🥀 (39)

1.2K 117 19
                                    

"Naruto-kun!" Ucap Hinata kala melihat Naruto telah tersadar.

"Dimana aku?" Ucapnya lalu mengedarkan pandangan pada sekeliling "kau? Kau sedang apa di sini?" Tanya Naruto kepada Hinata yang masih terus berdiri di samping ranjang.

"Naruto-kun tadi pingsan, dan... Dan aku menemani Naruto-kun di sini, aku terus berharap bahwa Naruto-kun akan segera sadar."

Pria bersurai kuning itu lalu terdiam, seketika bulir air mata itu jatuh membasahi pipi bergurat miliknya Naruto lalu menangis meraung begitu sakit kehilangan yang ia rasakan.

Hinata yang melihat itu sempat tersentak kala mendengar raungan kesedihan Naruto namun dengan cepat dirinya memeluk Naruto erat.

"Lepaskan!" Ucap Naruto masih terus terisak.

Hinata yang mendengar itu tidak menggubris ucapan Naruto.

"LEPASKAN KU BILANG LEPASKAN!!!" Teriak Naruto pada Hinata.

Hinata yang mendengar itu lalu dengan perlahan melepaskan pelukannya pada Naruto, ia sadar mungkin bukan dirinyalah yang di butuhkan oleh sang pria atau memang Naruto tidak lagi ingin melihat kehadiran Hinata di dekatnya.

"Naruto-kun."

"Keluarlah Hinata." Ucap Naruto masih menundukan kepalanya.

"Aku tidak akan meninggalkan Naruto-kun, biarkan aku di sini menemani dirimu. Ku mohon.."

"Keluar. Aku ingin sendiri." Ucap Naruto tanpa menatap manik sang wanita.

Hinata lalu terdiam, bergeming pada tempatnya ia bingung harus bagaimana satu sisi Naruto memintanya untuk pergi dari ruangan ini namun satu sisi yang lain hatinya bersikeras ingin terus berada di samping sang pria.

"Kau tuli? Aku sudah mengatakan untuk segera pergi dari sini." Ucap Naruto yang membuat Hinata tersentak.

"Baik." Ucap Hinata lalu menundukkan kepalanya, dengan perlahan dirinya melangkah meninggalkan Naruto yang masih terus menunduk enggan menatap dirinya.

Menutup pintu itu dengan perlahan lalu wanita berbadan dua itu duduk bersandar pada kursi tunggu yang tepat berada di depan pintu ruangan Naruto. Dirinya terus menatap ke arah pintu berwarna putih di depannya, Hinata sedang mencoba menjadi wanita yang kuat namun nyatanya ia tidak bisa.

Bulir air mata terus saja mengalir membasahi pipi miliknya, bahkan dirinya mencoba mengenyahkan pikiran yang membuat dirinya merasa sedih namun nyatanya semakin Hinata mencoba menghilangkan pikiran itu, pikiran-pikiran masa lalu seketika hadir dalam ingatan Hinata.

"Maaf kan aku." Ucap sang wanita pada dirinya sendiri. "Maaf.. aku sungguh minta maaf atas apa yang bahkan tidak ku lakukan." Lirih, suara Hinata semakin tidak terdengar dan hanya suara isakan yang keluar dari sang wanita.

Menutup wajahnya dengan kedua tangan miliknya, bahkan Hinata melupakan bahwa dirinya sedang mengandung ia lalu sedikit menundukan badannya Hinata tidak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan atas tekanan pada bagian perutnya.

"Hinata!" Suara pria yang begitu dirinya kenal memanggil namanya. Dengan cepat Hinata menghapus air mata yang sebelumnya sudah membasahi pipi seputih susu mikiknya.

"Gaara-kun."

"Kenapa kau di sini?" Tanya Gaara kala melihat Hinata berada di luar ruangan.

"Tidak apa-apa aku hanya ingin mendapatkan udara segar, di dalam begitu tercium bau obat-obatan aku merasa pusing jika terus berlama-lama di sana." Ucap Hinata mencoba menjelaskan pada Gaara yang kini terus menatapnya.

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang