48|Numb

1.3K 136 14
                                    

🥀Happy Reading🥀

Cklek

"Astaga!" ujar Rutger kaget saat melihat Beby membuka pintu rumah. Dia terlalu lambat datang ke sini untuk meletakkan makanan yang dia bawa dan Beby melihatnya. Tentu saja dia akan diusir.

Pagi yang buruk, lebih baik tadi Beby kesiangan saja. Beby menghela napas kasar, membuang pandangannya dari Rutger. "Bawa balik, dari pada dibuang!" ujar Beby dingin pada papanya.

Rutger tetap tersenyum lebar pada Beby. "Papa udah buat ini. Strawberry cakes buat kamu, biasanya kalau kamu makan ini sebelum ujian pasti kamu semangat ngerjainnya," ujarnya lalu menyodorkan paperbag itu.

"WOY, BAJU HITAM, KENAPA KALIAN BIARIN PRIA INI MASUK?" teriak Beby pada bodyguard Nichols yang berjaga di depan rumah. "MAU DIPECAT?"

Mereka langsung menunduk merasa bersalah, mereka tetap membiarkan pria itu masuk karena dia papa Beby. Nichols mengizinkan mereka membiarkan papa Beby masuk.

"USIR!" perintah Beby. Mereka mengangguk patuh dan langsung mendekat ke arah Beby dan Rutger berdiri.

"Sebentar, saya ingin bicara, sebentar saja," ujar Rutger memohon pada para pria berbadan besar yang ingin menariknya itu. Para pria berbadan kekar itu kemudian membiarkan Rutger berbicara terlebih dahulu.

Rutger kembali menatap anaknya. "Terima pemberian papa ini," ujar Rutger memohon sambil kembali menyodorkan makanan itu.

Beby berdecak kesal mendengarnya. "Berhenti sebut kalau Anda papa saya, saya bukan anak Anda lagi!" tegas Beby.

"Dan berhenti bawain saya sampah kayak gitu!" ketus Beby seraya menampik paperbag yang dipegang Rutger sampai terjatuh.

Rutger tertunduk, perkataan Beby menyentil hatinya. "Segitu besar kebencian kamu sama papa, nak?" tanya Rutger.

"Besar. Sangat-sangat besar!"

Rutger mengangguk paham. "Papa paham, yang papa lakuin memang membuat kamu sangat-sangat membenci papa. Papa memang pantes dibenci. Tapi apa kamu gak bisa maafin papa kali ini?" tanya Rutger. "Papa akan berubah. Papa sayang kalian, papa ingin kita kembali seperti dulu, mama, Nick, kamu, gak terpecah belah kayak gini," ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Beby tertawa mendengarnya. "Maafin? Sampai Anda pergi ketemu tuhan pun, saya gak bakal maafin Anda. Itu sangat menyakitkan, hanya dibalas dengan permintaan maaf, itu gak adil. Saya selama ini tersiksa, terus terbayang-bayang kejadian itu. Maaf, gak bisa bikin trauma saya hilang!"

"Jadi tolong, pergi dari kehidupan saya. Saya udah bahagia, tanpa Anda," ujar Beby menunjuk pagar rumah. "Pergi, bangun keluarga bahagia lagi tanpa saya."

"Mauri−"

"PERGI ATAU DISERET BODYGUARD?" teriak Beby mulai kehilangan kesabarannya.

Rutger mengangguk, dia berjongkok mengambil paperbag dan membereskan makanan yang terjatuh. Beby sedikit tersentuh melihatnya. Apa dia berlebihan tadi?

Rutger kembali berdiri. "Papa pergi kali ini, tapi papa besok akan balik lagi. Papa gak akan nyerah sampai kamu maafin papa. Semangat ujiannya, Mauri," ujarnya sambil tersenyum pada Beby.

"Jangan pernah dateng lagi. Kehadiran Anda membuat saya semakin sakit!" ketus Beby melangkah masuk ke dalam rumah, dan membanting pintu.

"Maafin papa Mauri, papa jahat sama kamu."

***


"Baru ditinggal beli minum aja udah bengong," ujar Nichols saat masuk kembali ke ruangan Beby, dan melihat Beby yang bengong.

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang