54|Numb

1.4K 121 6
                                    

🥀Happy Reading🥀

"Gimana hari ini?" tanya Nichols pada Beby sambil melangkah turun dari rooftop dengan tangga.

Beby menoleh. "Tadinya kesel karena kelakuan pelayan tadi. Tapi, aku balik bahagia lagi karena kamu," ujarnya dengan senyuman mengembang sempurna.

"Buat kamu balik bahagia, itu kewajiban aku." Nichols tersenyum lebar, mengeratkan rangkulannya pada pinggang Beby. Melihat Beby kembali tersenyum bahagia setelah semua yang terjadi membuat Nichols sangat senang. Semoga saja kebahagiaan mereka berlangsung lama.

"Kalau kewajiban aku?" tanya Beby.

"Bahagia." Beby tertawa mendengar jawaban pacarnya.

"Ih, aku serius Kutub!" decak Nichols karena tanggapan Beby padanya. "Kamu harus bahagia."

"Iya, iya, sayang."

Nichols berdecak. "Cukup, cukup. Nanti aku masuk IGD beneran kalau kamu manggilnya gitu mulu!" protesnya. Entah mengapa setiap Beby memanggilnya seperti itu, Nichols merasa dirinya seperti es yang mencair. Nichols tak kuat mendengarnya.

Beby menggeleng pelan. "Gak apa-apa. Kan kamu yang masuk IGD, bukan aku."

"Kutub!"

"Emang gak mau dipanggil sayang?" goda Beby.

Nichols menggeleng. "Mau, tapi, jangan sering-sering. Nanti aku masuk IGD beneran," tutur Nichols, meletakkan kepalanya di bahu Beby. Beby tersenyum gemas, mengacak-acak rambutnya.

Nichols membukakan pintu mobilnya untuk Beby langsung ketika sudah berada di depan gedung, meletakkan telapak tangannya di atas kepala Beby agar kepalanya tidak terbentur ketika masuk ke dalam mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nichols membukakan pintu mobilnya untuk Beby langsung ketika sudah berada di depan gedung, meletakkan telapak tangannya di atas kepala Beby agar kepalanya tidak terbentur ketika masuk ke dalam mobil.

Beby berdecak sambil mengacak-acak tasnya. Nichols yang baru duduk di sampingnya mengernyit bingung.

"Kenapa?"

"Ponsel aku gak ada."

"Saking bahagianya, aku sampe gak merhatiin waktu pulang tadi ponsel udah aku bawa atau belum," tutur Beby. Beby menghela napas kesal, kesal tidak memperhatikan benda pipih itu.

"Astaga, sebahagia itu kamu sampe lupa? Aku seneng dengarnya. Gak apa-apa lupa, yang penting kamu bahagia," ujar Nichols, mengusap pipi Beby pelan. "Kayaknya ketinggalan di meja," lanjutnya.

"Ya udah aku ambil dulu." Beby ingin bergegas turun, tapi Nichols menahannya.

"Biar aku aja, nanti kamu capek naik-turun tangga."

"Ta−"

Sebelum Beby sempat berbicara, Nichols sudah berlari keluar dari dalam mobil.

"Nich!"

"NURUT, KUTUB!" teriaknya.

Beby menghela napas pelan, padahal dia bisa mengambilnya sendiri. Menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi, dan menatap ke arah luar jendela di sampingnya, menunggu Nichols keluar dari dalam gedung sana.

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang