49|Numb

1.3K 144 7
                                    

🥀Happy Reading🥀

Dua minggu berlalu setelah murid kelas dua belas The K High School sibuk dengan ujian kelulusan mereka. Akhirnya hari yang pasti akan datang, hari kelulusan mereka. Hari ini mereka akan menerima hasil dari kerja keras mereka selama tiga tahun. Tugas-tugas yang selalu menanti mereka selama tiga tahun terakhir ini, tidak akan ada lagi.

"AKHIRNYA KITA BEBAS DARI YANG NAMANYA TUGAS!" teriak Delmar ketika memasuki sekolah.

"Somplak, bebas dari mana coba? Masih harus mikirin masuk kuliah!" sewot Ray. "Bisa gila gue." Cowok itu mengacak-acak rambutnya frustrasi.

Nichols tertawa. "Lo aja yang gila, gue gak," ujarnya yang terdengar seperti sindiran bagi Delmar.

"Iya deh yang pinter!" ketus Delmar. "Udah keterima di universitas pilihannya."

Nichols membusungkan dadanya merasa bangga dengan pencapainnya. "Iya dong. Anaknya Kory gitu lho! Sat set sat set."

Ellgar menyentuh bahu Delmar. "Itu soal keberuntungan. Lo belum beruntung aja," ujar Ellgar. Tangannya yang terbebas satu lagi menyentuh bahu Aillard. "Ya gak Lard?"

Aillard menoleh ke arah Ellgar yang berada di sampingnya. "Gue gak pernah beruntung dari di dalam rahim sialan itu. Jadi jangan tanya ke gue!"

Ellgar langsung mendapat pelototan tajam dari Nichols, Delmar, dan Ray. Itu mulut Ellgar gak bisa disaring. Mereka tahu arah pembicaraan Aillard ke mana. Masa lalunya.

Ellgar langsung memukul bibirnya sendiri, dan memeluk Aillard dari samping. "Maaf Lard. Gue salah ngomong, jangan masukin ke hati ya," ujar Ellgar selembut mungkin. "Hidup lo beruntung."

"Gak kok, lo gak salah, memang itu kenyataannya," sanggah Aillard.

Nichols berdecak kesal mendengarnya. "LO NGOMONG GITU LAGI, GUE HAJAR!" tegas Nichols, memeluk Aillard diikuti yang lainnya. "Hug buat Ai yang beruntung ketemu kita," ujarnya.

"Sayang, Aiiiii."

"Jijik!" Aillard melepaskan paksa pelukan keempat sahabatnya.

"Udah ayo fotbar," ajak Aillard.

Delmar menggeleng heran pada Aillard. "Tumben ngajak duluan?" tanyanya. Biasanya Aillard paling susah diajak foto, harus dipaksa sampai diseret-seret dulu baru mau.

"Ya udah gak usah!"

Delmar merangkul Aillard. "Gak canda. Ayo kita foto, sekalian foto sama adik kelas yang cute cute. Ya gak Nich?" tanya Delmar sambil merangkul bahu Nichols juga.

Nichols menggeleng. "Gue gak mau mati muda. Gue mau cari Beby dulu," ujar Nichols, lalu pergi mencari pacarnya. Dia masih ingin hidup lebih lama.

"Dasar cowok takut pacar!"

"Dari pada lo jomblo. Gak ada yang marahin," ledek Ellgar.

"Ellonte!"

***


Beby melangkahkan kakinya keluar dari dalam kelas sambil membawa buket bunga, Beby baru saja menerima hasil kerja kerasnya selama lima bulan di sekolah ini. Ya walaupun dirinya hanya beberapa bulan di sekolah ini. Beby puas dengan hasilnya walau tidak seperti Nichols. Pacarnya itu meraih peringkat juara parallel satu angkatan dengan nilai ujian tertinggi di sekolah. Benar-benar keterlaluan ya pacarnya, walau sering bolos, otaknya gak pernah kosong.

Beby celingak-celinguk mencari keberadaan Nichols. Nichols entah ke mana, dia tidak masuk kelas tadi untuk menerima hasilnya. Tadi katanya Nichols bilang dia ingin foto bersama dengan keeempat sahabatnya. Tapi entah di mana fotonya.

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang