"Hinata!"
Wanita itu berlari kecil menuju sumber suara, ia tak ingin mendapatkan masalah lagi jika tidak segera datang.
"Apa ini?" Menunjuk sepatu yang telah ia kenakan, pria itu menatap nyalang kepada Hinata yang tak mengerti arti dari pertanyaannya.
"Kau buta, eh?"
Menggelengkan kepala bersurai indigo itu perlahan "maaf Naruto-kun"
"Bersihkan!" Ucapnya lalu mengangangkat satu kakinya kehadapan Hinata. "Aku tidak bisa pergi kerja jika masih ada noda disepatu ku, kau tahu kan harga sepatu ini?"
Berlutut didepan pria yang tak lain adalah suami sahnya, Hinata seorang wanita sebatang kara yang tak memiliki siapapun kecuali keluarga Uzumaki yang telah mengangkatnya menjadi menantu. Berharap mendapatkan kebahagian nyatanya hanya rasa sakit setiap hari yang ia terima.
"Sudah" bangkit dari posisinya, masih terus menundukan kepalanya. Hinata tak berani menatap manik indah didepannya, bukan— bukan karena ia terpesona tapi Hinata tak ingin melihat kebencian terpancar pada manik sang pria ketika menatapnya.
"Aku sudah harus pergi, kau dirumah saja"
Mengangguk, bahkan Hinata tak pernah pergi kemanapun kecuali untuk berbelanja.
"Jika aku pulang dan aku tidak menemukanmu dirumah. Kau tahu kan akibatnya, Hinata?"
"I-iya Naruto-kun"
"Bagus" membelai lembut surai sang wanita, belaian itu turun menuju pipi seputih susu milik Hinata "kau cantik, tubuhmu begitu menggoda tapi entah kenapa aku begitu benci denganmu" mencengkram kuat dagu Hinata.
"Mungkin karena adanya dirimu, hidupku hancur. Rencanaku berantakan, dan wanitaku sangat marah padaku lalu pergi meninggalkan aku" melepaskan kasar dagu sang wanita dari cengkramannya "Hyuuga Hinata, wanita miskin yang mengharapkan harta seorang Uzumaki. Bukan begitu, Hinata?"
Wanita itu menggeleng cepat, masih terus menunduk tak dapat menahan derai air mata yang turun dari manik indahnya "t-tidak Naruto-kun.. aku.. hiks.. tidak pernah berpikir seperti itu"
Naruto menatap Hinata dalam "lalu apa? Menikah dengan laki-laki yang bahkan kau tidak pernah mengenalnya, apalagi jika tidak ada yang kau tuju selain harta?" Melangkahkan kakinya menjauhi sang wanita "jangan naif, diluar sana banyak sekali wanita jalang seperti dirimu. Namun hanya kamu yang beruntung bertemu ibuku."
Menatap pintu yang sudah tertutup rapat, tubuh mungil wanita itu jatuh terduduk menahan rasa sakit yang menusuk dihatinya.
Bahkan sudah 3 bulan pernikahannya berlangsung, 3 bulan menjadi istri sah seorang Naruto Uzumaki. Berharap mendapatkan rumah tangga yang indah nyatanya nerakalah yang Hinata dapatkan.
Berawal dari dirinya yang bertemu Kushina dan meminta Hinata untuk menikah dengan putranya, semua perlakuan baik dari Kushina serta Minato menjadi tolak ukur Hinata menilai Naruto. Nyatanya peribahasa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya tidak cocok untuk seorang Naruto Uzumaki.
Menatap nanar pintu yang bahkan tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya, Hinata bangkit dari posisinya. Menarik napas sangat panjang ia harus kuat bagaimanapun juga Naruto adalah suaminya. Suami sahnya.
° ° ° °
"Naruto-kun?"
Tak ada jawaban dari pria yang masih terus fokus menatap layar persegi yang masih menyala dihadapannya.
"Apakah ingin ku buatkan kopi?"
Melirik sekilas pada wanita yang mungkin terbangun dari tidurnya "boleh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Love
FanfictionApa yang lebih menyakitkan dari di tinggalkan? Maka Hinata akan menjawab- Tetap bertahan meskipun tak di inginkan. Mencoba kuat meskipun terus menerus di sakiti. Bodoh? Tentu saja. Wanita mana yang ingin di perlakukan seperti itu? Tidak ada, tidak a...