53|Numb

1.4K 134 16
                                    

🥀Happy Reading🥀

-Keegan-Jika tidak bisa memilikimu di dunia, maka kematian kita adalah solusinya.

***

"Maafin gue, Guin. Gue gak berhasil masukin Keegan ke penjara," ujar Nichols tertunduk pada Guin yang duduk di ranjang rumah sakit. Keegan benar-benar menghilang seperti di telan bumi sejak lima hari lalu, tidak ada yang mengetahui keberadaannya, bahkan polisi sudah melacaknya, benar-benar tidak ada jejak laki-laki itu kabur. Laki-laki itu sekarang menjadi buronan polisi. Polisi terus berusaha untuk menemukannya sejak lima hari.

Keegan yang menjadi burunon membuatnya sangat khawatir dengan Guin yang pasti diincar Keegan karena semua sudah ketahuan polisi. Khawatir Nichols bukan dalam konteks yang macam-macam, dia tidak tertarik lagi dengan Guin. Untuk Beby, Nichols juga khawatir, Keegan sangat terobsesi dengan Beby, takut laki-laki itu juga mengincar pacarnya tersayang, dan menjadikannya tumbal seperti Guin.

Guin menggeleng. "Seharusnya, bukan lo yang minta maaf. Tapi gue, gue yang nyebabin semua ini terjadi. Seharusnya gue gak ajak kerja sama sama Keegan dalam hal gila," Guin menjeda ucapannya, menatap Beby dan Nichols bergantian. "Maafin gue, udah berusaha hancurin kebahagiaan kalian. Gue bener-bener nyesel," lanjut Guin. Dia benar-benar merasa bersalah.

Beby langsung mengangguk.

Nichols juga mengangguk, perasaan kesalnya masih ada sedikit terhadap Guin. Tapi, Nichols harus tetap memaafkannya, Guin sampai rela berkorban nyawa untuknya. Kesalnya terhadap Guin, lama-lama pasti hilang. "Makasih udah ngorbanin nyawa lo demi gue," ujar Nichols sambil tersenyum.

Guin berdecih. "Kepedean lo. Gue nolongin lo karena Keegan begitu akibat gue ajak kerja sama," jelasnya berbohong. Tidak mungkin dia jujur. Guin menghargai perasaan Beby sekarang. Yeah, Guin menolong Nichols karena perasaan sayangnya terhadap cowok itu, tidak ingin orang yang disayanginya terluka. Tapi, dia akan segera melupakan perasaan itu.

Nichols berdecak kesal. "Gue juga gak ngarep lo tolongin!" ketus Nichols, lalu menarik Beby keluar. Nichols sungguh malu karena sudah kepedean. "Ayo pulang, Kutub. Nyebelin di sini!"

"Guin, gue pulang dulu. Lo ditemenin sama empat curut itu!" teriak Beby.

Guin tersenyum melihat mereka berdua, dia menghela napas berat. Sangat-sangat berat melepas orang yang dua tahun selalu bersamanya. Walaupun sulit melepaskannya, Guin akan berusaha mencobanya. Mengikhlaskan lebih baik, dari pada semuanya hancur.

"Tenang Uin, gue bakal nemenin lo!" ujar Delmar bersemangat. "Gue gak akan biarin si curut nyakitin lo. Gue rela gak tidur asal lo aman!" Delmar mengangkat kepalan tangannya di udara.

"Thanks guys, terutama lo Aillard," ujar Guin sambil tersenyum pada Aillard. Aillard sejak lima hari lalu selalu menemaninya.

"Semines apapun kelakuan lo dan sebenci apapun gue sama lo. Kita masih sahabat, dan gue selalu peduli dengan lo," ujar manusia yang sedang sibuk bermain ponsel itu.

Guin turun dari ranjang, dan berlari memeluk Aillard erat, terharu dia dengan si manusia kulkas itu. "Larddddd!"

"Pelan-pelan, luka lo!"

***

"Halo Kutubku yang tersayang dan−" Nichols langsung terjatuh ke lantai ketika melihat Beby yang sangat cantik menggunakan dress. Walaupun dia sudah sering melihat Beby menggunakan dress atau apapun itu, Nichols selalu terpesona terhadap Beby. Senyuman lebar terpatri di wajahnya.

"Eh, eh!" Beby langsung panik melihatnya. Dia berjongkok, meletakkan tangan kirinya di belakang punggung Nichols untuk membantunya duduk.

"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Beby sambil menyentuh pelipis Nichols dengan telapak tangannya. Tidak panas. "Enggak panas? Terus kenapa? Pakek senyum-senyum lagi?" tanya Beby heran. Nichols memang aneh.

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang