Kebohongan

174 39 6
                                    

....

Hubungan yang terjalin antara Sandri dan Reza yang sudah berjalan hampir satu bulan itu, membuat Sandri merasa kembali bersalah dengan Caski karna membohongi sahabatnya itu.

"kita jujur aja yok bang sama Caski, Sandri yakin dia gabakal marah kok" lirih Sandri ketika bertemu Reza untuk menjemput Qela dan Caski pulang.

Reza melihat sekitar yang mulai sepi, "ehh kamu kok ada disini, Caski kemana belum keluar? nanti kita ketahuan lagi" waswasnya.

"tadi pas pulang Caski dipanggil ke ruang guru keknya bahas olimpiade deh, paling bentar lagi selesai soalnya abang ga dihubungin disuruh nunggu kan?" jelasnya lembut.

Masih dengan mencari keberadaan adik bungsunya, dia berdalih "terus Qela kok belum keliatan juga?"

Menghembuskan nafas kasar Sandri berujar, "tadi Sandri minta tolong Qela buat liatin Caski, soalnya Sandri mau nemuin abang. Takutnya kayak kemarin Caski udah mulai curiga kan? Qela tadi bilang sama Sandri bang"

Reza menaikkan kedua alisnya heran seperti meminta penjelasan, "tadi Qela nemuin Sandri jam istirahat pas gaada Caski tentunya. Dia bilang Sandri harus hati-hati kalo mau temuin abang pulang sekolah ini kalo gamau Caski curiga gitu. Makanya aku langsung minta tolong tadi" jelas Sandri

Mendengar penjelasan Sandri, lantas Reza mengelus pelan pucuk kepala Sandri, "maaf yaa kita harus kucing-kucingan dulu kayak gini hehe" senyumnya

Senyuman manis Reza dibalas Sandri juga dengan senyuman tak kalah manis, "ya makanya kita jujur aja yok bang" ceplos Sandri

Menarik tangannya yang berada di pucuk kepala Sandri, dia alihkan mengenggam erat menyalurkan kekuatan kepada Sandri seakan dia sangat membutuhkannya, "jangan sekarang ya" ucapnya lembut

"please kasih waktu abang. Biar abang yang ngomong langsung ke Caski. Okay?" mohon Reza dengan wajah melasnya

Sandri menunduk lemas, "segitu takutnya abang, Caski kenapa-napa ya?"

"abang ga mikirin perasaan Sandri yang juga tersiksa karna ngelakuin kesalahan lagi dan lagi sama Caski hmmm" lirihnya dengan nada bergetar

Mendengar nada bergetar dari Sandri, lantas Reza mengangkat dagu Sandri agar bisa melihat raut wajahnya. Yang ternyata sudah mengeluarkan buliran air mata.

Dilayangkan satu tangannya lagi kepipi Sandri dan berucap pelan, "abang paham. Tapi situasi nya belum pas buat kita bisa jujur sayang"

Menatap mata hitam Reza, Sandri berucap dengan tegas masih sambil mengeluarkan tetesan bening dikedua matanya, "abang cinta sama Sandri kan?" Reza mengangguk dengan mata berkaca-kaca menatap balik mata coklat Sandri.

"kalo abang cinta dan sayang Sandri, pasti abang bisa ngelakuin itu. Caski gabakal langsung emosi terus meninggal karna kejujuran kita bang" tegasnya menatap tajam mata Reza.

Respon Reza langsung diam, dan meluncurkan tetesan bening dimatanya. Namun dengan ekspresi datar, menjatuhkan kedua tangannya sambil menatap kesamping menjadikan objek didepannya asing.

"kamu bahkan gatau kalo Caski pernah depresi San, lalu menderita sakit parah dan hampir saja meninggal karna salah satunya akibat keegoisanmu kan?" nadanya terdengar seperti menahan amarah.

Sandri kaget. Dia schok mendengarnya sehingga membuat dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Bahkan air mata yang keluar semakin deras seperti mendesaknya untuk segera dikeluarkan.

"sedikitpun kamu ga pernah bertanya ketika Caski menghilang dan ga berangkat sekolah beberapa hari waktu itu kan?" lanjut Reza bergetar menghalau air mata yang mencoba keluar lebih deras.

K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang