"Ada urusan apa menemui istri orang lain, Gaara?"
Gaara tersenyum, lalu kembali duduk dikursi sebelumnya "aku adalah 'temannya' aku berhak menemuinya kapan pun yang aku inginkan. Karena aku peduli pada 'teman' ku, Naruto" menekan setiap kata 'teman' pada kalimatnya, Gaara merasa tertantang ikut masuk ke dalam drama yang Naruto ciptakan.
"Tidak ada teman antara wanita yang sudah menikah dan memiliki suami dengan pria lajang.. kecuali," menjeda ucapannya. Naruto lalu mengangkat sudah bibirnya.
"Kecuali apa?" Tanya Gaara "jika berteman tidak boleh, apakah menjalin hubungan tidak masalah?"
Lalu melirik ke arah Naruto, senyuman hadir diwajah tampan milik Gaara "seperti halnya antara pria yang sudah beristri dengan wanita jalang.." Gaara terkekeh diakhir kata yang ia ucapkan.
"ah maaf maksud ku lajang, jadi apakah seperti itu dibolehkan, Naruto?" Menyandarkan bahunya pada sandaran kursi. Gaara sudah memilih kata yang tepat.
Bangkit dari posisinya, Naruto terus menatap Gaara, Naruto tahu Gaara sengaja ingin memancing emosinya. Ia tidak boleh kelepasan apalagi disini masih ada Kushina dan Minato.
"ikut aku, kau ingin secangkir kopi yang nikmat bukan?"
Gaara lalu menganggukan kepala bersurai maroon miliknya, bangkit dari posisi sebelumnya. Ia lalu melirik ke arah Hinata.
"Kau istirahatlah, Hinata"
Manik safir itu menatap tajam ke arah Gaara, apakah Gaara benar-benar menyukai Hinata?
Meninggalkan kamar sang wanita, Gaara dan Naruto berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Kushina, Minato, serta Hinata yang sedang beristirahat karena efek obat yang sebelumnya sudah ia minum.
"Loh kemana mereka?" Ucap Kushina kala melihat Gaara dan Naruto meninggalkan rumah.
Minato yang melihat itu hanya mengangkat bahu tegap miliknya, lalu berjalan menuju kamar Hinata. Melihat keadaan wanita yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.
Tanpa memakan waktu yang lama, karena memang Kafe yang mereka tuju tidak terlalu jauh dari rumah Naruto. Memesan masing-masing satu buah kopi, dua pria itu saling menatap satu sama lain.
"Kau sudah gila ya?"
Mengernyitkan keningnya, Gaara tidak mengerti dari pertanyaan yang Naruto ucapkan.
"Wanita itu telah menggodamu sepertinya, otakmu tidak berjalan dengan lancar"
Gaara lalu tertawa, ia mengerti sekarang "kau lupa Naruto? Kau yang menawarkan Hinata untuk ku. Jadi jalan sudah terbuka untuk apa aku menundanya?" Menjeda ucapannya "Hinata adalah gadis yang baik, lembut serta penurut. Meskipun dimatamu itu semua hanya topeng, tapi dimata ku bahkan mata orang tuamu, yang ada didalam diri Hinata adalah kesempurnaan"
Manatap lawan bicaranya "jika kau bisa merebutnya, maka silahkan saja Gaara"
Pria bermata jade itu terkekeh "aku hanya tinggal menawarkannya kebun bunga yang indah, Naruto. Kebahagian yang tidak pernah ia dapatkan dari seorang Naruto Uzumaki"
Mengangkat sudut bibirnya "Kau pikir Hinata akan dengan mudah mencintaimu?" Ucap pria bersurai kuning yang sudah menyadarkan bahunya disandaran kursi.
"Dia itu wanita yang baik, tidak dengan mudah ia melepaskan dirimu" menjeda ucapannya, Gaara melihat senyuman yang hadir diwajah Naruto.
"Kau salah Naruto, bukan karena hartamu" seakan tahu apa yang Naruto pikirkan, lalu Gaara melanjutkan ucapannya "aku juga memiliki banyak harta yang sama denganmu, tapi bahkan dia tidak langsung memilihku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...