🥀Happy Reading🥀
Guin berdecak kesal pada kain pel di genggamannya. Gara-gara kejadian minggu lalu, dia harus menjalani hukuman dari pak Sam membersihkan kamar mandi selama dua minggu. Nichols tidak bisa berbuat banyak, kalian tahu sendiri pak Sam bagaimana. Pikirannya tidak bisa diubah, walau orangtua Nichols−pemilik sekolah−sudah berusaha bertindak. Jadinya dia harus menjalankan hukuman sialan ini selama dua minggu, dan untung saja Guin tidak diberhentikan jadi ketua osis, hanya mendapat peringatan.
“Gila, tangan gue lama-lama kapalan megang ginian mulu!”
“Capek gue pedicure tiap hari!”
“Beby sialan!” decak Guin kesal.
Tak sengaja, Guin menabrak ember pel, seluruh airnya tumpah, dan lantai kembali kotor. Guin menggeram marah, kenapa embernya ada di sana? “Lo kenapa di situ, mber?” tanya Guin geram pada ember.
Guin menghela napas kasar, dia beralih menatap pintu di hadapannya, mencari Nichols dan sahabatnya yang belum menampakan batang hidung mereka. Biasanya, tugas Guin akan digantikan oleh sahabat Nichols−tanpa sepengetahuan pak Sam−dengan imbalan tentu saja uang, namun resikonya sangat bahaya jika ketahuan pak Sam. Yang penting uang nomor satu bagi mereka.
Guin menggeram kesal, mereka tak kunjung datang, dan dia harus membersihkan semua ini untuk kedua kalinya.
Caparina, Estel, dan Beby masuk ke dalam kamar mandi. Caparina dan Estel tersenyum senang melihat Guin mengepel lantai. Itu bagus untuk orang seperti Guin, yang berkehendak sesuka hati. Mereka memang sangat dekat dengan Nichols, tapi tidak dengan Guin, mereka seperti musuh, Caparina dan Estel, tidak suka dengan sifat Guin.
Tanpa melirik Guin sama sekali, Beby langsung memasuki salah satu bilik kamar mandi.
“Eh masa, semalam gue mimpiin gebetan gue lagi,” Caparina mulai bercerita mengabaikan Guin.
“Si fiksi itu?”
“Iya, di dalam mimpi gue di posesifin sama dia. Arghhh, jantung gue rasanya mau pindah alam.”
“Sadar Cap, nanti lo nikah sama wattpad pula,” ujar Estel memperingati.
“Nanti gue undang lo. Souvenier-nya koin wattpad.”
“Dasar gablek!”
“Beb, sepupu lo bawa ke dokter gih, gue ngeri nanti kita dicomblangin sama si fiksi,” ujar Estel pada Beby yang masih berada di dalam bilik. Seperti biasa tidak ada tanggapan dari manusia yang tidak bisu itu.
“Lo mau gue comblangin? Ada nih romantisnya melebihi Ellgar, mau?” tanya Caparina menawarkan, siapa tahu dia mau berpaling dari Ellgar. Caparina merengkuh pundak Estel.
“Gila lo!”
Caparina tertawa.
Estel mendadak ngeri pada sahabatnya itu. Dia berusaha melepaskan diri dari sahabatnya, setelah berhasil dia langsung kabur dari sahabat gilanya itu.
“SAYANG, TOLONG AKU, CAPA GILA. MASA DIA MAU COMBLANGIN AKU DENGAN FIKSI?!”
“ES, GUE COMBLANGIN NIH!” teriak Caparina mengejar Estel keluar, meninggalkan Beby yang masih di kamar mandi.
Guin melirik bilik kamar mandi di mana Beby masih berada. Dia tersenyum tipis. Sedikit pelajaran bolehlah. Guin melangkahkan kakinya mendekat ke bilik itu, dan langsung mengunci pintu itu dari luar, agar Beby tidak bisa keluar.
Beby yang baru saja selesai menggunakan bilik itu. Ingin langsung keluar, tapi pintu tidak bisa terbuka, dia sudah mencobanya berulang kali. Seperti terkunci dari luar. Apa pintunya rusak? Beby berusaha menggendor-gendor pintunya agar terdengar oleh Caparina dan Estel. Namun, tak ada jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Numb
Teen Fiction"Truth or dare?" "Dare." "Taklukin si ratu utara." Gara-gara permainan konyol, membuat Nichols Luther Keyl seorang most wanted di sekolah, terpaksa harus menaklukkan cewek yang dinginnya melebihi kutub utara, cuek, jutek, ketus, dan pelit senyum lag...