"Hinata!!"
"Ku mohon bangun!!"
Tubuh wanita itu sudah sedingin es, kulitnya semakin memucat seiring berjalannya waktu. Pria yang terus memeluknya tanpa ingin melepaskan pelukan itu terus saja menangis tiada henti, membuat beberapa orang yang berada di sana tidak dapat berbuat apa-apa.
"Naruto lepaskan, biarkan Hinata pergi." Ucap Shora kepada sang adik.
"Pergi kemana! Hinata tidak boleh sejengkalpun jauh dari ku Kak, bahkan aku akan merelakan separuh hidup ku jika itu bisa membuat Hinata hidup lagi!!!"
Shora dan beberapa orang begitu pilu melihat Naruto yang bahkan tidak ingin merelakan Hinata pergi. Mereka tahu ini sangat berat namun bagaimanapun juga Naruto harus melepaskan sang istri.
Bulir air mata terus membasahi pipi sang pria, ia lalu menyiumi wajah pucat namun masih terlihat begitu cantik milik Hinata. Bahkan Naruto membelai lembut bagian perut milik Hinata, ia ingat bahwa di dalam sana ada 1 nyawa yang telah Hinata jaga selama ini.
"Naruto.. lepaskan, kita akan mengurus pemakaman unt—"
"Tidak!! Ku bilang tidak ya tidak!!"
Mata safir itu menajam, bahkan pandangan itu ia tunjukan kepada Shora. Naruto sungguh tidak ingin kehilangan Hinata, ia masih tidak habis pikir kenapa bisa dirinya menemukan sang istri sudah tidak bernyawa setelah berjuang melahirkan sang anak tercinta.
Dalam hati ia terus berkata "jika mungkin aku bisa memilih, maka aku ingin Hinata lah yang hidup." Meskipun terdengar begitu kejam nyatanta itulah yang Naruto inginkan.
Karena telah begitu lama, akhirnya Shora dan beberapa orang yang masih terus berada di sana dengan terpaksa harus membuat Naruto melepaskan Hinata. Meskipun harus dengan cara yang sedikit kasar nyatanya itu berhasil membuat Naruto melepaskan tubuh kaku sang wanita.
"Tidaakkk!!!"
"Ku mohon!" Ucapnya terus dengan bulir air mata yang mengalir deras dari manik sebiru lautan miliknya.
"Kak!! Ku mohon.. jangan pisahkan aku dengan Hinata, sekali ini saja.."
Shora yang melihat sang adik terus melawan ketika harus di pisahkan dari tubuh Hinata merasakan sakit yang begitu pilu, rasanya ia tak mampu terus berada di ruangan ini namun ia harus kuat demi adik juga adik ipar yang begitu ia sayangi.
"Naruto ku mohon, ikhlaskan Hinata.." ucap Shora yang sudah tidak kuat menahan tangisnya.
"Bagaimana bisa! Dia bahkan mengatakan akan terus bersama ku!"
"Hinata!!" Teriak Naruto kala melihat tubuh kaku sang istri sudah di bawa oleh beberapa perawat.
"Jika kau mencintainya, maka ikhlaskan dia." Ucap Shora membelai lembut punggung pria yang tak lain adalah adiknya.
"Tidak akan Ka.." ucap Naruto lirih.
"Justru karena aku mencintainya, aku tidak ingin dia pergi.."
Menunduk begitu dalam, Naruto sungguh tidak ingin kehilangan Hinata. Wanita yang begitu ia cintai selama ini, meskipun nyatanya ia pernah memberi luka yang begitu besar dalam hidup Hinata namun Naruto sungguh tidak ingin kehilangan sang wanita.
"Naruto-kun." Sayup suara merdu itu terdengar di telinga Naruto.
Pria itu lalu mengangkat kepalanya, melihat ke beberapa sudut kosong di depannya. Ia mencari apa yang ia cari.
"Hinata.."
"Naruto-kun." Kembali, suara itu kembali terdengar membuat air mata sang pria kembali menetes, mengalir membasahi pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...