Duapuluh Delapan

26 5 18
                                    

Happy reading
..
Enjoy semuanya

Pulang dengan hati gembira dan senang itulah pria itu, yang duduk di teras  asrama sedang melepas sepatunya, lalu ia pun langsung menyimpan hadiah diary tadi di dalam lacinya, tanpa sepengetahuan Gino.

"Kalau sampai dia itu tahu langsung buming nantinya "gumam Zen yang khawatir Gino melihat perbuatannya

Setelah menyelesaikan nya ia beranjak mandi sore dan mengikuti kajian setiap hari Kamis sore.

Nampak di aula sudah ada Gino yang sudah tiba disana, nampak pria itu rajin, dan taubat.

"Tumben banget tuh anak duduk didepan, biasanya aja males banget kalau disuruh kajian" gumam Zen yang duduk di bagian pertengahan diantara barisan teman-temannya.

Pria itu masih membayangkan kejadian tadi yang membuatnya tersenyum sendiri, teman disampingnya pun melihatnya aneh.

" Kak baik-baik aja kan?" Tanya teman disampingnya yang kebetulan adik kelasnya.

"Eh iya nggak apa-apa kok" ucap Zen sadar dari keanehannya.

Tak lama kajian pun dimulai, Zen terus saja mendengarkan nya dan sesekali mencatat apa yang perlu dicatatnya.

Sempat ia sengaja melihat kedepan untuk memastikan temannya itu aman, namun didepan Gino malah terlihat lesu seperti mengantuk, itulah dia makanya ia malas ikut setiap kajian ini, bosen (ceritanya)

Selesai kajian mereka langsung bubar kekamar nya masing-masing setelah sholat magrib, menunggu makan malam Zen mengambil buku itu dan sedikit menulis kata-kata disana.
Yang pasti hanya dia dan Allah yang tahu.

"Woy, lagi ngapain Lo" ujar Gino mengkageti pria itu

"Bikin kaget aja Lo" pekik Zen dan langsung menutup diary itu

" Nulis apaan nih?" Tanya Gino

"Tugas" jawab Zen

"Ah masak..orang besok nggak ada tugas kok, bohong kan Lo" balas Gino

Tak berkutip pria itu langsung mengalihkan pembicaraan nya.

"Lo tumben tadi didepan" tanya Zen

" Ohh tadi, gue sadar gue harus taubat" pekik Gino

"Tumben Lo" celetuk Zen

Gino sadar Zen mengalihkan pembicaraan nya, dengan sigap ia langsung mengalihkan pembicaraan kembali ke awal.

" Eh Lo nggak usah ngalihin pembicaraan ya.. sekarang jawab jujur" ujar Gino

" Oke gue jujur, tapi tutup tu mulut jangan sampai kayak ember bocor" pinta Zen

Pria itu mengangguk menyetujui nya, agar segera diberitahu, biasa kepo.

Saat mendengar dengan seksama berarti tadi siang Anggi benar, makanya ia mengejar Jeffro.

" Susan Lo kemanain Zen?" Tanya Gino

" Udahlah, nggak usah mbahas susan nggak penting" ujar Zen

Rindu untuk zenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang