Perasaan yang Sama

195 38 8
                                    


....

Hampir setengah jam menunggu balasan Bang Kica, tapi dia tak kunjung berbicara.

Alhasil karna mulai bosen dan juga jengah, gue pun membuka obrolan

"gausah kaku kali bang mau ngomong sama gue doang" ucap gue sambil nengok kearahnya yang sedang memejamkan mata.

Dia diam tak menanggapi, gue yang gatau sejak kapan dia memejamkan mata sambil menikmati angin heran melihatnya.

Raut wajahnya yang damai tenang ini yang membuat gue selalu ingin ada didekatanya,

Bahkan hanya untuk sekedar duduk disampingnya aja udah membuat gue nyaman dan tenang,

"bang" panggil gue sambil menggoyangkan tangannya

"ehh iyaa" balasnya kaget membuka mata dan melihat gue

"hmmm, katanya mau ngomong, eh malah gue ditinggal sama lo yang lagi tidur. Keknya enak banget ya bang?" canda paksa gue

"hehe sorry ca" senyumnya

Senyum balas dari gue untuk menutupi jantung yang mau keluar dari tempatnya karna melihat senyuman yang buat sangat candu itu.

"jadi gini ca..." dia menghembuskan nafas kasar, sedangkan gue masih menyimak

"sebelumnya, lo gamau nanya apapun ke gue?" tanyanya

Gue hanya menggeleng dan menanti kelanjutan ceritanya.

"lo beneran gamau tanya tentang kejadian gue dan Sandri didepan kelas lo itu?" tanyanya lagi.

"kalo soal itu, sebenernya gue mau Sandri sendiri yang cerita ke gue bang" jawab gue kembali menatap lurus kedepan

"terus, Sandri udah cerita?" tanyanya kembali

"ya kalo dia udah cerita ga mungkin gue jawab gitu kan bang" lanjut gue menatapnya lagi.

"yaudahlah bang, kok lo jadi nanya terus? Sebenernya lo jadi ngomong apa enggak?" jengah gue

Bang Kica memegang pundak gue kemudian menarik kepelukannya dan berucap pelan, "gue sayang sama lo Ca"

DAMNNNN ITTT!!!!

"gue cinta sama lo Ca, tapii..." putusnya masih dengan posisi memeluk gue.

Satu isakan keluar dari mulutnya, gue masih belum menanggapi ataupun membalas ucapan dan pelukannya.

"gu...gguuu...gguee..." ucapnya terbata-bata

Sumpah kalau mau jujur, ini pernyataan yang gue sangat inginkan bang. But rasanya kurang puas karna pernyataan ini lo ungkapkan dengan tangisan.

Apa maksud semua ini Bang?

Karna isakan yang keluar semakin kencang. Akhirnya gue balas pelukannya dengan mengelus punggung Bang Kica berharap tangisannya mereda.

Dia melepas pelukannya dan menunduk masih dengan buliran air menetes dipipinya, "maaf" ucapnya sangat pelan tapi masih bisa gue denger.

Gue menggeleng kemudian satu tangan menggenggam tangannya sedangankan tangan yang lain menghapus air mata dipipinya.

"gausah ngomong kalo emang lo gabisa bang" ucap gue merasa iba.

Dia memegang tangan gue yang mengelus pipinya kemudian lanjut menatap.

Ohhhh no!!!! rasanya gue ingin berteriak saat ini juga. Tatapan matanya yang sendu itu membuat gue makin susah untuk melupakannya.

Gue gabisa ngeliat cowo yang gue sayang menangis seperti ini, gue ikut meneteskan buliran air mata.

K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang