ana memegang tangan Arsalan.

"Udah bang, jangan di perpanjang, Ana gak mau punya musuh bang. Emang dia salah, cuma apa salahnya kita buat ngasih kesempatan satu kali." Ujar Ana.

"Beruntung lu kenal Ana, kalau yang lain mungkin lu dah di balik lu yang di bully," tutur Leon lalu mengajak mereka ber 6 menuju kelas.

Davian mengajak Ana menuju rooftops. Ana hanya mengikuti saja, karena percuma masuk kelas soalnya hari ini free.

"Na gue mau bilang sama lu, tapi lu jarang marah ya." Ucap Davian membuat Ana mengangguk.

"Iya emang kenapa kak?" Tanya Ana sambil menatap Davian.

"Delvin itu siapa lu? Kenapa Delvin sama Arsalan Deket banget sama lu?" Tanya Delvin membuat Ana tahu bahwa Davian tengah cemburu.

"Cieee cemburu ya?" Ejek Ana sambil tertawa kecil.

"Ish gue beneran. Dia siapa lu?" Tanya ulang Davian.

"Jadi gini, pas itu kan, pas kakak usir aku pas mau jenguk kak Feli kan aku pergi. Nah ternyata hujan abis itu kepala aku sakit banget, terus aku pingsan. Pas bangun-bangun dan ada Bang Delvin sama bang Arsalan."

"Tadinya aku takut di apa-apain mereka, tapi ternyata mereka baik banget. Bunda Sama ayah bang Delvin juga baik banget nganggep Ana sebagai anak sendiri. Terus kakak tau gak, bang Delvin beli baju banyak banget buat Ana, katanya kalau nginep biar gampang gitu." Ujar Ana.

"Ya walaupun bang Delvin cuek, cuma dia takut banget kalau ada yang sakitin Ana, apa lagi bang Arsalan." Kata Ana membuat Davian diam dan mengangguk mengerti.

"Kakak gak cemburu kan?" Tanya Ana.

"Enggak,"

"Yang bener ish, maaf ya, tapi Ana anggep mereka Abang sendiri kok, gak lebih," tutur Ana membuat Davian mengangguk.

"Iya tau, gue minta satu permintaan buat lu," kata Davian.

"Jangan deket-deket cowok selain mereka ya, gue gak suka." Ucap Davian membuat Ana mengangguk mengerti.

Lalu Davian memeluk tubuh mungil Ana membuat Ana menyenderkan kepalanya di dada bidang milik Davian.

"Kakak jangan tinggalin Ana lagi ya, Ana gak mau," kata Ana sambil mendongak menatap Davian.

"Iya gak akan,"

Davian berbohong ia gak tau dirinya sampai kapan bertahan. "Maaf Na, gue gak bisa janji. Gue gak tau sampai kapan gue bertahan." Batin Davian.

Tanpa sadari Ana tertidur pulas. Davian terkejut saat Ana tidur.

"Emang kerjaannya tidur mulu dah tuh anak," sahut Arsalan yang menghampiri Davian dan Ana. Lalu di ikuti yang lain.

"Lah Abang belum tau?" Kata Aleta membuat mereka menatap Aleta.

"Kenapa?" Tanya Delvin.

"Daya tubuh Ana gak bisa kaya orang lain. Dia cepet cape, jadi kalau kecapaian pasti tidur." Kata Aleta membuat mereka semua terkejut.

"Kenapa gak bilang?" Kata Davian.

"Dia kan nutupin semuanya sendiri. Makanya dia manja banget sama Bang Delvin sama bang Arsalan, karena dia gak pernah dapet kasih sayang dari orang tua. Cuma Bang Delvin sama bang Arsalan tempat pulang, tempat bersandar sama keluh kesal Ana cuma kalian berdua doang yang dia mau." Kata Aleta.

"Gue gak yakin kalau nanti lu bang pergi ninggalin Ana, gue gak yakin dia akan baik-baik aja. Lu liat kan, di tinggal kak Davian aja dia dah beda banget," kata Aleta sambil menatap Delvin.

"Emang lu mau kemana bro?" Tanya Derix ke Delvin.

"Gue mau ke New York beberapa hari lagi, gue ngikut bonyok. Sekitar 3-4 bulan gue baru balik lagi." Tutur Delvin, Delvin bener-bener tidak tau tentang hidup Ana yang Delvin tau Ana gadis yang sangat ceria.

"Walaupun ada kak Davian, Ana pernah bilang. Dia gak mau nambah beban lu Kak,  dia tanggung semuanya sendiri. Walaupun aslinya dia rapuh banget." Kata Aleta.

"Lu beneran pergi Vin? Lu gak kasian dia?" Tanya Arsalan.

"Gue harus ikut Lan, lu kan tau bonyok gue gimana. Gue minta ke kalian jangan sampai Ana tau dulu kalau gue mau pergi, kalau gue dah di bandara, baru lu boleh ngasih tau Ana, satu lagi. Lu jaga dia baik-baik, jangan buat dia nangis lagi Dav," tutur Delvin membuat Davian mengangguk walaupun tak yakin.

"Gue selalu jaga dia,"

Akhirnya mereka bermain handphone sendiri-sendiri, Davian terus mendekap tubuh mungil Ana. Ia bener-bener takut kehilangan dia.











Hai

Gimana part ini?

Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya

Biar author semangat nulisnya

See you

BERBEDA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang