Limapuluh Delapan

11 3 1
                                    

Tinggalkan jejak kalian vote coment 😊 guys

..

Seminggu sudah Arina dan kawannya mencari kakek Samat, namun tak ada jejak kepergian kakek Samat sama sekali.

Seharusnya Angel tahu keberadaan kakeknya itu, akan tetapi ia malah bersikap bodoamat tak peduli keberadaan kakeknya.

Seminggu juga Arina sudah tak ada hubungan komunikasi dengan Zen, semuanya kini putus komunikasi diantara keduanya setelah pertemuan Minggu lalu.

Arina rindu dengan kehadiran pria itu, dan ingin menjalin silaturahmi dengannya. Namun ia ragu untuk menghubungi pria itu, ia takut Zen akan tambah sakit hati nantinya.

"Rin kenapa bengong" celetuk Anggi

Arina tersenyum. "Nggak ada kok, itu lho liat anak kecil disana" ucapnya sambil menunjuk seberang jalan cafe itu.

Anggi pun menoleh, namun tak ada anak kecil diseberang sana.

"Udah nggak bener si ini" lirih Anggi

Lalu Arina meneguk secangkir cofe late hangat.

"Coba cerita deh Rin, sebenarnya kamu itu kenapa sih..." Pinta Anggi

"Emang aku kenapa" tanya balik Arina

"Lo itu kayak kepikiran gitu, berat pasti kayaknya" jawab Anggi

"Itu kan menurut kamu, tapi aku kan nggak apa-apa" jelas Arina meyakinkan Anggi

"Nggak apa-apa Rin, jujur aja"

"Kamu kangen ya sama Zen?"

"Atau kamu kangen sama jeffro?"

"Iya kan?...pasti iya" Ucap Anggi tanpa jeda yang terus bertanya-tanya ke gadis itu.

"Enggak" jawab Arina singkat

'Kalau aku jawab jujur juga kamu pasti cemburu'

"Udahlah kalau kamu nggak mau cerita yaudah biar aku yang cerita"

"Cerita apa" tanya Arina

"Jadi gini aku kemarin ketemu Zen"

Sepotong pembicaraan Anggi membuat Arina semakin penasaran dengan cerita temannya itu karena menyangkut pria itu, darinya ia bisa dapat info lanjut dari Anggi.

"Huuuu, nunggu cerita gue ya...pasti penasaran" ledek Anggi

Anggi melihat Wajah Arina sangat terlihat seperti penasaran sehingga ia berhenti berucap.

"Enggak kok," jawab Arina salting tak sengaja menyenggol dompet nya sehingga dompet itu jatuh kebawah.

Anggi tersenyum melihat tingkah temannya itu.

"Aku terusin nggak nih" celetuk Anggi

"Nggak usah deh, nanti kamu ledekin aku lagi" jawab Arina mengambil dompetnya.

"Beneran?"

Hati kecil Arina melirih berkata bahwa ia sangatlah ingin mendengar kelanjutan ceritanya, namun tak enak dengan Anggi.

"Balik aja yuk" pinta Arina

Anggi masih tersenyum melihat tingkah temannya itu yang semakin salting.

"Yakin nih nggak mau aku terusin, nanti kepikiran lagi" ledek Anggi

"Ih apaan sih, udah ah pulang aja" jawab Arina

"Yaudah yuk pulang" balas Anggi sambil tersenyum sendiri karena tingkah Arina.

..

Malamnya Arina kepikiran apa kelanjutan cerita Anggi tadi, ingin saja bertanya namun ia takut Anggi akan meledeknya karena tadi ia tidak mendengar kelanjutan ceritanya.

P

Assalamualaikum, bukan p

ma-ap ustadz ku

gimana


gimana apanya?kangen nggak sama Arina?


nggak lah ngapain

Zen bohong, dalam hatinya ia sangat ingin sekali bertemu lagi dengan Arina, bulan lalu adalah pertemuan terakhir mereka.

udah ah jangan mbahas itu, mending mbahas pengajian aja

nggak ah, kamu itu nggak di asrama nggak di rumah masih aja ngomongin pengajian

kan itu lebih baik Gino. taubat! Taubat!

eh udah daftar kuliah belum?

udah

dimana

Kepo deh... mau ikut?

hidih nggak ah, sekolah aja sering bolos, kalau aja gue jadi kuliah sama Lo kuping gue gatel denger ceramah mulu

biarin itu kultum pagi


Perbincangan yang panjang dalam pesan WhatsApp itu pun terus saja berjalan sampai larut malam.

...

Pagi hari yang cerah kini Arina berjalan menyusuri jalan komplek nya udara segar nan sejuk, ditengah perjalanan nya ia melewati rumah Anggi nampak gadis itu sedang menyiram tanaman dipekarangan rumahnya.

"Mampir dulu" sapa Anggi

"Iya makasih" jawab Arina berhenti di depan rumah Anggi

"Sini masuk, aku lanjut cerita ya" ujar Anggi yang sedikit meledek Arina

Ini mungkin kesempatan Arina untuk mendengar kelanjutan ceritanya.

"Cerita apa si nggi" tanya Arina, berharap ini kelanjutan cerita kemarin

" Ini soal-"
Ucapan Anggi berhenti berucap sambil melihat Arina yang siap mendengarkan cerita itu.

"Kok diem" tanya Arina

" Nggak jadi deh" ujar Anggi

Raut muka Arina yang semula senang ingin mendengar cerita Anggi, kini terlihat kecewa tak kunjung diceritakan oleh Anggi.

"Yahhh kecewa, kesel nih ceritanya" ledek Anggi

"Ihh enggak eh..." Jawab Arina

Meskipun Arina mengatakan apa yang tidak sesuai dengan hatinya, raut mukanya cukup membuat Anggi sudah menebak kekesalan gadis itu dan juga penasaran.

"Udah ah kalau gitu aku pulang aja" pamit Arina dengan kecewa, karena rasa penasarannya ini tak kunjung usai. Entah apa yang Anggi akan ceritakan kepadanya.

"Udah pulang nih anak bunda" titah bunda Hanik yang sedang menyiram bunga dipekarangan rumahnya.

"Iya Bun, Arina masuk dulu ya Bun gerah soalnya" ujar Arina lalu masuk kedalam rumah

Arina dan Zen sudah tidak berkomunikasi lagi terakhir hanya di taman itulah hatinya patah berkeping-keping, dalam pikiran gadis itu apakah Zen masih ingat dengannya atau kah ia marah dan melupakan semua kenangan nya. Mungkin saja ia sudah lupa dan mengganti nomornya dengan yang baru.

..

Gimana nih guys, bakalan happy or sad nih...
Stay tune aja ya!
See you again

Rindu untuk zenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang