21|Numb

3K 301 38
                                    

🥀Happy Reading🥀

“NICHOLS!” teriak Guin kesal melihat Nichols pergi bersama Beby. Tadi dia minta Nichols menjemputnya, tapi cowoknya itu menolaknya. Ternyata dia pergi bersama Beby. Sialan!

“Nichols hanya melirik Guin sekilas dan terus mengejar Beby yang sudah menghilang entah ke mana.

“NICHOLS LUTHER KEYL?”

Really?” tanya Guin tak percaya melihat Nichols mengabaikannya. Biasanya Nichols tidak seperti itu. Guin mengepalkan tangannya kesal. Kenapa Nichols terlalu fokus pada permainannya? Ini tak beres.

***

Beby berdecak kesal melihat Nichols yang terus membuntutinnya seperti anak bebek. Beby gerah dengannya, setiap Nichols mengikutinya dia selalu menjadi pusat perhatiaan. Mana, cowok itu sekarang meneriaki namanya seperti sedang di hutan lagi. Menyebalkan.

“BEBY!”

“BEBY MY BABY!”

“TUNGGUIN GUE, LO JALAN ATAU MELESAT SIH KOK CEPET BANGET!” teriak Nichols heboh.

Beby menghela napas pelan, mengabaikan Nichols yang berteriak-teriak seperti di kebun binatang, terus berjalan menuju perpustakaan. Beby langsung masuk ke perpustakaan. Nichols pasti tidak berani teriak di dalam.

Nichols langsung menahan tangan Beby ketika cewek itu mendadak berhenti. Nichols bernapas lega Beby berhenti dengan sendirinya. “IH, BEBY, KEJAM, GAK NUNGGUIN GUE. GUE MAU LHO NUNGGUIN LO SAMPE LO JADI MILIK GUE,” ujar Nichols tak tahu tempat. “Untung sayang,” lanjutnya sambil mencubit kedua pipi Beby pelan.

Beby meringis pelan, di mana-mana Nichols selalu membuatnya menjadi pusat perhatian. Lihat sekarang, semua murid yang ada di perpustakaan langsung menatap mereka kesal setengah mati karena berisik di tempat tenang itu.

“Nichols Luther Keyl.”

“Iya Pakkkk,” Nichols mengernyit mendengar suara Pak Sam, ini dia di mana? Biasanya Pak Sam selain nongkrong di BK, dia nongkrong di perpustakaan juga, biasalah gabutnya orang pinter beda.

Dia langsung menoleh, dan baru sadar sedang berada di perpustakaan, dan semua yang berada di perpustakaan tertuju padanya. Nichols menyengir tak bersalah.

“Kamu kalau mau bucin, di luar aja sana, kasian yang gak punya ayang,” tegur pak Sam datar sambil menurunkan kacamata yang tersemat pada wajah tampannya itu.

“Hehehe,” Nichols menggaruk tengkuknya. “Maaf Pak, pengen bikin yang lain iri aja,” ujar Nichols.

“Iya saya jadi iri kan. Kamu sama Beby susun buku ini sesuai urutan,” ucap pak Sam sambil menunjuk beberapa tumpuk buku yang ada di hadapannya.

“LAH?” Nichols mengernyit bingung.

“Hukuman, karena kamu bikin saya iri, dari pada saya masukin kamu ke BK,” ucap pak Sam.

“LAH?” Nichols menganga tak percaya, masa bucin aja di hukum. Pak Sam aneh nih, kayak gak pernah bucin aja. Bucin itu hal yang wajar.

Beby mengangguk, dari pada panjang urusannya. Dia berjalan mendekati meja yang diduduki pak Sam, namun tiba-tiba Nichols menahannya, dan menggeleng terhadapnya.

“Bapak aja yang susun, dari pada Bapak yang saya pecat,” ujar Nichols menyuruh balik. Dia tidak salah. Cuman bucin di perpus kok dihukum? Pak Sam aneh.

“Emang bisa?” tanya pak Sam sambil berkacak pinggang. “Coba aja sana!” tantangnya.

“Yeh, bapak negeremehin saya ya, tentu aja saya gak bisa,” ucap Nichols sombong. Walau tidak bisa, dia harus tetap sombong. Mana bisa dia pecat pak Samzolim. Papanya lebih sayang dengan guru killer itu dari pada dirinya.

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang