Limapuluh Lima

8 1 0
                                    

Udah lama nggak update nih...
Skuyy baca lagi yuk, jangan Ketinggalan 🥰

..

Arina duduk di kursi taman, sembari menunggu kedatangan Zen. Akhirnya ia bisa pergi keluar dengan pria itu. bunda mengizinkannya karena gadis itu terpaksa berbohong untuk bisa keluar tanpa di temani oleh Jeffro.

"Pagi Rin" sapa Zen datang, hari ini pria itu terlihat sangat senang memancarkan aura kebahagiaan.

Sedangkan Arina tak seceria Zen, ia ingin langsung pada poin nya saja. lalu ia melihat jari manisnya dan kembali sedih. Hal itu harus ia tutupi didepan Zen dan menaruh tangannya dibelakang punggungnya.

"Gimana kabarmu" tanya Zen sembari duduk di samping Arina.

"Baik, kalau kamu sendiri gimana" tanya balik Arina.

"Aku baik kok, tenang aja" jawab Zen.

"Syukurlah, kenapa kok janjian disini" tanya Arina langsung to the poin

"Iya, pengen ketemu aja. Udah lama kan kita nggak ketemuan" pekik Zen.

Arina tersenyum ingat waktu kemarin ia dan Zen tak saling menyapa dikantin itu semua karena ada Anggi.

"Serius nih?, Atau ada yang mau diomongin gitu?" Tanya Arina, ia sangat penasaran

"Iya sih...ada yang aku mau omongin" pekik Zen

"Gitu dong... langsung terus terang aja" pinta Arina

Tiba-tiba Zen berdiri lalu bersimpuh di bawah Arina yang duduk, gadis itu kaget kelakuan pria itu.

"Berdiri Zen, nggak enak nanti dilihatin orang" pinta Arina memegang pundak pria itu, sembari melihat sekitar jika ada orang lain yang melihat nya.

Pria itu pun berdiri dan duduk sejajar dengan Arina. Lalu ia menggenggam satu tangan Arina.

"Maaf, sebenarnya dulu aku udah mulai suka dengan mu dari awal kita bertemu Rin" ucap Zen yang tiba-tiba serius.

Arina masih terdiam tak berkutip, ia bingung harus bagaimana ia menjawab dan menjelaskan sebenarnya.

"Aku hargai perasaan mu Zen, tapii-"

Perkataan Arina terhenti setelah Zen menyela ucapannya.

"Tapi apa Rin, kamu nggak ada hubungan dengan orang lain kan?" Tanya Zen yang mulai penasaran.

" Bukannya gitu Zen, kamu tahu kan apa maksud aku menolak kamu" jawab Arina

Pria itu keingat, apa jangan-jangan gadis yang ia tembak barusan menolak karena ia nggak mau nyakitin perasaan sahabatnya.

"Apa gara-gara Anggi, kamu menolak aku ?" Tanya Zen yang menyakinkan.

Arina terdiam, lalu berdiri menatap kedepan dan menjauh dari Zen.

"Bener kan Rin?, Ayo lah jawab" pinta Zen

"Apa yang harus aku jawab, kalau kamu sudah tahu jawabannya" jelas Arina

Zen menghembuskan nafas kasar lalu ikut berdiri menghampiri Arina, ia sedikit kecewa dan sedih tapi ini keputusan Arina dan hak Arina untuk menerima dan menolaknya.

"Yaudah... terimakasih Rin, kamu sudah mau kesini ngeluangin waktu buat aku, dan terimakasih udah ngisi hati aku meskipun hanya singgah tapi tak sungguh nggak apa-apa itu keputusan mu, semoga kamu kedepannya bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dari aku,  dan semoga kita bisa 1 universitas ya Rin" ujar Zen saat itu menyentuh hati Arina.

"Tidak Zen, kamu adalah pria yang aku impikan selama ini, kamu baik dan jaauhh lebih baik" suara hati kecil Arina

Sebenarnya Arina ingin saja menerima namun apalah daya, sudah pupus harapannya.

Rindu untuk zenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang