Terduduk termangu ditemani dengan satu ice tea yang sama sekali belum tersentuh. Wanita itu masih diam terus bertarung dalam hati juga pikirannya sendiri mencoba berkilah dengan menanamkan bahwa mungkin sang suami lupa untuk menyingkirkan bingkai foto itu.
Namun suara hatinya yang lain terus saja berkata dalam dirinya bahwa seharusnya Hinata sadar cinta pertama tidak akan secepatnya itu hilang, bahwa mungkin sang pria masih mencintai wanita lain. Mencintai cinta pertamanya.
Terus bertarung dalam pikirannya sendiri, membuat Hinata sangat bingung harus percaya dengan yang mana. Di satu sisi dia ingin percaya bahwa mungkin Naruto lupa untuk membereskan barang-barang lamanya, namun di satu sisi juga perasaannya goyah. Hati lembut wanita itu mengatakan bahwa memang selama ini Naruto sedang mencoba mencintainya karena rasa terimakasih atas apa yang terjadi di masa lalu.
Semua pikiran ini membuat dirinya sulit berpikir jernih, bahkan Hinata merasa sakit pada bagian perutnya. Mencoba mengatur napasnya sedemikian rupa, Hinata mencoba untuk tenang. Ia tak ingin apapun terjadi pada calon anaknya.
"Hinata?"
Suara pria yang sangat ia kenal seketika saja membuyarkan lamunannya. Hinata lalu menoleh ke arah sumber suara, benar saja pria itu berdiri tegap, satu tangannya tetap memegang lembut bahu milik sang wanita.
"Kau kenapa?" Tanyanya kembali.
Wanita bersurai indigo itu menggeleng dengan cepat. "Gaara-kun.."
"Kau.. sendiri?"
Mengangguk dengan perlahan.
"Kemana manusia sensi itu?"
Hinata tersenyum ke arah Gaara "Naruto-kun sedang bekerja Gaara-kun."
Menatap dalam manik wanita yang masih terduduk di hadapannya, terus mengaduk ice tea yang bahkan tidak berniat wanita itu minum.
"Hinata ada masalah?"
Menggeleng dengan perlahan, Hinata tidak ingin menceritakan masalahnya dengan Gaara.
Pria di depannya terkekeh "kau.. kau adalah wanita yang tidak pandai berbohong Hinata."
"Apakah cemburu hal yang wajar Gaara-kun?" Menunduk tidak berani memandang pria di depannya.
Melambaikan satu tangannya kepada waiters yang masih berdiri di sudut Kafe. Gaara berencana memesan satu minuman untuk menemaninya saat ini, dirinya berpikir sepertinya ini akan menjadi obrolan yang sangat panjang.
"Cafe Latte satu."
"Hot atau ice tuan?" Tanya salah satu waiters.
"Hot saja."
"Baik tunggu sebentar."
Gaara lalu mengangguk ke arah waiters yang sekarang telah berjalan menjauh dari mereka, kembali menatap wanita yang ternyata sedang memandang langit di luar sana.
"Kau tadi bertanya apa Hinata?"
Menoleh ke arah pria yang sekarang sedang menatapnya "tidak jadi Gaara-kun."
"Cemburu itu wajar.."
Wanita itu menunduk, masih tidak berani menatap pria di hadapannya.
"Apalagi cemburu kepada pasangan kita sendiri, yang tidak wajar itu kau bukan siapa-siapanya tapi kau sangat cemburu ketika melihat dia bahagia bersama orang lain.."
Menatap wanita yang masih setia menundukkan kepalanya "jadi.."
"Jangan mengambil keputusan ataupun kesimpulan sendiri dengan apa yang kau lihat, bisa saja ternyata itu tidak seperti yang kau pikirkan.. nyatanya dunia sering kali mempermainkan kita, jangan sampai menyesal.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...