Empatpuluh Tujuh

11 2 0
                                    


Berhari-hari dirumah sakit Zen merasa bosan di dalam kamar. Ia meminta suster untuk membawanya keluar menghirup udara segar di pagi hari.

Pria itu sangat menikmatinya, ia tak ingin melewatkan kesempatan ini.

"Sus, berhenti disini aja" pinta Zen berhenti di taman rumah sakit yang begitu indah

Orang tuanya sedang keluar untuk bekerja, dan kembali kerumah sakit sore nanti.

Sudah lama juga Arina tak berkunjung ke rumah sakit menemui Zen, pria itu sangat rindu dengan Arina.

Arina tidak bisa setiap hari ke rumah sakit, sebab tugas sekolah yang padat membuatnya tak sempat untuk kerumah sakit.

"Kamu kenapa" tanya Jeffro melihat Arina sedang melamun di teras depan kelas

"Nggak apa-apa kok Jeff" jawab Arina

"Yaudah kekantin yuk" ajak Jeffro

"Hei, ngapain nih" ujar Anggi tiba-tiba muncul dan merangkul keduanya

"Kekantin yuk" ajak Anggi dan menarik tangan Arina

Dikantin Arina hanya melihat makanan didepannya, ia tak nafsu makan karena selalu kebayang oleh keadaan Zen disana. Ia berharap bisa bertemu dengan Gino untuk menanyakan keadaan pria itu.

"Ini menu baru lho" pekik Jeffro sambil makan dengan lahap

"Iya nih..pedesnya itu lho mantul" jawab Anggi sambil kipas-kipas mulutnya

"Rin, Lo wajib cobain ini deh, best seller pokoknya" pekik Anggi memberikan satu tusuk sate bakar

Ya itu sate bakar, menu terbaru di kantin Bu Emi.

Jeffro menyenggol tangan Anggi, mereka saling menatap melihat Arina yang hanya memegang tusuk satenya tanpa memakannya.

"Lo kenapa?" Tanya Anggi memegang tangan kiri Arina

"Yuk makan" ajak Arina tiba-tiba saja memakan sate yang sudah ia pegang tanpa terlihat menikmati sate itu

Anggi dan Jeffro hanya bisa melihatnya tanpa tahu apa yang sedang Arina alami hari ini.

Baru 2 tusuk sate bakar yang dimakan Arina, gadis itu langsung pamit dengan kedua temannya yang masih menikmati sate bakar Bu Emi menuju kelas. Arina tidak bisa berlama-lama di tempat umum ia hanya ingin sendiri.

"Kenapa sih Arina" pekik Anggi dengan sate yang masih ada di mulutnya

Di tengah jalan menuju kelas, Arina terjatuh ke lantai. Lalu iaa bangkit dan melihat Alin yang menghadang Arina dengan sepatunya di tengah jalan tanpa disadari olehnya.

Hari ini tak ada waktu untuk meladeni Alin, ia tidak ingin menambah masalah dengannya Sehingga ia memutuskan untuk pergi dari hadapan Alin.

"Udah pinter tuh anak" grutu Alin dengan Amel dan juga Angel

"Tau nih.." tambah Angel

"Bukannya kalau pinter bagus ya Lin, kok Lo nggak suka sih" ujar Amel dengan polosnya

Alin menatap tajam Amel, begitupun Angel mereka berdua siap untuk memarahi Amel.

"Mel mending Lo minum obat deh..biar sembuh" pekik Alin

"Gue nggak sakit, nih! nih!" Ucap Amel memegang tangan Alin dan menempelkannya pada dahinya

"Apaan sih ni anak" kesal Alin melepas tangannya dari Amel

"Yaudah kalau Lo nggak sakit, mending Lo liburan aja ya, gue bayarin" celetuk Alin sambil pergi meninggalkan dari tempat itu

"Beneran nih, kapan, kemana, biar gue siap-siap dari sekarang" jawab Amel dengan senangnya

Angel sudah tak tahu apa yang harus ia lakukan dengan kondisi Amel, memang anak itu pikiran nya selalu lemot perlu untuk di restart.

"Ngel mau kemana" panggil Amel melihat Angel juga pergi darinya

"Kekantin" teriak Angel

..

Dikantin ia bertemu dengan musuhnya yang masih asik makan.

"Ehh, Lo berdua kok nggak sama si penghianat itu sih..lagi marahan ya" celetuk Alin menghampiri meja makan Anggi dan juga Jeffro

Awalnya Anggi tak menggubris kehadiran Alin, namun setelah ia mendengar omongan Alin yang makin meresahkan tentang Arina sekarang ia terpaksa memukul meja dengan keras membuat seisi kantin terkejut. Sakit terasa ditangan Anggi, ia tahan agar bisa menyelesaikan masalahnya dengan Alin.

"Gue nggak sedang marahan sama Arina, dan juga Arina nggak marah dengan gue, oh iya gue tegesin ke elo kalau gue nggak suka dengan Zen, Lo nggak usah cari perkara" bentak Anggi dihadapan Alin langsung

"Alah..nggak usah ngeles kalau Lo itu suka kan sama Zen" balas Alin

"Jangan ngasal ya kalo ngomong, mulutnya itu lho dijaga" nantang Anggi

"Gue nggak ngasal, gue bener kok. Mentang-mentang Arina nggak tahu Lo diam-diam suka sama Zen, gue sama geng gue udah tau yang sebenarnya" jelas Alin

Kesabaran Anggi hampir habis, namun gadis itu langsung pergi meninggalkan kantin tanpa membayar, sehingga Jeffro terpaksa membayar kan nya.

"Awas ya Lo" ucap Jeffro tajam pergi menyusul Anggi

"Huuu, ada yang marah. Upss" pekik Alin

Anggi duduk di kursi taman lalu Jeffro pun menanyakan sesuatu hal yang barusan ia dengar dikantin. Sungguh ia tak menyadari kalau Anggi juga suka dengan Zen. Mengapa ia tidak bercerita dengan sepupunya sendiri mengenai hal ini.

Anggi berusaha menahan perasaannya, namun perasaan tidak bisa dipaksakan. Ia memilih bungkam dari orang lain dari pada persahabatan nya dengan Arina hancur seperti hancurnya persahabatan Alin dan Arina dulu.

Sungguh Jeffro masih tak percaya hal itu. Kembali menanyakan kepada Anggi sedetailnya sehingga ia bisa memahami apa yang Anggi pendam selama ini. Ia meminta Anggi agar selalu bercerita dengannya mengenai masalahnya.

Anggi sangat bangga mempunyai sepupu yang baik, meminta agar Jeffro tak memberitahu semua orang tentang kejadian hari ini termasuk Arina dan juga Zen.

Namun seisi kantin tadi sudah mengetahuinya, "mudah-mudahan mereka tak percaya dengan omongan Alin,"batin Anggi sehingga kebenarannya hanya Anggi dan  Jeffro yang tahu.

Mereka berdua beranjak dari taman menuju kekelas untuk kembali belajar.

--00--
Pastikan kalian meninggalkan jejak vote, coment 🤗
Di part terakhir akan aku kenalin cast nya. Makanya pantengin terus ceritanya.

See you again
See you next part!
🌵

Rindu untuk zenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang