Namanya Hyuuga Hinata, berumur 18 Tahun harus bersekolah juga bekerja karena kerasanya hidup yang ia punya. Hinata tak pernah menyesalinya, hidup sebatang kara tanpa memiliki sanak saudara membuat dirinya sangat kesepian. Ibu dan juga ayahnya meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan pesawat, terlahir dikeluarga yang sederhana Hinata hanya memiliki sedikit harta yang ayah dan ibunya tinggalkan untuknya dan semua itu ia gunakan untuk biaya sekolah.
Bekerja disalah satu Supermarket dekat dengan rumahnya, Hinata tak pernah mengeluh sedikitpun ia sadar ini adalah takdir tuhan, ia menerimanya dengan lapang dada. Berharap jika ia terus berusaha takdir akan merubah masa depannya.
Namun, beberapa bulan telah berlalu Hinata sudah lulus sekolah dan tetap bekerja di Supermarket, tak ada yang bisa ia harapkan dengan statusnya sekarang masih bisa makan setiap hari itu sudah lebih dari cukup pikirnya.
"Apakah kau Hinata? Hyuuga Hinata?" Ucap wanita paruh baya yang sedang membayar dimeja kasir Supermarket tempat ia bekerja.
"Apakah bibi mengenal ku?" Tanya Hinata.
Wanita itu meneteskan air mata "kau sudah besar nak, astaga kau sungguh cantik"
Merasa tak mengenali wanita dihadapannya Hinata hanya bisa memandang wanita itu dengan tatapan bertanya.
"Kau tidak akan mengingatku nak, saat kita bertemu kau masih sangat kecil. Kau masih berumur 8 bulan saat itu" menjeda ucapannya "aku teman ibumu, aku sahabatnya Hikari. Hinata ikutlah denganku"
"Bibi tapi maaf aku sedang bekerja" ucap Hinata tak enak hati.
Tersenyum begitu lembut "Supermarket ini milik ku nak, ayo bicara denganku ditaman dekat sini"
Hinata mengangguk ia pikir jika memang Supermarket ini milik wanita dihadapannya berarti wanita ini adalah bosnya, ia harus bersikap baik tentunya. Walaupun nyatanya Hinata selalu bersikap baik pada siapapun, gadis lugu ini begitu baik dan juga tulus.
"Hinata, apakah kau sudah memiliki kekasih?" To the point itulah sifat sang wanita yang berada tepat dihadapannya.
Hinata menggeleng cepat "aku tidak berpikir untuk itu bibi, hidup ku sudah susah. Aku hanya berpikir bagaimana caranya bisa makan untuk esok hari" tersenyum lembut ke arah wanita yang masih menatapnya.
"Hinata, bagaimana kabar Hikari?"
Gadis itu lalu menundukan kepadalanya "ibu dan ayah sudah tiada bibi" mengangkat kembali kepala bersurai indigo itu lalu tersenyum kearah wanita paruh baya yang terlihat terkejut disana "ibu dan ayah mengalami kecelakaan pesawat ketika sedang melakukan dinas dari kantornya"
Wanita itu terkejut dengan apa yang Hinata ucapkan. Ia sungguh tidak menduga bahwa dirinya tidak akan bisa lagi bertemu dengan sahabatnya, Hyuuga Hikari.
"Bibi, kita belum berkenalan. Bibi tahu namaku namun aku tidak tahu siapa bibi, ini tidak sopan" ungkap Hinata kala melihat raut sedih di wajah wanita paruh baya yang masih terduduk disampingnya.
Wanita itu tersenyum "panggil aku Kushina, ibu Kushina"
Menatap dalam manik sang wanita dihadapannya "ibu?"
"Hinata, menikahlah dengan anak ku"
Manik amethyst itu membola apakah ia tak salah dengar. Apakah wanita didepannya baru saja menyuruhnya untuk menikah, menikah dengan pria yang bahkan ia tak mengenalinya.
"Hinata, aku ingin kau menjadi anak ku. Aku punya hutang budi pada ibumu, aku berhutang banyak pada Hikari, Hinata"
"Kau akan menyukainya, dan ia akan menyukaimu, Hinata. Aku yakin itu, kau gadis yang baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...