Mereka Aneh

204 41 8
                                    


....

Seminggu sudah berlalu setelah kejadian itu, dan sekarang hari terakhir ujian kita yang banyak ini akan berakhir.

Dan sudah hampir dua minggu, gue masih juga belum menyelesaikan masalah sama Sandrinna, sahabat gue dulu.

Kata orang sih, kalau misalnya sahabatan terus marahan diem-dieman lebih dari 3 hari itu dosa. But sepertinya itu ga berlaku lagi buat gue sekarang. Cause dia bukan sahabat gue lagi mungkin hehe.....

"Qel, pulang sekolah hangout yok?" ajak gue antusias ke Qela saat di meja makan sebelum berangkat sekolah

Qela dan Bang Reza menatap gue heran. Kenapa? Yaa karna gue kan seminggu ini bener-bener gaada interaksi sama mereka.

Jadi gini ceritanya,,

Semenjak kejadian gue denger pembicaraan mereka diruang tv malam-malam itu, gue putuskan untuk intropeksi diri, mencoba merenungi hidup gue dan tidak menghiraukan apapun.

Bahkan disaat Bang Reza juga mencoba buat gue agar menjadi Caski yang seperti biasa pun juga tak gue gubris, yaa karna gue bener-bener lagi menenangkan hati dan pikiran.

Qela yang hari pertama ujian berangkat bareng gue juga ikut tak enak hati dan kembali berangkat bareng Bang Reza hari-hari selanjutnya.

Alhasil saat gue sekarang kembali seperti biasa, mereka pun menatap gue heran.

"kok malah pada bengong sihh, gimana Qel?", "boleh kan bang?" mohon gue

Bang Reza hanya mengangguk sambil bingung melihat gue.

"boleh kak" jawab Qela masih dengan tatapan yang sulit diartikan.

Gue yang paham dengan kebingungan mereka pun langsung menjelaskan, "mukanya gausah pada heran deh ngeliatin gue",

"gue itu gapapa bang, Qel" jawab gue menatap Bang Reza dan Qela bergantian,

"dari seminggu yang lalu juga gue gapapa. Kalian gausah khawatir, gue mau hangout karna pusing belajar hehehe...." Senyum gue sambil memakan roti ditangan gue.

Qela mengangguk, dan sekarang gantian Bang Reza yang menyahut, "trus lo ga ngajak abang lo ini juga Ca?"

"elah bang, kebiasaan lo kan juga kalo abis ujian pergi ke basecamp bareng sahabat lo itu" acuh gue dengan tetap melahap roti.

"lo gamau ikut? Kan ada Kica?" Tanya Bang Reza

Sejujurnya gue pengen banget ketemu Bang Kica, hanya untuk sekedar menatap wajah tampannya pun gue rasa udah cukup.

Terakhir kali gue liat dia, waktu lagi ngobrol sama Bang Reza dikelasnya itu. Setelahnya, gue udah gapernah ngeliat lagi. Doi bagai hilang ditelan bumi.

Seharusnya itu jadi peluang besar buat gue ngelupain dia, karna jarang terlihat lagi. Tapi gue ga bisa membohongi hati gue, gue kangen banget sama doi, apalagi candaannya yang buat gue salalu aman dan nyaman deket dia.

Walau sebenernya gue juga gatau kenapa harus lupain dia. Tapi melihat masalah gue akhir-akhir ini, gue harus tetep mencoba meyakini diri gue sendiri buat membuang perasaan gue sama sahabat abang gue itu.

Niat ingin lupa, tapi mendengar namanya disebut Bang Reza tadi aja, kangen gue malah makin bertambah-tambah hmmmm

"berangkat yok Qel! Lo udah selesai kan? Gue tunggu dimobil ya" ucap gue menyudahi aksi makan gue, dan mengabaikan pertanyaan Bang Reza yang terakhir itu.

Sebelum Bang Reza bertanya lebih lanjut dan menasehati gue tentang sarapan gue yang ga abis, gue langsung memotong ucapannya

"gue pamit duluan bang, assalammualaikumm........" pamit gue berlalu dari ruang makan.

K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang