Epilog

3.3K 170 10
                                    

🥀Happy Reading

-Beby-Pergi meninggalkannya, membuat rasa rindu itu menumpuk, bukan menghilang.

***


6 bulan kemudian...

"Goedemiddag, tot volgende week!" pungkas dosen berkacamata itu, lalu keluar.
(Selamat siang, sampai jumpa minggu depan)

Nichols langsung membereskan buku-bukunya, dan melangkah keluar dari kelas terakhirnya. Dia akan pulang, dan tidur sampai besok pagi. Nichols akan bolos kursus Bahasa Belanda untuk hari ini, dia sangat-sangat lelah. Kuliah benar-benar melelahkan, apalagi sambil memikirkan seseorang. Sangat-sangat melelahkan.

Setelah kepergiaan Beby, Nichols memutuskan untuk kuliah di Belanda mewujudkan mimpi Aillard yang ingin kuliah di negara ini. Nichols akan mempersembahkan gelar dan prestasinya untuk Aillard. Dia akan membuat Aillard senang di atas sana. Dan juga tujuannya berkuliah di negara kelahiran Beby ini, berharap dia akan bertemu Beby kembali. Mungkin saja, Beby datang ke negara kelahirannya.

Nichols sudah berupayah mencari Beby di berbagai negara dengan kekuatan uang papa. Namun, hasilnya nihil. Uang tidak dapat membuat Beby kembali. Beby tidak ditemukan di manapun. Entah bersembunyi di mana wanita itu.

"Arabella nyariin lo tuh, ngajakin date," ujar Ellgar yang tiba-tiba hadir di sebelahnya, lalu merangkul bahunya. Ellgar juga satu kampus dengan Nichols, karena cowok itu ingin menyusul pujaan hatinya yang baru. Sedangkan, Delmar dan Ray, duo playboy itu berkuliah di Indonesia. Mereka berempat masih berhubungan baik satu sama lain, persahabatan tidak boleh putus seperti hubungan pacar, walau sudah beda negara dan benua.

"Gak tertarik."

Ellgar berdecak. "Arabella cantik banget gitu. Move on, Nich. Udah enam bulan. Beby pasti udah move on juga."

"Putus aja belum, gimana mau move on. Aneh lo!" cibirnya.

"Si mantan lo, bener-bener belum ngehubungin lo juga?"

Nichols melempar pukulan ke tengkuk leher Ellgar yang mendapat suara ringisan cowok itu.

Ellgar mengusap-usap tengkuk lehernya untuk meredakan sakit. "Sakit anjir!" adu cowok itu.

"Mantan, mantan, masih pacar gue Kutub. Awas lo sebut mantan lagi!" ancam Nichols menunjuk Ellgar. "Gue ceritain semuanya ke Estel!"

Ellgar mengangkat kedua tangannya, tanda mengalah. Lebih baik mengalah, dari pada Estel tahu semuanya. "Oke. Jadi si Beby lo tersayang yang masih jadi pacar itu belum ngehubungin lo juga?" tanya Ellgar lagi penuh penekanan di setiap kalimatnya.

Nichols menggeleng pelan.

"Masa dia gak kabur ke Belanda? Dia kabur pasti ke negara yang dia kenal."

Nichols menggeleng lagi sebagai jawaban.

Ellgar berdecak kesal melihat sahabatnya. "Geleng-geleng mulu, jawab pakek mulut coba kayak Beby lo lama-lama!"

Nichols menghela napas panjang. "Ngertiin coba, gue lagi sedih gara-gara lo bahas Kutub!"

Nichols langsung tersenyum meraih ponselnya yang berbunyi di saku celana. Nichols selalu bersemangat ketika mendengar suara nada dering telepon atau pesan masuk, dia selalu berharap itu Beby. Cowok itu mendesah pelan ketika melihat ponselnya ternyata bukan Beby, melainkan pacarnya Ellgar.

Si Nyusahin :
Nich, suruh Ellgar aktifin ponselnya, gue mau ngomong

Nichols langsung menunjukkan pesan dari Estel ke Ellgar. "Estel ngehubungin gue terus, angkat coba teleponnya. Lo yang pacaran, gue yang ribet," keluh Nichols pada sahabatnya itu. Kebingungan Ellgar mengenai hubungannya, membuat Nichols selalu menjadi perantara pesan mereka berdua. Ellgar tidak mau berbicara dengan Estel karena merasa bersalah. Mereka sangat merepotkan.

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang