"kau benar nggak apa-apa?"
Wanita itu mengangguk lalu memberikan senyuman tanda bahwa dirinya baik-baik saja.
"Kalau ada yang kau rasakan segera beritahu aku."
"Iya Naruto-kun"
Setelah beristirahat sebentar mereka akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana. Naruto yang belum tahu akan membawa Hinata kemana akhirnya dirinya dan sang wanita hanya berputar-putar tidak tentu arah.
"Aku bingung harus kemana.."
Hinata yang melirik Naruto lalu kembali menundukan kepalanya.
"A-apa Naruto-kun ingin pergi ke tempat yang aku usulkan?"
Melirik sekilas pada wanita yang berada di sampingnya.
"Aku akan ikut kemanapun kamu ingin pergi."
"Tapi tempat itu bukanlah tempat yang bagus, ha-hanya sepertinya cocok untuk menurukan emosi.. maksud ku karena Naruto-kun sedang cemburu.. ah bukan maksud—"
Kekehan kecil terdengar dari pria bersurai kuning yang masih terus fokus pada jalanan di depannya.
"Aku suka kau memperhatikan ku, Hinata.. entah, aku tidak tahu.. meskipun kamu bukan yang pertama tapi aku baru pertama kali merasakan hatiku begitu hangat dan penuh.. seakan tidak ingin melewatkan setiap detik bersamamu. Dan hal ini hanya aku rasakan saat bersamamu saja."
"Te-terimakasih.."
"Hinata.."
"I-iya.."
"Jangan pergi, meskipun suatu saat aku melakukan kesalahan lagi. Ku mohon, kau bisa hukum aku semaumu tapi jangan pergi."
Menepikan mobilnya, Naruto lalu menghadap ke arah Hinata. Menatap wanita itu begitu dalam.
"Aku tahu dosa ku terlalu banyak, bahkan jika aku mengingatnya aku merasa jijik dengan diriku yang dulu.. tapi, apakah aku boleh menjadi orang yang tamak? Setelah mendapatkan maaf dari dirimu dan sekarang aku meminta mu untuk tidak pergi dari hidup ku.. meskipun nyatanya kau belum sepenuhnya percaya bahwa aku mencintaimu, tapi Hinata.. aku benar-benar mencintaimu."
Tanpa disadari air mata mengalir begitu saja dari pipi seputih susu milik sang wanita.
"A-aku.. aku bahkan membenci diriku sendiri, aku tidak dapat membayangkan bagaimana dirimu kala itu.. Hinata, maaf atas semua yang pernah ku katakan terhadap mu.. aku tahu mungkin aku tidak pantas mendapatkan maaf mu, bahkan aku merasa tidak pantas di cintai oleh wanita seperti dirimu tapi—"
"Cukup Naruto-kun.."
"Bolehkah aku serakah sekarang? Bahkan aku tidak bisa melihatmu dekat bersama laki-laki lain walaupun status kalian hanya teman." Ucap Naruto menambahkan.
Menundukan kepala bersurai indigo miliknya, Hinata sungguh tidak tahu harus berkata apa. Ia tidak tahu harus menanggapi perkataan Naruto bagaimana, sejujurnya ia pun merasakan hal yang sama— mencintai pria yang tak lain adalah suaminya.
"Naruto-kun.."
"Maafkan aku Hinata.."
"A-aku sudah memaafkan dirimu, aku bahkan tidak tahu apakah aku bodoh atau bagaimana.. tapi satu yang aku tahu, aku juga mencintaimu Naruto-kun"
Manik pria itu membola, lalu dengan lembut menggenggam tangan wanita yang masih berada di hadapannya. Mengangkat tangan itu mendekati wajah tampannya, Naruto lalu mengecup tangan Hinata begitu lembut.
"Terimakasih.. Terimakasih telah mencintai pria seperti diriku, sekali lagi terimakasih Hinata."
Hinata tersenyum begitu cantik, hatinya percaya bahwa cinta yang Naruto ucapkan adalah kebenaran yang selama ini ia nantikan. Hinata percaya bahwa masa ini akan datang, dan hari inilah akhir penantian panjangnya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...