51|Numb

1.4K 146 7
                                    

🥀Happy Reading🥀

"ASTAGA NICH!" teriak Beby, dan langsung melepaskan pelukan Nichols.

Nichols langsung menoleh ke belakang ketika mendengar suara jatuh tepat di belakangnya, dan suara teriakan terkejut dari Beby yang melihat sesuatu di belakangnya. Laki-laki itu langsung melotot tak percaya melihat manusia yang pernah ada di hidupnya jatuh bersimbah darah di belakangnya.

"NICH, NICH, GUIN!" teriak Beby heboh pada Nichols yang berada di depannya. Beby benar-benar syok melihat Guin tergeletak di lantai dengan luka sayatan di leher yang terlihat parah, tangan wanita itu masih menggenggam pisau yang melukai lehernya.

Semua orang yang berada di pesta itu pun juga tak kalah histeris saat melihat Guin tergeletak di tengah lantai dansa dengan pisau yang bersimbah darah di sebelahnya. Pesta yang semula penuh bahagia itu, mendadak penuh histeris.

"JANGAN ADA YANG BUBAR!" teriak Nichols. Mereka semua pasti ingin bubar, dia harus menghentikannya. Mereka yang berniat bubar pun, sekarang hanya bisa diam di tempat dengan ketakutan yang menyergapi.

"PANGGIL AMBULAN!" teriak Beby. "CEPET!"

"O-oke," ujar Delmar dengan nada suara yang bergetar. Yang menimpa Guin membuatnya sangat syok. Laki-laki itu mengambil ponselnya dengan tangan yang bergetar hebat, dan menghubungi ambulan. Tanpa sadar setetes air mata turun dari sudut mata Delmar.

Beby berjongkok, mengangkat kepala Guin dari lantai berpindah ke pahanya. Beby menyobek lengan bajunya, dan menggunakan sobekan bajunya untuk menekan luka pada leher Guin agar tidak terjadi pendarahan yang terlalu parah.

Nichols masih diam di tempatnya menatap Guin dengan darah yang terus mengalir dari lehernya. Dia masih terlihat syok. Bagaimana ini bisa terjadi? Guin tidak mungkin ingin bunuh diri, dia sangat mengenalnya. Sesulit apapun hidupnya, dia tidak akan mungkin melakukan itu. Guin tahu bunuh diri itu dosa, dia takut melakukannya.

Pasti ada orang yang melakukan penusukan itu, apalagi di pelipis kanannya terdapat luka, seperti luka benturan. Luka di pelipisnya itu tidak mungkin di dapatkan saat jatuh di lantai dansa ini, Guin terjatuh dalam keadaan miring ke kiri. Pasti ada pelakunya!

Mata Nichols berputar ke kanan dan ke kiri mencari pelaku yang kemungkinan besar masih ada di dalam. Kejadian itu pasti terjadi saat lampu padam selama sepuluh detik, jika kejadiaan itu ada pelakunya, kemungkinan besar pelaku masih ada di dalam, atau baru saja lari. Namun tak ada apapun, tak ada yang mencurigakan, mereka semua bersikap normal. Sialan. Apa yang terjadi sebenarnya?

"O-oke, hmmm... tenang semuanya," ujar pembawa acara untuk menenangkan situasi. "Ini semua akan baik-baik aja. Tolong, tetap ditempat."

"Oke, tenang, bentar lagi ambulan datang," ujar Beby pada Guin yang berada di pangkuannya.

"ASTAGA, GUINNNN!" teriak pak Sam heboh datang menghampiri mereka. "Apa yang terjadi?" tanyanya, wajahnya tampak sangat khawatir melihat muridnya. Guru-guru yang lain pun juga mulai datang ke mereka dengan wajah khawatir.

"SIAL. KAPAN AMBULANNYA SAMPE?" tanya Beby.

Delmar berjongkok di samping Guin. "Sebentar lagi, By. Uin, lo harus bertahan," ujar Delmar memberi semangat pada sahabatnya itu. Wajah laki-laki itu sudah basah dengan air mata. "Bertahan demi sahabat lo," ujar Delmar lirih.

Beby meringis. "SURUH CEPET!" kesal Beby. Luka pada leher Guin sangat parah, kalau tidak segera mendapat pertolongan medis, kemungkinan besar Guin tidak akan selamat, luka di leher sangat beresiko, dia tidak ingin Guin tidak selamat. Guin memang jahat, tapi Beby tidak ingin Guin pergi dengan cara setragis ini.

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang