Empatpuluh Empat

11 2 0
                                    


Pria dengan kaos oblong kuning dan juga mengenakan sarung warna hitam sedang berbaring dikamar nya, kepalanya masih terasa sakit sehingga ia memutuskan untuk tidak mengikuti kajian malam ini.

"Assalamualaikum" salam seseorang dari balik pintu kamar Zen

Ia tak bisa beranjak dari kasurnya karena rasa sakit di kepala yang membuat ia tak berdaya jika ia berdiri membukakan pintu, sehingga ia hanya menyuruh untuk langsung masuk kedalam. Ternyata Gino dengan sang pengurus asrama yang ingin datang menjenguk pria itu.

"Gimana Zen, Udah membaik?" Tanya sang pengurus

"Masih terasa sakit pak" lirih Zen sambil memegangi kepalanya

"Yasudah, ayo berobat nanti Gino yang akan mengantar mu" suruh sang pengurus

Zen mengelak bahwa ia akan baik-baik saja tanpa berobat ke dokter, ia berfikir ini hanya sakit kepala biasa nanti juga akan sembuh dengan sendirinya cukup tidur dan besok akan membaik.

..

Saat bangun pagi Gino melihat Zen masih tertidur pulas dengan wajah pucat, pria itu kaget setelah memegangi dahi Zen yang sangat panas.

"Gin, udah pagi" tanya Zen terbangun dari tidurnya

"kamu demam?" Tanya Gino

"Nggak kok, ini cuma panas biasa, biasanya juga setiap pagi juga gini" jawab Zen bangkit dan berdiri dari ranjangnya, beranjak keluar untuk kekamar mandi dan bersiap sekolah

Melihat Zen yang berjalan dengan satu tangan memegangi kepala sedangkan tangan kanannya memegang tembok sembari berjalan perlahan dibalut dengan wajah pucat,matanya juga terlihat lesu, Gino lalu pergi untuk menemui sang pengurus agar dapat memperhatikan keadaan Zen yang semakin memburuk.

Selesai mandi Zen sudah bersiap kesekolah, ia masih memegangi kepalanya yang terasa sakit  sehingga ia duduk di kursi depan kamarnya untuk menunggu Gino yang juga sedang bersiap.

"Mendingan istirahat aja Zen" suruh Gino khawatir

"Apaan sih lo, gue nggak apa-apa" balas Zen mengelak temannya

"Yakin? " Tanya lagi Gino

"Iya, tenang aja gue baik-baik aja kok. Nanti ketemu sama Arina juga akan sembuh" celetuk Zen sedikit senyum terukir di bibirnya

"Masih aja ngelawak" ucap Gino

Sesampainya disekolah Zen langsung merebahkan kepalanya dimeja. Gino juga melihat kelakuan Zen lalu ia pun menegurnya." Udah sana balik aja. takutnya kamu nggak kuat" suruh Gino

"Diam aja deh, udah sana duduk aja" suruh Zen

..

Selesai pelajaran pagi ini Gino  menemui Arina untuk memberi tahu keadaan Zen yang sedang sakit.

"Zen, kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Arina dihadapan meja Zen yang masih merebahkan kepalanya dimeja

Pria itu kaget melihat perempuan yang ia kagumi dihadapannya mungkin ini adalah obat baginya tanpa harus berobat ke dokter.

"Udah lama?" Tanya Zen

"Nggak kok, baru aja. Iya nggak nggi" balas Arina

"Iya Zen, tenang aja. Btw kalau kamu sakit ke UKS aja" suruh Anggi

" Makasih ya, udah mau kesini" ucap Zen

"Aduh aduh sakit" teriak Anggi ditengah keheningan mereka. Tiba-tiba tangan Anggi ditarik oleh Gino keluar, padahal ia mau menemani Zen supaya Arina dan pria itu tidak berduaan.

"Apaan sih narik-narik tangan gue, sakit tau. Dasar nyamuk" bentak Anggi dengan wajah kesal

" Eh Lo nggak peka emang, biar mereka bisa ngobrol berdua" pinta Gino

Arina pun menanyakan kondisi Zen yang terlihat pucat dan lesu. Namun pria itu berusaha untuk bisa kuat didepan Arina padahal rasa sakit masih mengguncang kepalanya.

Anggi diluar hanya bisa melihat mereka berdua saling berbicara dua mata sedangkan dia sedang bersama dengan musuh bebuyutan.

"Udah, jangan diliatin nanti naksir lagi" celetuk Gino melihat Anggi yang  menatap matanya

"Apaan sih" ujar Anggi sadar dari ketidak sengajaannya.

"Kekantin yuk, timbang disini jadi nyamuk mau Lo" ajak Gino

"Hidih, ngapain gue kekantin sama Lo, mending gue nggak makan sehari dari pada makan sama lo" celetuk Anggi

Gino tak merespon apa perkataan Anggi, pria itu malah Langsung menarik tangan Anggi. Sehingga Anggi berteriak sampai dikantin untuk meminta Gino melepas tangannya.

"Tangan gue mahal, jangan sembarangan megang tangan gue" celetuk Anggi

"Mahal-mahal, udah makan nggak usah protes" pinta Gino

Anggi sedang bersama dengan Gino, tapi pikirannya berada di lain tempat. Ia berfikir tentang Arina dan juga Zen yang sekarang sedang berdua.

"Rin, kekantin yuk" ajak Jeffro yang tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua

"Tapi, aku nggak pengen ke kantin " balas Arina

Meskipun Zen menahan rasa sakitnya tapi pria itu malah menertawakan Jeffro yang ditolak Arina.

"Eh bentar deh"sela Jeffro yang melihat Zen dengan wajah pucat dan lesu.

"Lo kenapa bro,sakit?" Tambah Jeffro

"Iya, kenapa kalau gue sakit" balas Zen

Jeffro tepuk tangan dan tersenyum sendiri. " Wah wahh itu namanya balasan buat Lo " ledek Jeffro

Arina mengelak apa maksud perkataan Jeffro kepada Zen itu salah, Ia memberi tahu kepada pria itu sebab sakit itu bukan balasan atas perbuatan orang itu melainkan kita di uji oleh Allah dengan rasa sakit atau bisa saja Allah melebur dosa-dosa kita yang mengalami sakit.

Seketika Jeffro terdiam setelah dinasehati oleh Arina, kini giliran Jeffro sendiri yang malu meskipun Zen tidak menertawakan diri nya seperti Jeffro menertawakan Zen.

"Yaudah aku balik kekelas ya" pamit Arina

"Makasih ya Rin, kamu udah sempetin buat jenguk aku" jawab Zen

Arina tersenyum dan mengangguk, lalu ia pergi dari kelas IPA meninggalkan Jeffro yang masih terdiam disana. Lalu diikuti Jeffro.

..

'sialan, malu gue tadi diceramahi sama Arina'

'yang bener Jeff'

'bener lah..gue takut Arina berfikir ke gue yang nggak-nggak'

'tinggal minta maaf aja susah'

Siang tadi Anggi mengabari Jeffro bahwa Arina sedang bersama Zen dikelas IPA, dan Jeffro datang untuk mengganggu mereka atas informasi dari Anggi. Namun usahanya gagal, Jeffro malah ditolak mentah-mentah oleh Arina dan dinasehati oleh gadis itu.

--00--

Tinggalin jejak kalian 😘
Bye, see you next part !

Rindu untuk zenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang