Enam Puluh Satu

12 1 0
                                    

***

Mendengar apa yang putrinya katakan, hatinya pun sedih tak karuan. pasalnya kemarin dia sudah merencanakan baju pengantin dengan besannya itu.

"Kenapa Rin.."

"Maaf bun, Arina benar-benar tidak mau dijodohkan dengan Jeffro. sekali lagi Arina mohon maaf, Arina harap Bunda bisa ngertiin Arina"

Keduanya pun terdiam, termasuk Arina terdiam di pangkuan Bundanya. "Udah Rin, Nanti tanya saja sama papahmu" Bunda Hanik pun meninggalkan Arina yang masih terdiam. Namun, apakah keputusannya ini salah? jika dia memilih apa yang menjadi hak nya, atau hal ini malah mendatangkan masalah baru bagi dirinya serta keluarga nantinya. Sungguh, yang ada dipikirannya hanyalah keadaan pria yang terbaring dirumah sakit sekarang.

...

tooot toot toot

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

"Maaf jeng, apakah kita bisa bicara langsung hari ini?"........

"Iya jeng Hanik, emangnya kenapa kok kayaknya serius. Ohh mau bahasa gaun pernikahannya lagi ya, tenang jeng gaunnya pasti besok akan terlihat bagus dan indah dipakai Arina yang cantik, sampai semua terpukau melihat anak kita"....

"emm...iya jeng, hari ini kita ketemu di jalan Anggrek nomor 11 ya, disana ada taman nanti kita bahas"

"iya jeng, siapp. See You jeng Hanik"....

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

...

Arina berdiri lalu pergi kekamarnya, mengambil tas yang berisi dompet dan HP nya. lalu dia pun bergegas pergi, sampai didepan pintu ternyata ada Jeffro yang tiba-tiba saja dia datang kerumah, padahal dia tak ada janji dengannya.

"Hai Rin, Mau kemana nih kok kayaknya buru-buru gitu. padahal aku belum ketuk pintu sama sekali" Ujar Jeffro kepedean

"Maaf Jeff, aku kayaknya nggak bisa nerusin hubungan kita lagi. aku nggak mau ngebohongin diri aku sendiri dan orang tuaku. dan maaf aku tidak bisa nemani kamu kedalam aku buru-buru, sekali lagi aku minta maaf" jelas Arina, Dia terpaksa harus bicara jujur kepada pria itu, dia tidak mau lagi membohongi perasaannya. Dia harap pria itu akan paham dan mengerti.

Arina pun pergi dari hadapan Jeffro, pria itu masih berdiri membelakangi Arina yang baru saja berpaling darinya. dia masih tidak menyangka dugaannya selam ini benar bahwa Arina memang masih suka dengan Zen. Mungkin karena itu Dia memilih pria lain selain dia.

"Aku tau Rin pasti kamu masih memikirkan Zen kan...?  Aku nggak tau lagi mau berbuat apa. kalau hasinya menjadi begini, apa Bunda sama papah sudah tau tentang hal ini?" tutur Jeffro

"iya, Bunda sudah aku beritahu barusan"

"Lalu respon bunda bagaimana Rin?"

"Aku tak tahu Jeff harus bagaimana lagi, aku bingung apa aku tidak harus memilih pilihanku sendiri. Bukannya kamu tidak baik ataupun ada yang kurang darimu. Kamu itu baik tak ada yang kurang darimu, Mungkin perempuan yang jauh lebih baik dariku akan mendapatkanmu."

"Aku benar-benar minta maaf Jeff, Kali ini aku buru-buru"Jelas Arina

"Mau kemana " Celetuk Jeffro

"Aku mau jenguk Zen, kamu juga pasti sudah tahu perihal Zen yang sekarang dia sedang kritis membutuhkan donor darah B+"

"Apa" Jeffro terkejut

"Zen kritis dirumah sakit dan membutuhkan donor darah" yakinkan Jeffro

"iya jeff"Jawab Arina

"yasudah aku ikut, ayo kita kerumah sakit. lagi pula Zen kan teman kita, meskipun dirimu lebih memilih Zen, aku sudah ikhlas Rin. Aku sadar kamu berhak memilih apa yang menjadi hak mu, dan terima kasih sudah menyadarkan ku. meskipun hal ini meyakitkan bagikuRin. Apa yang membuatmu bahagia, aku akan iku bahagia"

Arina merasa bahagia campur sedih, pria itu bisa paham dengannya. "Terima kasih Jeff kamu sudah mau ngertiin aku. Aku yakin masih ada perempuan diluar sana yang lebih baik dariku".

Mobil yang mereka kendarai pun perlahan meninggalkan rumah

"Mungkin tadi bunda belum tahu kalau kamu akan berbicara tentang hal ini, makannya bunda nelfon aku untuk ngajak kamu pergi ke luar makan" Ucap Jeffro sambil menyetir

"Iya Jeff, pikirku juga begitu" jawab Arina

Tak lama, suasana dalam mobil pun sunyi. kedua belah pihak terdiam, satunya merasa cemas dan gelisah merasa sedih. sedangkan yang satunya putus cinta, harapannya pupus. sesampainya di rumah sakit, Arina pun bergegas turun ke ruangan Zen.

Saat tiba diruangan Zen tiba-tiba saja ada perempuan berparas cantik yang sedang menyuapi Zen yang Dia tak sangka Pria itu sudah sadar. Hatinya pun lega melihatnya.

Jeffro melihat Arina dari kejauhan merasa curiga kenapa dia tidak langsung masuk kedalam kalau memang itu ruangan Zen. ataukah Zen sudah sembuh dan dipindah ke ruangan lain. Namun, Dia melihat raut wajah Arina yang tidak bisa berbohong. Karena Dia tertinggal tadi ketika sedang parkir mobil, tapi tak begitu jauh hingga sampai sepucuk krudung cream milik Arina yang terlihat  bergegas cemas.

"Kenapa nggak masu..ukk" tanya Jeffro yang terkejut melihat kaca pintu ruangan Zen yang memperlihatkan ada perempuan didalamnya. Ia berfikir mungkin karena ini Arina tidak masuk kedalam.

"itu siapa Rin?, kayaknya kita asing deh sama perempuan itu. Mungkin saudaranya kali ya" yakin Jeffro

"Aku tidak tahu Jeff, mungkin kita pulang saja" ujar Arina

******Mungkin kalau aku jadi Jeffro yang perilakunya seperti Gino yang sukanya ceplas-ceplos. Aku mungkin akan bicara kepada Arina bahwa Dia ini ngambekan, biasa ya perempuan suka ngambekan terus, padahal belum dijelasin*********

Maaf guys itu sedikit ungkapan aku terhadap tokoh Arina ini. apakah pendapat kalian sama nggak sama aku, yang sama komen dong, yang nggak sama kasih vote.

Mungkin segitu dulu part 61 ini, jujurly aku bingung mau nerusin ceritanya gimana, part nya mungkin panjang banget nggak si, yasudah nggak apa-apa aku akan selesaikan cerita ini. jangan lupa ya guys vote, komen. SEE YOU NEXT PART



Rindu untuk zenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang