Galau

148 37 7
                                    


"Ini menyakitkan, but its okay.
Aku sudah terbiasa dengan hal itu"

....


“assalamualaikumm bunda…” salam Kica memasuki rumah selepas pulang sekolah.

Tak mendapat respon, Kica lantas berjalan masuk melangkah menuju sofa diruang tamu dan menyandarkan tubuhnya lelah dengan kejadian yang tak terduga tadi.

“gue cuma gamau nyakitin hati seorang perempuan sama kayak orang itu nyakitin hati bunda” lirihnya dengan mengusap wajahnya kasar.

Sifat Kica ini muncul akibat dari kelakuan bokapnya yang selalu menyakiti hati dan perasaan nyokapnya dulu. Dia tau betul bagaimana nyokapnya sangat terpukul atas kesakitan yang bokapnya berikan kala itu.

Kebencian terhadap bokapnya itu membuat sosok Kica menjadi ramah dan selalu mengagungkan setiap perempuan. Bahkan untuk memanggil ‘ayah’ saja Kica tak pernah lakukan. Sejauh ini dia tak pernah juga ingin menemukan ataupun mencari keberadaan ayahnya itu.

Itu juga yang membuat Kica bertekad tidak akan menyakiti hati seorang perempuan. Apalagi dia adalah makhluk istimewa yang Tuhan ciptakan untuk menyempurnakan kehidupan sosok lelaki sepertinya.

Namun, membuat sosok wanita bahagia bukan juga dengan mengorbankan perasaan dia dan juga menyakiti sosok wanita lainnya.

“ahhhh gue pusing Ya Allah” teriaknya yang membuat sosok Bunda Tina mendatanginya dengan terburu-buru menuju putra tunggalnya itu.

“ehh Ica kenapa nak teriak-teriak gitu. Bunda kaget lho dari taman belakang lari-lari kesini” ucap Bundanya duduk disebelah Kica.

Sementara Kica hanya menunjukkan cengiran khasnya kepada nyokapnya itu, “hehehe sorry bun. Tadi Ica cuma kesel aja ban mobil bocor tiba-tiba” asalnya,

“oo kirain apa? Lagian kok tumben Ica bawa mobil biasanya kan naik motor” lanjut Bunda Tina menyenderkan tubuhnya yang lelah habis menyiram tanaman di taman rumahnya itu.

Walaupun hidup Bunda dan Kica hanya berdua. Namun, Kica tak pernah kekurangan materi ataupun kasih sayang meskipun hanya bersama nyokap yang sangat dia sayangi.

Bunda Tina memiliki usaha yang terbilang sangat cukup untuk menafkahi kebutuhannya dan putra tunggalnya selama ini. Selain itu, beliau juga merupakan putri tunggal dari pasangan pengusaha tekstil.

Tak menjawab pertanyaan nyokapnya, Kica malah ikut bersender dan juga memeluk nyokapnya manja dari samping.

“ehhh anak bunda kenapa tiba-tiba jadi manja gini” ucap Bunda Tina mengelus kepala Kica dengan sayang.

“gapapa bun, Ica kangen sama pelukan bunda” balas Kica memejamkan kedua matanya menikmati pelukan itu.

Bunda Tina tersenyum menyadari akan sikap dan perkataan Kica yang mulai aneh itu. Dia yakin sikap murung dan tak bersemangat yang Kica alami beberapa bulan belakangan ini adalah karena kerinduannya terhadap Caski.

Lantas beliau membalas pelukan hangat itu dan mencium pucuk kepala Kica, “Ica kangen banget ya sama Caski” sahut nyokapnya yang membuat Kica langsung melepas pelukannya menatap heran kearah nyokap.

“apaa sih bun?!” elak Kica memalingkan wajahnya,

“sini ahh. Bunda itu tau banget sifat putra bunda satu-satunya ini” balas Bunda Tina kembali menarik Kica dalam dekapannya.

Sambil mengelus rambut Kica, Bunda Tina mengarahkan pandangan lurus mengahadap televisi, “Caski baik-baik aja. Dia selalu ngabarin bunda Ca”

Ucapan itu membuat Kica mendongak kesal, “ihh curang dia ga pernah hubungin Ica tuh bun beberapa bulan ini” sahutnya mengerucutkan bibirnya,

K I S A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang