10|Numb

4.1K 410 55
                                    

🥀Happy Reading🥀

“Udah stop!” geram Beby merebut botol minuman Caparina yang masih saja minum walau sudah teler. Caparina kalau minum gak pakek otak.

Caparina cemberut kesal, dia merebut kembali botol itu. “Gue mau healing, By. Cowok gue dibunuh sama penulisnya lagi.”

Beby memutar bola mata malas, mengomeli Caparina percuma saja, perempuan itu tidak akan mau mendengarkan, apa lagi dia lagi galauin karakter fiksinya, buang-buang suara saja.

Aillard mengusap punggung Beby pelan, menenangkan perempuan itu. “Biarin aja, palingan besok mampus.”

Drrttt… Drrttt…

Beby segera meraih ponselnya di dalam tas. Beby mengernyit ketika nomor yang menghubunginya tidak ada nama, dan kode nomor itu bukan negara Indonesia, melainkan Belanda. Beby segera mengangkat panggilan itu.

“Halo, Mauri?” raut wajah Beby langsung berubah drastis mendengar suara itu.

Brengsek!

***


Beby menegak botol minum alcohol di tangannya seraya menatap pemandangan malam kota, membuatnya sedikit tenang setelah mendapat panggilan sialan tadi. Kenapa orang itu bisa mengetahui nomornya? Sialan!

Beby mengepalkan tangannya kesal, kejadian yang selama ini berusaha dia lupakan kembali berputar di kepalanya gara-gara orang itu menghubunginya.

“SIALAN!” teriak Beby meluapkan kekesalannya.

“Beby, lo di sini?” tanya Aillard yang tiba-tiba muncul di balkon.

Beby menoleh, dan mengangguk singkat.

“Kenapa?” tanya Aillard melihat wajah Beby sangat kesal.

Beby menggeleng, dia kembali ingin menegak minumnnya. Tapi, Aillard lebih dulu mengambil alih botolnya.

“Minum memang bisa buat lo tenang. Tapi, gak bagus buat kesehatan,” ujar Aillard.

Beby hanya menghela napas, tidak mengambil botol miliknya lagi.

“Lo bisa cerita sama gue, gara-gara telepon tadi?” tanya Aillard lagi. Wajah Beby tadi mendadak berubah drastis gara-gara telepon itu.

Beby hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Aillard. Tidak semua hal bisa dia ceritakan ke orang lain.

Aillard menghela napas pelan. “By, gue gak tahu isi telepon tadi apa. Tapi kalau itu buat lo kesel, lupain aja, jangan dipikirin,” ujar Aillard.

Beby memejamkan matanya sesaat sambil menghela napas. “Pulang,” ujarnya singkat, lalu pergi dari sana.

Aillard menghela napas pelan, Beby sangat sulit terbuka padanya, dia segera pergi menyusul Beby yang cepat sekali menghilang.

Beby berhenti melangkah di depan salah satu ruangan yang terbuka lebar ketika matanya tak sengaja menatap sesuatu. Di dalam sana, Nichols dan Guin sedang berciuman intens.

Beby kembali melanjutkan langkahnya, kenapa dia peduli dengan itu. Beby kembali ke tempat mereka duduk, Caparina sudah sangat teler, wanita itu tidur di sofa.

“Capa teler banget, bawa pulang aja,” ujar Ellgar yang sedari tadi bersama Estel−mereka sudah berbaikan mana bisa mereka berantem lebih dari satu jam−menemani Caparina yang mabuk parah, tidak mungkin dia tinggalkan.

Beby mengangguk, dia memapah Caparina dibantu oleh Aillard.

“Gue pulang dulu El,” pamit Aillard.

“Hati-hati dua anak orang itu,” ujar Ellgar. Aillard menoleh dan mengacungkan jempolnya.

Beby dan Aillard membawa masuk Caparina ke dalam mobil, setelahnya mereka masuk, dan mobil berjalan. Setelah selesai mengantar Caparina pulang, sekarang Aillard mengantar Beby pulang.

“Beby,” panggil Aillard setelah terjadi keheningan diantaranya dan Beby, berniat mengajak ngobrol. Dia menoleh setelah tak mendapat sahutan, ternyata Beby sudah tertidur pulas di sebelahnya.

Aillard tersenyum tipis melihat Beby, dia melepaskan jasnya, menyematkannya pada tubuh Beby, kebetulan saat itu mobilya berhenti di lampu merah. Dia tidak ingin Beby kedinginan.

“Tidur yang pulas, cantik,” ujar Aillard pelan.

Mobil Aillard akhirnya berhenti di depan rumah Beby. Aillard menoleh pada Beby yang masih tertidur, malah semakin pulas. Aillard menatap dalam wajah cantik Beby, bahkan saat tidur wanita itu semakin cantik, Aillard jadi gemas. Aillard menggerakkan tangannya mengusap pipi Beby pelan, agar tak mengganggu tidurnya.

“Gue seneng bisa ketemu lo lagi,” ujar Aillard sambil tersenyum lebar. “Gue suka sama lo sejak hari itu, By.”

Beby menggeliat pelan dalam tidurnya, Aillard segera melepaskan tangannya dari wajah Beby. Beby membuka matanya, dan menemukan Aillard di sampingnya. Kok bisa? Beby mengernyit heran dan langsung memperhatikan sekitar, ternyata dia masih di dalam mobil Aillard, oh ya tadi dia ketiduran.

Aillard berdeham. “Kita udah sampai dari tadi. Tapi lo ketiduran, gue gak enak bangunin,” ujar Aillard.

“Maaf,” Beby mengernyit heran, melihat jas Aillard yang membalut tubuhnya, dia langsung melepaskannya dan memberikannya pada Aillard.

“Gue takut lo kedinginan,” jelas Aillard.

Beby mengangguk mengerti. “Thanks,” ujar Beby singkat, lalu keluar dari dalam mobil.

Aillard menurunkan jendela mobilnya. “Gue pulang dulu,” pamit Aillard.

“Hati-hati,” ujar Beby yang membuat hati Aillard meronta-ronta bahagia, jarang-jarang Beby mengucapkan seperti itu padanya, biasanya kayak patung.

Good night By,” ujar Aillard sambil melambai-lambaikan tangannya. Setelah itu pergi dengan mobilnya.

Beby segera masuk ke dalam rumahnya. Mamanya menunggu di ruang tamu ketika dia masuk.

“Kamu sudah pulang, sayang? Gimana tadi pestanya?” tanya Naomi antusias, jarang-jarang Beby pergi keluar setelah apa yang terjadi padanya.

“Mama kasih nomor aku ke dia?” tanya Beby to the point.

Naomi menghela napas pelan dan mengangguk. “Papa mau bicara sama kamu, sayang,” ujar Naomi lembut.

Beby menghela napas kasar. “Aku gak akan mau bicara sama dia! Berhenti paksa aku!” tegas Beby

“Dan berhenti bersikap tidak terluka!”

🥀To Be Continue🥀

⭐jangan lupa prenn

💭ayok prennnn spam komennya

🤔Mari menebak, hari apa Aillard ketemu Beby?

Salam sayang, maknya Aillard

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang