Ter-(hubung)

156 40 12
                                    

Memang sesuatu yang sudah pasti tak harus memiliki ikatan bukan? Tapi kalo berharap lebih, tak boleh?

....

Reza menggeleng mendengar ucapan Kica, dia heran melihat sahabatnya kembali frustasi seperti ini.

“Caski cuma butuh waktu Ki. Kasih dia waktu sebentar, setelah itu dia pasti mau kok ketemu sama lo” ungkap Reza.

Sementara dari kamar Caski yang sudah menyelesaikan kegiatan mandinya dan mendengarkan dari tadi perbincangan kedua sejoli itu, merasa bersalah akan sikapnya.

Dia keluar kamar dan mendapati Qela serta Sandri yang juga dengan raut wajah khawatir dan cemas. Sepertinya mereka juga sangat menginginkan Caski dan juga Kica akur seperti dulu atau bahkan jadian menjadi sepasang kekasih.

“kenapa disaat gue ga ingin semua orang menginginkannya. Dulu pada kemana? Dulu gue selalu menginginkannya tapi semua orang seakan membuat gue susah untuk mendapatkannya” monolog Caski didepan pintu.

Dia menutup kembali pintu kamar dengan lumayan keras membuat sepasang wanita yang duduk disofa menoleh dan buru-buru menghampirinya,

“lo udah baikan Ca?” tanya Sandri khawatir yang dibalas anggukan serta senyum dari Caski.

“kakak mau kemana?” cicit pelan Qela melihat Caski yang sudah sangat kelihatan segar keluar kamar.

Caski tersenyum dan membalas pertanyaan adiknya, “kan tadi lo minta gue ketemu sama dia” ucapnya melirik Kica yang berada ditaman.

Sandri dan Qela menatap satu sama lain dan tersenyum mendengar ucapan Caski yang mau menemui Kica itu,

“gue tau lo punya hati yang sangat baik Ca” Sandri mengenggam tangan Caski, yang dibalas senyuman manis oleh sahabatnya itu

“makasi ya kak” tambah Qela ikut memegang tangan Caski yang membuat Caski beralih menatap wajah adiknya sambil tersenyum.

Lantas dia membalas genggaman tangan Sandri dan Qela serta berkata, “jangan terlalu berekspetasi lebih ya? Gue cuma mau nemuin, gue harap apapun yang bakal terjadi kalian menerima dan menyetujui tindakan gue”

Setelah mengatakan itu dia berlalu menuju Reza dan Kica yang diam dengan pikiran masing-masing.

Dari belakang Caski memanggil pelan,

“bang” yang membuat kedua cowo tersebut menoleh, sedetik kemudian Reza tersenyum kearah Kica dan menepuk bahunya mengatakan ‘semoga berhasil’

Sementara Reza meninggalkan mereka berdua disitu, Reza melangkah melewati Caski sambil tersenyum dan mengacak pelan rambut adiknya itu.

Menerima perlakuan Reza, lantas Caski menuju kearah Kica yang sedang memandangnya dengan mata berbinar. Dan dia melanjutkan duduk disebelah Kica menghadap kearahnya sambil tersenyum.

Senyuman yang sangat manis, sampai membuat Kica yang tadinya lemah lesu tak bersemangat menjadi ikut tersenyum dengan senyuman yang tak kalah manis dari Caski.

“gue…” ucapan Kica langsung diputus oleh Caski,

“udah gue maafin bang. Santai aja, gue tau kok kalian ngelakuin itu demi kebaikan gue kan?”

Kica mengangguk, membenarkan ucapan Caski,
“tapi yang ga gue habis pikir, kenapa ketika gue udah mengikhlaskan, kalian malah membuat keihklasan gue jadi sia-sia?” lanjutnya.

Respon Kica memandang Caski merasa bersalah, dia tau benar sulit bagi Caski untuk menerimanya kembali. “sorry Ca”

Caski tersenyum mengalihkan pandangan lurus kedepan, “udah lah bang lupain aja gausah dibahas. Ada lagi yang mau lo omongin, sampe lo minta tolong Qela buat bantuin lo manggil gue?”

K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang