Happy reading!
..--00--
"Assalamualaikum" salam Zen
Tak ada jawaban dari dalam kamarnya, ia mencoba membuka pintunya, entah kemana semuanya terlihat sepi dan gelap.
"Apa gue salah kamar" ucap Zen
Ia pun berfikir dua kali, baru ditinggal beberapa hari sudah lupa kamar, lalu pria itu pun kembali keluar dan ia akan bertanya dengan santri yang berada di samping kamarnya, apakah orang yang ada kamar disampingnya ini pindah ataukah sudah kosong.
Pria itu membuka kamar sampingnya, ternyata kamar itu juga nampak kosong dan juga gelap, ia kembali berfikir apakah ia sedang amnesia apa gimana.
Ia pun membalikkan telapak tangannya ke atas jidat, dan meraba ternyata tidak panas berarti ia dalam kondisi sehat. Tapi entah kemana semua orang, karena ia tak ingat sama sekali.
Akhirnya ada satu santri yang kebetulan sedang lewat didepan nya, sontak ia langsung bertanya kepada orang itu, apakah ia sedang amnesia atau bagaimana, atau mungkin sedang berada di dunia khayal?.
"Kak, maaf mau nanya ini semua kok sepi pada kemana ya kak?" Tanya Zen
Pria dengan baju kokonya dan juga tak ketinggalan sarung, namun tak berkopiah, seperti asing bagi Zen, sehingga Zen memanggilnya dengan kak agar sedikit lebih sopan.
"kamu Zen kan"
"Iya kak, kok tahu" balas Zen
"Kamu salah tempat,ruangan ini akan dikosongkan untuk santri baru yang akan datang besok, untuk santri lama dibelakang" jelas pria itu
Zen mengeluarkan nafas kasar, ia sudah berfikir aneh-aneh, ternyata salah kamar, Syukurlah pria itu lewat, mungkin kalau tidak ada orang itu mungkin ia akan tidur semalaman disana.
Zen pun langsung berjalan menuju kamar nya, dan akhirnya ia bertemu dengan Gino yang saat itu sedang berlatih kejuaraan lomba pencak silat nasional yang secepatnya akan datang.
"Salah itu kakinya kurang kuat, lemes amat Lo"
Gino mulai merinding, berfikir an aneh, karena ia sedang berlatih sendiri an disiang bolong.
"Oii" ujar lagi Zen
Pria itu menoleh ke belakang ternyata itu sahabat nya, sungguh lega hatinya.
"Baru balik Lo" celetuk Gino
"Emang kenapa, terserah gue lah" balas Zen
"Gue si terserah Lo ya..
Mau balik cepet atau lama, sorry bukan urusan gue" ujar Gino"Halah..bilang aja rindu gue kan Lo"celetuk Zen sambil merangkul pundak Gino
"Hidih...nggak bakal gue kangen Lo,
Lo tuh dicariin" ucap Gino"Kira kira siapa nih yang nyari gue, kalau Rindu pasti dia tadi ngomong" pikir Zen
Zen terdiam penasaran siapa sih yang rindu pria itu, yang banyak perempuan kagumi dari sosok Zen.
..
Sore ini Anggi sudah ada janji dengan Arina bahwa ia akan menjenguk neneknya dirumah sakit, Anggi mengetahui setelah diberitahu mamanya, karena bunda Hanik meminta doa kepada grup pengajian komplek agar mendoakan Ibunya yang sedang terbaring sakit dirumah sakit, sehingga ia langsung menelpon Arina untuk memberi tahu keberadaan neneknya sekarang dirawat.
..
Sesampainya di rumah sakit, ia bertemu dengan seorang pria tampan yang menurut nya itu nikmat Tuhan mana yang kau dustakan, itulah yang terlintas dipikiran gadis itu tentang pria yang baru pertama ia tatap sekarang.
Semakin mendekat terlihat Arina yang keluar dari salah satu ruangan rumah sakit.
"Arina" panggil Anggi dengan melambaikan tangan kearah gadis itu
Tak sengaja pria itu ikut menoleh kearahnya, sungguh membuat hati Anggi berdetak kencang.
Lalu Anggi pun menghampiri Arina."Om, ini teman aku, namanya Anggi" pekik Arina
"Om?" Gumam dalam hati Anggi
"Andi" ucap Andi sambil mengajaknya salaman
"Anggi" balas Anggi dan membalasnya.
Gadis itu melamun, sampai sampai tangannya masih bersalaman dengan Andi, sontak ia tersadar sendiri dan melepaskan tangannya.
Meskipun Anggi tetangga Arina ia tak pernah melihat pria itu kerumah sahabatnya, sehingga ia mengira orang asing , ia baru tahu kalau pria itu pamannya Arina, setelah diberitahu oleh Arina.
"Yaudah yuk masuk" ajak Arina
Nampak Anggi tersenyum kecil kearah Andi dan langsung masuk ke dalam ruangan.
Setelah selesai menjenguk neneknya Arina, ia pun keluar dan mengajak Arina untuk kekantin makan dan sedikit bertanya kepada sahabatnya itu.
"Maaf ya aku nggak tahu kalau dia itu paman kamu" pekik Anggi
"Iya nggak apa-apa" jawab Arina
"Bolehlah gue minta nomornya"celetuk Anggi
Arina pun tersenyum mendengar sahabatnya itu meminta nomor pamannya, sebaiknya Arina tidak memberinya karenabAndi pernah sedikit cerita soal asmaranya, dan karena itulah Arina tak memberi nomor hp pamannya kepada sahabatnya sendiri, dan takutnya saat ini pamanya sedang menjaga hati orang lain.
Anggi mendengar nya pun kecewa, sedih tak mendapat nomornya, sampai-sampai ia memohon ke Arina agar diberi tahu, tetapi hasilnya tetap sama tak diberitahu.
Tapi setelah dipikir-pikir itu sedikit tidak perlu, hatinya tak akan berubah kepada orang lain, dan akan tetap sama dengan orang yang ia suka sekarang, sampai ia memang tak ditakdirkan pria itu.
--00--
Thanks
Jangan lupa tinggalin jejak kalian vote coment,
See you next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu untuk zen
Novela JuvenilIni cerita pertama ku, maaf jika ada kesalahan. Semoga kalian semua suka dengan cerita ku . . . [Follow sebelum baca] .. .. Happy reading Merindu dengan seorang laki-laki sholeh yang alim punya banyak teman cewek yang menjadikan nya dikenal dengan c...