-1-

1.4K 101 27
                                    

"terus sekarang nasib kita gimana?" tanyanya frustasi, dia menopang kepala dengan kedua tangannya

"gak tau, mami pusing. Mau pingsan aja rasanya"

"aku juga mi, pengen pingsan lagi"

"diem, kamu baru aja sadar"

"tenang sayang-sayangku, kita cuma jatuh miskin, bukan jatuh dari pesawat dengan ketinggian ribuan kaki"

Lalu kedua perempuan beda generasi itu menatap sang kepala keluarga dengan mata yang memicing tajam

"papi!" seorang gadis mungil berdiri sambil berkacak pinggang
"jatuh miskin bahkan lebih mengerikan daripada jatuh dari pesawat angkasa" kesalnya

"terus papi harus gimana?" pasrahnya

"papi" gumam sang gadis dengan nada tak percaya

"dalam mimpi pun mami gak pernah jatuh miskin, mami gak sanggup" wanita paruh baya menutup wajahnya frustasi

"aku juga mi, bayang-bayang kemiskinan bahkan gak pernah lewat sedikitpun diotak aku" gadis itu memeluk sang mami dengan frustasi juga

"gak ada yang tahu kehidupan satu detik selanjutnya akan seperti apa, tadi pagi kita masih bergelimang harta. Siapa yang menyangka sorenya kita akan jadi miskin begini" lesu sang papi

"makanya, seharusnya kemarin-kemarin kalian menabung uang kita bukannya menghambur-hamburkannya untuk membeli tas-tas branded gak guna itu" omel papi

"aku gak mau miskin" tangis dramatis sang gadis pecah

"kamu kira mami mau? Berhenti nangis karena suara tangisan kamu bikin kepala mami semakin pusing"

"Abbyanza, maaf karena papi harus melelang semua koleksi tas, sepatu, serta perhiasan kamu" perkataan sang papi membuat gadis bernama Abbyanza itu melotot kaget

"apa? Papi becanda kan pi?" Abbyanza tertawa garing menatap papinya

"papi lagi gak mood bercanda sekarang" dengus papi

"kok papi gak bilang dulu sama aku sih pi?" sewot Abbyanza

"ya gimana lagi, kemiskinan juga gak bilang-bilang dulu mau datang menghampiri kita" papi memijat kepalanya yang pening

"ya tapi kan... Kenapa gak koleksi punya mami aja? Atau nggak, koleksi mobil punya papi" Abbyanza masih gak terima

"sebelum kamu bilang juga semua koleksi mami sama papi udah dilelang duluan" mami melirik sekilas dengan kesal
"terus mami mau nanya, 50 juta hari ini kamu abisin buat apa aja?" mami natap Abbyanza tajam

"yaa.. Yaa seneng-seneng" Abbyanza menghindari tatapan sang mami dengan gugup

"harus berapa kali mami bilang, orang-orang yang kamu sebut bestie forever atau apalah itu cuma memanfaatkan kamu Abbyanza. Mereka cuma morotin kamu" mami melotot garang, tangannya berkacak pinggang

"mereka temen-temen aku"

"temen? Semua yang mereka pengen kamu beliin, setiap travelling kamu yang bayarin, setiap hari kamu keluyuran dan gak pernah nggak ngeluarin duit kurang dari 30 juta, clubbing hampir tiap malem. Kamu sadar nggak? mereka bawa pengaruh buruk buat kamu? Mereka terlalu toxic buat dipanggil temen" omel mami

"mereka gak kayak gitu" Abbyanza menatap maminya kesal

"oh ya?" mami bersedekap dada
"coba sekarang kamu telpon mereka, terus bilang kalo kamu butuh bantuan mereka" tantang mami

"oke" Abbyanza ngotak ngatik ponsel miliknya untuk menghubungi teman-temannya
"aku buktiin kalo temen-temen aku baik, ini aku loudspeaker biar mami denger" katanya, lalu
"halo Sher"

ABBYANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang