Tigapuluh Enam

24 3 28
                                    


--00--


Hari begitu sangat cepat, pagi ini Zen dan semua siswa yang mengikuti lomba pencak silat akan membawa nama sekolah keajang nasional, sungguh ia sangat bangga, berharap mereka semua bisa mengharumkan nama sekolah, dengan bekal latihan dan doa orang tua maupun orang disekitarnya, mereka semua siap memulai perlombaan ini.

Sekolah mengirimkan kelas 12 untuk mendukung secara langsung perlombaan pencak silat tingkat nasional, mereka semua nampak antusias dan langsung menaiki bis yang sudah siap sedari pagi yang akan menuju tempat perlombaan.

Guru-guru memilih kelas 12 karena ini adalah perlombaan terakhir dikelas 12, sebab semua olahraga ekstrakulikuler sekolah akan diserahkan semua kepada adik kelas yaitu kelas 10 dan 11, sehingga kelas 12 bisa fokus dalam menghadapi ujian sekolah yang akan datang.

Tak hanya ekstrakulikuler olahraga saja, melainkan organisasi lainnya seperti OSIS, itu juga akan dialihkan pada kelas 10 dan 11, mungkin ini saatnya kelas 12 menikmati terakhirnya dalam keaktifan nya sebagai murid di sekolah dan bersiap menuju kefokusan dalam sekolah.

"Rin, doa in aku ya" pinta Zen yang berada dihadapan gadis itu

Arina tersenyum, apa maksud pria didepannya, lalu ia menjelaskan bahwa doanya bukan hanya untuk pria dihadapannya saja melainkan untuk semua siswa yang ikut berpartisipasi dalam perlombaan ini.

Cek cek cek
Suara toa kantor sekolah.

"Perhatian! Untuk semua murid kelas 12 segera berkumpul di lapangan untuk berdoa sebelum perlombaan pencak silat dimulai"

Suara itu terdengar sangat keras sehingga semua murid mendengar nya.

"Rin nanti kalau di bis duduk sama aku aja ya" ajak Anggi

" Iya gampang soal itu" jawab Arina

Tangan Arina tiba-tiba dipegang oleh seseorang dibelakang nya yang membuat gadis itu sedikit kaget, secara bersamaan gadis itu menoleh kebelakang sungguh ia terkejut.

"Hay"

"Jeffro" ucap Arina sedikit bingung tak percaya

"Dari kemarin-kemarin Lo kemana aja gue, Anggi, sama orang tua Lo juga khawatir nyariin Lo" ujar Arina

"Nggak usah khawatir, gue baik-baik aja kok, kemarin itu gue tinggal dirumah nenek gue disana ada sedikit acara" jelas Jeffro

"Hah?" Ucap Arina tak percaya

"Sebenarnya ini semua udah direncanain Rin, gue, sama orang tua nya Jeffro juga udah tau semuanya," jelas Anggi

"Terus Tante Sarah kok nggak bilang" ucap Arina

" Jadi kita ngelakuin ini ke lo, mau mastiin kalau Lo itu peduli nggak sama Jeffro dan alhasil rencana kita berhasil" ujar Anggi ditambah tos tangan atas keberhasilan rencana

Arina baru percaya, dan sedikit masih bingung, nampak sekali raut wajah Tante  Sarah tak menunjukkan sisi khawatir itu dengan anaknya sendiri, bahkan lapor polisi saja tidak, dan Anggi kelihatan mempunyai bakat untuk berekting didepannya.

"Maaf ya udah buat Lo khawatir" pinta Jeffro

"Nggak apa-apa, Alhamdulillah kalau Lo baik-baik aja Jeff" balas Arina

Semua murid sudah masuk bis dan segera bis akan berangkat, semua nampak menikmati perjalanan ini, semua bernyanyi tertawa bahagia, mungkin akan bertambah bahagia jika ada Zen didalam bis itu, namun bagaimana mungkin bisa satu bis dengannya, sebab guru sudah membagi nya sesuai dengan kelas masing-masing.

Rindu untuk zenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang