Keputusan FINAL

169 37 13
                                        


Sakit rasanya disaat perjuangan yang berat selama ini hanya dianggap angin lalu oleh seseorang yang sedang diperjuangkan.
Pada akhirnya aku hanya dianggap orang lain yang tidak penting untuknya, dan sekarang bolehkah aku merasa kecewa?

....

Mendekati hari pelaksanaan ujian tiba, Caski sudah mulai mencari segala informasi terkait sekolah di Jakarta yang akan dia masuki.

Rencananya ada dua sekolah yang akan dituju Caski, yaitu SMA Cakrawala dan SMA Satu Nusa. Kedua sekolah itu termasuk dua sekolah terbagus didaerah Jakarta.

Walaupun belum ada lagi obrolan izin dari bokap nyokap Caski. Namun, dia sudah sangat mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk melanjutkan sekolah diluar kota.

“gimana pah? Caski boleh kan sekolah di Jakarta?” ungkapnya menghampiri bokapnya yang sedang bersantai weekend ini di teras depan rumah.

Papa Mattea yang fokus pada korannya, mendengar suara putri pertamanya itu, langsung menutup koran dan beralih menatap wajah Caski khawatir.

“kakak punya penyakit yang bisa kambuh kapan aja. Kalau kakak jauh disana, gimana kita bisa jagain kakak disana?” bukannya menjawab, bokap Caski malah menyampaikan pendapatnya.

Caski meraih tangan bokapnya untuk dipegang dengan mata berkaca-kaca memohon, “papah sama semuanya tenang aja. Kakak pasti jaga kesehatan kok disana, please pah! Kakak gapernah minta apapun sama papah kan? Jadi kali ini, Caski mohon tolong bolehin kakak sekolah di Jakarta ya pah?”

Melihat raut wajah Caski, dan tatapan matanya yang sangat memohon itu. Papa Mattea tak bisa menolak permintaan putrinya ini. Satu sisi khawatir, disisi lain beliau juga ingin membahagiakan putrinya ini.

“oke kalo itu mau kakak, papah izinin. Tapi kakak janji harus bisa jaga kesehatan kakak disana” ucapan Papa Mattea membuat raut wajah Caski menjadi berbinar bahagia.

Lantas dia memeluk bokapnya dengan rasa bahagia dan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

Setelahnya dia melepas pelukannya, dan memandang wajah bokapnya yang sudah mulai terlihat keriput itu, “makasih ya pah. Kakak janji bakal selalu dengerin semua perintah papah dan semuanya disini”

Dari dalam rumah Reza dan Qela menggeleng lemah, mendengar ucapan Papa Mattea yang menyetujui permintaan Caski. Kemudian mereka berlari menuju ke bokap dan juga Caski.

Mendengar langkah kaki yang tergesa-gesa, lantas Caski menoleh dan melirik kedua saudaranya khawatir dengan ekspresi mereka yang seperti menahan emosi dan marah.

‘jangan sekarang please gue mohon’ batin Caski berdoa berharap kedua saudaranya ini belum mengetahui rencananya yang akan sekolah diluar kota.

Melihat ketiga anaknya yang bersitegang saling menatap satu sama lain. Papa Mattea akhirnya mengambil langkah untuk berlalu dari hadapan mereka, agar Caski lebih leluasa untuk memberitahukan kedua saudaranya.

Beliau yakin sekali kalau putri pertamanya ini belum mengetahui apapun terkait dirinya yang akan sekolah di Jakarta, terlihat dari ekspresi marah yang Reza dan Qela tunjukkan.

Sebelum berlalu Papa Mattea tersenyum kearah ketiga anaknya, ditatapnya Caski dan ditepuk pelan bahunya, “papah kira ini waktu yang tepat buat kakak kasih tau keinginan kakak sama abang dan adek”

Kemudian melirik kearah Reza dan Qela bergantian, “dan kalian berdua, papah harap jangan ada emosi dan teriakan karna penjelasan kakak. Dengerin dan minta penjelasan yang jelas”

Setelahnya beliau masuk kedalam rumah menyisakan ketiga anaknya yang saling membuang muka satu sama lain. Sementara Caski juga ikut membuang nafas kasar menetralkan perasaannya.

K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang