"jadi kalian mau kemana?" Tanya pria bermanik safir menatap kedua anaknya.
"Jalan-jalan saja."
"Kemana?"
"Kenapa ayah ingin sekali tahu?"
"Karena kau membawa Hinata."
Naruto menautkan kedua alisnya. "Hinata istriku."
"Dia putriku."
Kushina yang melihat pertengkaran antara pria kuning itu seakan dibuat muak.
"Berhentilah dan cepat habiskan makanan kalian."
Minato hanya menatap sekilas kepada Kushina lalu seketika melirik ke arah Hinata.
"Jadi kemana?"
"Naruto-kun mengatakan bahwa dia ingin memakan okonomiyaki."
"Okonomiyaki?"
"Umm.." ucap Hinata lalu menganggukkan kepalanya.
"Kau mengidam?"
"Aku tidak—"
"Tidak bukan dirimu Hinata.." ucap Kushina lalu menatap Naruto.
"A-apa?" Naruto seakan tidak mengerti tentang apa yang ibunya bicarakan.
"Aku tidak.. apa itu— maksudku kenapa aku mengidam?"
"Karena dulu ketika ibu mengandung dirimu ayahmu lah yang mengidam."
"Apa kau mengalami morning sickness?"
"Hah?"
"Gejala mual dipagi hari, tapi banyak pula yang merasakannya siang atau malam hari."
Pria itu mengangguk "bukankah itu asam lambung?"
"Bodoh." Ucap Kushina lalu meletakan sendok yang sebelumnya ia genggam.
"Ja-jadi bukan asam lambung?"
"Kau mengidam." Tegas Kushina kembali.
"Hinata." Panggil Minato.
"I-iya.."
Minato menatap Hinata datar "apa Naruto menjadi lebih agresif?"
Semu merah terlihat diwajah cantiknya, Hinata tidak ingin menjawab pertanyaan Minato.
"Heii itu pribadi ayah." Ucap Naruto menatap sebal kepada Minato.
"Lalu kenapa? Apa aku tidak boleh menanyakannya?"
"Tentu saja!"
"Hinata.. jika dia lebih agresif, tidak usah kau pedulikan karena itu juga salah satu hormon yang berubah."
"Ba-bagaiman ayah tahu?" Ucap sang wanita lalu menatap Minato serta Kushina secara bergantian.
"Karena dia juga dulu seperti itu Hinata" ucap Kushina melirik ke arah sang suami.
Naruto lalu menatap Kushina dan Minato "aku tidak mengidam, hanya.. ya begitulah.."
"Kalau benar kau tidak mengidam, malam ini Hinata tidur bersama dirik—"
"Tidak!!"
Belum sempat menuntaskan apa yang ingin ia katakan, Naruto langsung memotong ucapan Kushina.
Menatap datar ke arah putranya "kenapa?"
"Yaa.. pokoknya tidak saja."
"Kenapa?"
"Aaahh, lelah terus bicara dengan ibu. Ayo Hinata, kita pergi." Ucap Naruto yang telah bangkit dari kursinya.
Makanannya telah habis empat menit yang lalu, dan sekarang pria kuning itu telah berdiri di dekat Hinata menggenggam tangan sang wanita dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...