2. Apakah aku di lamar?

495 80 53
                                    

Berguling-guling ke kanan dan kiri, sekali-kali Im Luhan akan mengeram dan mengeluh sakit di sekujur tumbuh. Ketika dia sekali lagi berbalik ke kanan, tanpa sengaja kepala kecilnya membentur ujung meja.

Mengeluarkan 'Ah' kecil dia perlahan bangkit sambil mengusap keningnya yang di pastikan akan membiru.

Ketika dia membuka mata sepenuhnya dan melihat sekeliling dia melompat kaget.

Bukankah ini apartemennya?

Bagaimana dia bisa sampai disini?

Bukankah dia kemarin di Anmyeondo ? Menghadiri pembukaan hotel baru?

Ingatannya satu persatu muncul membuat kepalanya yang terbentur semakin sakit.

Dia ingat dia mabuk di bar dan bertemu pria garang, lalu pria tampan menolongnya. Pria tampan? Kamar 520? Satu persatu muncul sampai dia ingin sekali membenturkan kepalanya.

Sial!!

Apa yang dia lakukan semalam?

Dan Pria yang menolongnya?

Bukankah itu ... Oh Sehun?

Namun, melihat dia sekarang berada di apartemennya, mengenakan piyama favoritenya, bahkan wangi lilin aroma kesukaannya juga tercium, jelas itu di nyalakan sepanjang malam. Jadi, bagaiman dia bisa ada di dua tempat dalam satu malam?

Apakah semuanya hanya mimpi?

Apakah dia gila?

Ketika dia sedang kebingungan suara bel pintu terdengar. Dia terkejut, namun tetap berjalan cepat ke pintu.

Di pintu masuk dia tidak langsung membukanya. Menyalakan layar interkom, dia menghela napas lega ketika melihat siapa yang datang. Buru-buru membuka pintu, seperti kelinci yang di tarik dari busur panah orang di luar berlari menerjang untuk memeluknya erat.

"Luhan!! Aku sangat khawatir, huhu..." Dia menangis.

Luhan membatu. Tidak tahu harus merespon apa.

Orang ini adalah Bona asisten pribadinya. Dia telah mengikutinya sejak dia merintis karir sampai sekarang. Melihatnya sagat prustasi karena khawatir dia menjadi merasa tidak enak.

Menepuk bahunya pelan. Im Luhan mencoba melepaskan pelukan eratnya. "Tunggu sebentar, sekarang jelaskan ada apa? Aku pusing! Aku tidak mengerti!"

Bona menyusut air mata dan lendir hidungnya. Menatap Luhan dengan terkejut. "Bagaimana kamu tidak mengerti? Luhan aku sangat khawatir, aku pikir kamu masih terjebak di hotel sialan itu, di Anmyeondo!"

Kening Luhan semakin berkerut, "Hotel sial? Apa maksudmu?"

Melihat Luhan yang kebingungan, Bona justru semakin di buat bingung dan sakit kepala. "Ada apa?" Menarik Luhan keruang tamu, menyalakan TV kemudian mencari saluran berita.

Di TV; hampir seluruh siaran berita menayangkan ledakan besar yang terjadi di hotel baru di pulau Anmyeondo. Penyebab ledakan adalah kebocoran gas, tetapi pemicu masih di selidiki. Karena, sangat tidak masuk akal hotel sebesar itu hancur dalam sekejap mata hanya karena kebocoran gas?

"Kau Lihat? Aku sangat khawatir, aku takut kau masih disana!" Tangis Bona kembali pecah. "Aku hampir saja akan mengikuti jejak mu! Aku tida tahu harus apa jika kamu pergi!"

Luhan terharu. Dia bergerak dan merangkulnya, "sudah, yang terpenting aku masih disini bersamamu sekarang."

"Kamu harus, kamu harus baik-baik saja."

Luhan kaku, dan menatap kosong ke layar televisi. Apakah pemuda tampan itu, Oh Sehun menolongnya dan mengantarnya pulang. Tapi bagaimana caranya?

Satu detik kemudian, ponsel Luhan berdering.

Mr. Sunshine Will You Marry Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang