Empatpuluh Sembilan

12 2 0
                                    

Happy reading!

..

Sesampainya di rumah Zen, nampak Arina sudah ada disana. Begitupun dengan orang tua Zen yang terlihat sudah akrab dengan Arina.

"Assalamualaikum". Salam Gino dari kejauhan pintu rumah Zen

"Malu gue, malu". gumam Anggi yang masih berada didekat mobilnya dan akan segera masuk

Arina pun malu dengan kedatangan Anggi dan juga Jeffro disini, mereka hanya saling diam tanpa menyapa salah satunya.

"Woy, pada diem-diem aja nih, gerah banget ya!". Kode keras Gino

Tanpa mengucap, Arina langsung pergi ke dapur dan membuat minuman untuk mereka.

"Numpang ke kamar mandi ya". Pamit Anggi

Gadis itu berjalan mencari dimana letak dapur didalam rumah Zen, Anggi menemui Arina untuk sedikit bertanya kepadanya.

"Rin". panggil Anggi mendekati Arina

Arina sedikit terkejut, tiba-tiba saja Anggi datang menghampirinya.

"Ada apa nggi". tanya Arina sedikit kegugupan

"Umm, udah lama disini Rin". Tanya balik Anggi

Arina berhenti dari aktifitas nya dan menghampiri Anggi yang duduk kursi meja makan dekat dapur.

"Maksudnya". Ujar Arina

"Kamu udah lama disini?, Apa baru datang". jelas Anggi

Arina duduk didepan Anggi seraya memegang tangan Anggi.

"Enggak nggi, aku baru aja sampai terus kamu datang". jawab Arina

"Kamu tenang aja, aku sama Zen itu nggak ada apa-apa kok". jelas Arina

Anggi tak menyangka, Arina sudah mengetahui semuanya tentang perasaan yang selama ini ia pendam.

"Iya Rin, aku harap kamu bisa jaga perkataan kamu barusan". pinta Anggi memegang kedua tangan Arina

Sedangkan Arina hanya tersenyum tipis terukir di bibirnya.

"Minuman udah datang". teriak Anggi membawa nampan diatasnya sudah ada 5 gelas jus jeruk

"Ini nih yang gue tunggu". pekik Gino beranjak dari tempat duduknya menghampiri Anggi

"Apa nih maksudnya, ohh gue tau pasti yang Lo nunggu Anggi kan". celetuk Jeffro

Gino menghampiri Anggi untuk mengambil satu gelas jus jeruk dan kembali duduk.

"Ngapain nenek lampir gue tungguin, gue tinggal aja lah" canda Gino

"Dasar Lo nyamuk, awas nggak gue barengin nanti". ujar Anggi ketus

Pria itu berdiri lagi dan menghampiri Anggi yang masih berdiri.

"Tenang lah, jangan marah-marah dong! Keriput Lo tuh udah kelihatan". ledek Gino

Sedangkan yang lainnya hanya menertawakan mereka berdua. Anggi tidak suka kalau Zen ikut-ikutan apa yang teman-teman nya lakukan terhadapnya dengan menjodoh-jodohkan ia dengan Gino.

"Kelihatannya Seru nih". ucap Aisyah Mama Zen

"Iya Tante". jawab Gino

Waktu menunjukkan pukul 4 sore, Anggi dan yang lainnya pun pamit pulang karena sudah seharian mereka dirumah Zen.

"Yuk Rin bareng". ajak Anggi

"Iya Nggi". jawab Arina, tak mungkin ia menolak, apa yang akan dipikirkan Anggi jika ia menolaknya.

"Ngapain Lo ikutan pulang". ujar Anggi ketus dekat mobilnya yang hendak pulang

"Yaelah Nggi, jangan galak-galak dong gue ngebeng ya". pinta Gino dengan wajah datar memperlihatkan wajah sedihnya.

Zen hanya bisa tersenyum melihat kelakuan temannya.

"Yaudahlah Nggi nggak usah dibuat masalah, kasihan Gino". ujar Zen

"Kamu juga Gin, jangan sering-sering buat Anggi kesal". Pinta Zen

Hati Anggi seperti kupu-kupu berwarna kemudian terbang tinggi dengan penuh kebahagiaan setelah mendengar Zen yang membelanya.

"Maaf ya Nggi". pinta Gino

"Iya gue maafin, yaudah naik". ujar Anggi demi Zen yang sudah membelanya hari ini.

..

Malam harinya terus saja ponsel milik Arina berdering nada pesan, sedangkan ia masih terfokus dengan pelajaran yang akan diajar besok.

Ia pun penasaran dari siapa pesan yang terus saja mengganggu nya.
Ia melihat pesan dari Zen masuk dan juga miskol 2 kali dari pria itu.

Assalamualaikum

Wa'alaikumussalam
Kenapa?

Mau mastiin udah tidur belum

Belum

Udah gitu aja?

Iya

Tumben

Arina tak membalas pesan Zen, dan hanya membacanya saja. Lalu ia beranjak dari meja belajar menuju kasur empuknya untuk tidur.

--00--

Budayakan Vote, coment guys
Vote mu semangat ku

Rindu untuk zenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang